Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik Bilateral I Menlu NATO akan Gelar Pertemuan untuk Membahas Ketegangan

Ukraina Minta Bantuan NATO

Foto : AFP/Sega VOLSKII

Parit Pertahanan l Tentara Ukraina sedang menggali parit pertahanan di Kota Shyrokyne di Ukraina timur, Rabu (28/11). Para tentara ini bersiap menghadapi konflik perang dengan Russia setelah sebelumnya terjadi peningkatan ketegangan bilateral terkait penahanan kapal dan pelaut Ukraina oleh kapal Russia di Laut Azov.

A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, meminta NANATO membantu negaranya dalam konfrontasi dengan Russia, dan segera menempatkan kapal-kapal perang aliansi di Laut Azov.

BRUSSELS - Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, pada Rabu (28/11) telah meminta negara sekutu Barat yang tergabung dengan NANATO termasuk Jerman, agar mengerahkan kapal perang ke Laut Azov untuk mendukung negaranya dalam perseteruan dengan Russia.

Jerman adalah negara sekutu yang dekat dengan kami dan kami berharap negara-negara yang tergabung dengan NANATO untuk bersiap menempatkan kapal Angkatan Laut ke Laut Azov untuk membantu Ukraina dan membantu menjaga keamanan," demikian pernyataan Presiden Poroshenko seperti dikutip dari harian asal Jerman, Bild, Kamis (29/11).

Konfrontasi Ukraina-Russia terjadi pada Minggu (25/11), saat tiga kapal Ukraina yang berlayar di perairan Crimea, ditangkap oleh kapal-kapal penjaga perbatasan Russia. Selain menahan kapal, Russia juga menahan 24 pelaut Ukraina.

Dalam pembelaannya, Presiden Russia, Vladimir Putin, pada Rabu (28/11) mengatakan bahwa kapal penjaga perbatasan Russia memiliki hak untuk menahan kapal Ukraina karena telah memasuki wilayah perairan mereka secara ilegal.

Pembelaan Putin itu disanggah oleh Poroshenko dengan menyatakan bahwa Russia memiliki itikad untuk menguasai keseluruhan wilayah perairan di Laut Azov. "Kami tak bisa menerima kebijakan agresif dari Russia. Pertama-tama mereka menguasai Crimea, kemudian Ukraina timur, dan sekarang mereka menginginkan Laut Azov," kata Poroshenko.

Sementara itu Kiev menuding Russia, yang sebelumnya pada 2014 melakukan aneksasi atas wilayah Semenanjung Crimea dari Ukraina, telah meluncurkan fase terbaru agresi.

Sementara itu menyikapi permintaan dari Presiden Poroshenko, para menteri luar negeri dari 29 negara anggota NANATO akan mengeluarkan sikap terkait konflik antara Ukraina-Russia di Laut Azov, serta para menlu itu akan melakukan pertemuan dengan Menlu Ukraina, Pavlo Klimkin, yang agendanya digelar pekan depan. Hal itu disampaikan juru bicara aliansi NANATO, Oana Lungescu, pada Kamis.

Sejauh ini, aliansi NANATO belum menanggapi permintaan dari Presiden Poroshenko, namun juru bicara NANATO menegaskan bahwa kehadiran kekuatan NANATO telah tersedia dalam jangkauan yang lebih luas. "Sejak aneksasi ilegal Russia atas Crimea, NANATO telah meningkatkan kehadiran di Laut Hitam," imbuh Lungescu.

Sebelumnya NANATO telah mengecam aksi Russia dan menuntut agar Moskwa mengembalikan kapal dan pelaut Ukraina yang ditahan.

Darurat Militer

Sementara itu setelah diberlakukan darurat militer di wilayah perbatasan Ukraina, dilaporkan pada Rabu bahwa pasukan tentara Ukraina terlihat sibuk menggali parit pertahanan dan membekali ransel mereka dengan perbekalan untuk menghadapi peperangan.

Persiapan ini terlihat dilakukan di Kota Shyrokyne, Ukraina timur, yang berada kurang dari satu kilometer dari garis pertahanan pemberontak Ukraina yang didukung Russia di Donetsk, dan sekitar 800 meter jauhnya dari tepi Laut Azov yang merupakan perbatasan antara Ukraina dan Russia.

Saat mengumumkan keadaan darurat, Presiden Poroshenko mewanti-wanti bahwa Ukraina saat ini sedang menghadapi ancaman perang skala besar dengan Russia, sehingga persiapan di garis depan ini perlu ditingkatkan. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top