Jum'at, 29 Nov 2024, 22:31 WIB

Unej Berharap Tegalboto Obyokan Jadi Oase Kebudayaan di Jember

Foto: Antara

Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan alumni Universitas Jember (Unej) Fendi Setyawan berharap kegiatan Tegalboto Obyokan menjadi oase kebudayaan di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

1732892960_06a7de29502bbf871917.jpg


Penampilan 11 dadak merak reyog memeriahkan rangkaian peringatan Dies Natalis ke-60 Universitas Jember dalam acara Tegalboto Obyokan yang digelar tepat di area patung Triumvirat kampus setempat, Jumat petang.

"Kami sengaja mengundang kelompok seni reyog di Jember untuk unjuk kebolehan karena ingin melestarikan dan mengembangkan seni budaya Indonesia dalam hal ini reyog dengan harapan Tegalboto Obyokan akan menjadi oase kebudayaan di Jember," kata Fendi di Jember.

Hujan yang mengguyur Jember sejak pagi tak menyurutkan semangat para pelaku seni reyog Jember menampilkan aksi terbaiknya, bahkan tidak ketinggalan aksi dari Paguyuban Seni Reyog Mahasiswa (PSRM) Sardulo Anurogo Unej.

"Peringatan Dies Natalis ke-60 kami harapkan menjadi momen Unej untuk berprestasi lebih baik lagi, di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat," tuturnya.

Tidak hanya di bidang Tri Dharma Pendidikan Tinggi saja, namun juga di bidang lainnya seperti olahraga dan seni yakni pada pekan lalu ada Unej Law Run for Justice yang bisa menjadi cikal bakal Jember Marathon, begitu pula dengan Tegalboto Obyokan diharapkan nantinya menjadi oase kebudayaan di Jember.

Sementara dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang juga pengamat dan pegiat budaya Jember Ikwan Setiawan mengatakan seni reyog dipilih karena sudah menjadi bagian Jember sejak lama.

"Sejarahnya dimulai saat pemerintah kolonial Belanda membuka tanah Jember guna perkebunan dengan mendatangkan pekerja dari wilayah Mataraman termasuk dari Ponorogo. Mereka itulah yang kemudian juga membawa seni budaya reyog ke Jember, khususnya di wilayah selatan," tuturnya.

Ia menjelaskan obyokan adalah bentuk pementasan seni reyog secara terbuka di tengah publik tanpa sekat, tanpa panggung dan tanpa aturan yang terlalu membatasi, sehingga terjalin komunikasi dan keakraban antara seniman reyog dan masyarakat umum.

"Bentuk pementasan obyokan diharapkan menumbuhkan minat dan kecintaan akan seni reyog, terutama di kalangan mahasiswa. Apalagi seni reyog, selain memiliki nilai artistik yang tinggi juga membawa nilai-nilai filosofi seperti semangat berjuang, nilai-nilai kepemimpinan dan berani membela nilai-nilai kebenaran," katanya.

Ikwan mengatakan tidak hanya seni reyog, nanti bisa giliran ludruk, can macanan kadduk, ketoprak dan seni budaya lain yang ada dan berkembang di Jember dapat tampil di kampus Unej sebagai upaya untuk melestarikan kesenian tradisional.*

Redaktur: -

Penulis: Antara, Ones

Tag Terkait:

Bagikan: