Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pencemaran Udara I Harus Ada Komitmen Politik untuk Mengurangi Sumber Polusi

Udara Jakarta Kembali Jadi Paling Buruk di Antara Kota-kota Besar Dunia

Foto : KORAN JAKARTA/WACHYU AP

UDARA JAKARTA TIDAK SEHAT, SAATNYA BERALIH KE ENERGI RAMAH LINGKUNGAN I Pemandangan gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, beberapa waktu lalu. Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan telah menyiapkan strategi untuk mengatasi permasalahan polusi udara di Jakarta yaitu Pemprov DKI Jakarta akan menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH). Selain itu pemerintah juga harus mulai menghentikan operasional pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang polutif dan segera beralih ke energi bersih dan ramah lingkungan.

A   A   A   Pengaturan Font

Hingga saat ini, meskipun sudah ada berbagai fasilitas transportasi modern, mereka tetap memilih menggunakan kendaraan pribadi. "Perlu ada sosialisasi dan edukasi agar mereka mau beralih," tuturnya.

Makin Banyak

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan kualitas udara yang buruk karena sumber polusi semakin banyak, dari kendaraan bermotor, emisi dan gas buang dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang ada di sekitar Jakarta, begitu pula polusi industri dan pembakaran sampah.

Imbauan pemerintah baik sebagai usaha preventif, namun tidak menyelesaikan masalah. "Harus ada komitmen politik untuk mengurangi sumber-sumber polusi, khususnya dari transportasi dan PLTU," tegas Fabby.

Sektor transportasi dan PLTU memang paling berpengaruh terhadap penurunan kualitas udara di Jakarta. Transportasi itu karena kualitas bahan bakar minyak (BBM) yang dijual dan mayoritas dikonsumsi itu kualitasnya tidak terlalu baik. Indonesia, khususnya di Jawa dan Bali, harusnya hanya mengizinkan penjualan BBM yang setara dengan standar Euro 4. Selain itu, gas buang mesin kendaraan juga harus lebih ketat, dengan penerapan fuel economy standard.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top