Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Universitas YARSI Menggelar THE 8th SEAPHARM MEETING & GMC 2019

A   A   A   Pengaturan Font

Perkembangan yang pesat di bidang genom manusia yang tersedia saat ini telah memungkinkan para peneliti dalam memetakan variasi genetic pada genom manusia yang dapat menyebabkan penyakit. Hal tersebut memberikan pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana gen-gen tersebut mempengaruhi keadaan penyakit dan memberikan kerentanan ataupun kerentanan terhadap penyakit turunan atau pun non-turunan. Variasi genetik pada gen yang mengkodekan protein yang terlibat dalam metabolisme dan transport obat pada manusia telah terbukti berkaitan secara signifikan dengan efek samping obat. Oleh karenanya, variasi genetic pada gen-gen ini dapat diaplikasikan sebagai biomarker untuk memilih pengobatan yang tepat yang akan meminimalisir reaksi samping obat, berdasarkan susunan genetic individu. Aplikasi dari informasi mengenai variasi genetic dalam pengobatan berbagai penyakit dapat memandu era baru di bidang kesehatan dan pengobatan yang disebut dengan personalised medicine.

Untuk memajukan dan mendiseminasikan riset-riset berkualitas tinggi yang telah dikembangkan di Universitas YARSI, khususnya di bidang genomic medis, Pusat Penelitian Genetik telah menggelar "YARSI Genomic Medicine Conference" untuk pertama kalinya pada tahun 2015 dengan mengundang para peneliti dari dalam maupun mancanegara yang merupakan global leader di bidang genomic medis. Dari konferensi tersebut dihasilkan beberapa kolaborasi ilmiah dengan berbagai instansi baik dalam maupun luarnegri, beberapa di antaranya telah berbuah publikasi ilmiah internasional.

Mengenang suksesnya YGMC 2015 tersebut, Pusat Penelitian Genetik Universitas YARSI kembali mengadakan konferensi Genomic Medicine Conference (GMC) yang diharapkan akan menarik komunitas ilmiah yang lebih luas dan mempercepat penerapan genomic medis di bidang personalised medicine. Dengankonsep yang lebihbaik, GMC merupakan konferensi unggulan dan salah satu brand yang berkesinambungan dariUniversitas YARSI.

GMC 2019 yang memiliki tema "transforming healthcare in personalised medicine era" ini akan didukung oleh komunitas Farmakogenomik terbesar di Asia Tenggara, yaitu South East Asian Pharmacogenomics Research Network (SEAPharm). Komunitas ini tidak hanya terdiri dari negara-negara di Asia tenggara tetapi juga negara lain yang memiliki tujuan sama dalam mengimplementasikan penelitian-penelitian farmakogenomik seperti Jepang, Korea dan Yunani. Komunitas ini memiliki tujuan agar pemanfaatan obat menjadi tepat sasaran dan tepat guna sehingga pasien terhindar dari efek sampan obat yang merugikan, bahkan menyebabkan kematian. Setiap tahunnya komunitas SEAPharm menyelenggarakan rapat tahunan sebagai ajang anggota untuk update penelitian, bertukar pikiran dan merumuskan proyek penelitian yang akan dilakukan bersama dalam komunitas SEAPharm.Tahun ini The 8thSEAPharm meeting diadakan di Indonesia yang merupakan penyelenggaraan ke-2 di Indonesia setelah sebelumnya tahun 2014 juga diselenggarakan di Indonesia. Merupakan suatu kehormatan bagi kami, Universitas YARSI, sebagai representasi Indonesia dalam komunitas SEAPharm menyelenggarakan acara meeting tersebut pada tahun ini. Tahun 2020 meeting SEAPharm akan kembali diselenggarakan di Vietnam.

The 8thSEAPharm meeting dan GMC menghadirkan Keynnote Speaker dari Inje University Korea Selatan, yaitu Prof. Jae Gook Shin yang membicarakan mengenai bagaimana implementasi farmakogenomik di Korea Selatan yang membantu banyak pasien di Korea Selatan. Selain itu pembicara Plenary Talk pada acara The 8thSEAPharm meeting dan GMC juga hadir dan merupakan representasi dari negara-negara di Asia Tenggara, yaitu:

  1. Prof.Wasun Chantratita, Mahidol University, Thailand
  2. Pro. David Handojo Muljono, Eijkman Institute, Indonesia
  3. R. Surakameth Mahasirimongkol, Kementrian Kesehatandan Public Health, Thailand
  4. Dr. Michael Winter dariNational University of Singapore
  5. Prof.Iwan Dwi Prahasto dari Fakultas Kedokteran UGM, Indonesia
  6. Dr.Pajaree Chariyavilaskul dari Fakultas Kedokteran Chulalongkorn University, Thailand
  7. Dr.Hau Le Duc, dariVingroup Big Data Institute, Vietnam
  8. Dr. Francis CapuledariUniversity of the Philippines, Philipines
  9. Dr. Lu Zen Huatdari Universiti Brunei Darussalam, Brunai Darussalam
  10. Dr. Hana Krismawatidari Litbang DEPKES Papua, Indonesia

Pembicara plenary talk dari Negara representatif Meeting Seapharm tersebut menekankan pentingnya penelitian dan implementasi penelitian itu sendiri di bidang kesehatan. Farmakogenomik dapat menolong pasien-pasien yang akan menjalani pengobatan agar terhindar dari efek samping obat yang merugikan bahkan bias mematikan.

Ketua acara dari The 8thSEAPharm Conference dan GMC 2019 mengatakan bahwa tujuan yang dibawa komunitasSEAPharm adalah bagaimana mengembangkan farmakogenomik di Negara masing-masing dalam satu wadah regional di Asia Tenggara.

"farmakogenomik dapat menjadi solusi bagi kegagalan terapi obat dan mencegah terjadinya efek sampik obat yang merugikan, terutama untuk tuberkulosis di mana Indonesia merupakan Negara penyumbang ketiga terbesar di Dunia" imbuh dr. rikaYuliwulandari

Prof. David Handojo Muljonodari Eijkman institute menambahkan "Meeting ini bisa menjadi satu momentum untuk membangkitkan penelitian dan mendapatkan karakteristik genetik yang spesifik dari populasi Indonesia yang nantinya dapat di translasikan untuk pengetahuan, pendidikan, implementasi klinis maupun policy untuk pemerintah Indonesia".

Komentar

Komentar
()

Top