Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Mioma

Tumor Jinak yang Serang Wanita Semua Usia

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Banyak permasalahan kewanitaan yang menjangkiti sebagian masyarakat, sudah berada pada stadium lanjut, ketika mereka datang ke tenaga medis untuk meminta pertolongan.

Persoalan yang muncul akibat dari penyakit kewanitaan menggerakan banyak pihak seperti pemerintah dan swasta gencar melakukan pemeriksaan dini guna mengurangi angka kematian dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

Masalah yang kerap muncul pada organ kewanitaan seperti terjadinya gangguan saat haid, mulai dari haid yang banyak, haid tidak teratur atau tidak keluar sama sekali hingga nyeri saat haid. "Kalau dalam istilah medisnya menorrhagia yaitu darah haid yang keluar banyak sekali, Amenorhea yaitu haid yang tidak teratur atau tidak keluar sama sekali, dan Dismenorea yaitu nyeri saat haid" ujar dr. Grace Valentine Sp. OG dokter spesialis kandungan di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta.

Terkait mioma, menurut Grace, itu tumor jinak yang berasal dari otot rahim. Umumnya mioma berbentuk bulat keras dan menjadi penyebab yang paling sering terjadi pada orang penderita Menorrhagia. Mioma dapat terjadi pada semua usia sejak perempuan mulai haid pertamanya dan terkadang bersifat genetik.

"Biasanya timbul dengan posisinya berada di mana-mana dan menyebabkan haid yang keluar banyak melebihi batas normal, lebih dari 80 ml dan dalam durasi yang lama lebih dari 7 hari," kata Grace.

Penyebab dari munculnya mioma dalam rahim bermacam-macam. Mulai dari genetik yang didukung lingkungan dan gaya hidup, hingga hormon yang ada dalam tubuh. Namun, meski begitu belum ada penelitian yang mengungkapkan apa korelasi antara mioma dan faktor genetik, tetapi genetik disebut sebagai salah satu faktor munculnya mioma.

"Lalu selama masa produksi tubuh yang obesitas dan memiliki lemak berlebih dapat membuat tubuh menghasilkan hormon estrogen berlebih yang bisa mendorong tumbuhnya mioma," Grace.

Untuk mengetahui apakah memiliki mioma atau tidak, Grace menyarankan untuk mengenali gejala-gejala haid yang tidak normal, karena selain lebih mudah untuk dilakukan sendiri dan juga tidak mengeluarkan biaya. Selanjutnya jita sudah merasakan gejala dari mioma ada baiknya untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan ultrasonografi.

"Karena mioma ini mengganggu kesuburan dan jika terjadi pada orang yang sedang hamil dapat berpotensi keguguran dan lahir sebelum waktunya," tuturnya.

Mioma dapat disembuhkan dengan melakukan pembedahan dengan mempertimbangkan usia pasien, gejala mioma yang dirasakan, ukuran, dan keinginannya untuk memiliki anak. Biasanya pada awal-awal pasien akan diberikan obat-obatan untuk mengurangi gejala dari mioma tersebut. selanjutnya jika pasien ingin melakukan pembedahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu miomektomi dan histerektomi.

"Jadi mau angkat miomnya atau angkat rahim karena referensi pasca miomektomi itu 10 sampai 30 persen. Dan biasanya ada bibit-bibit miom lagi di dalam rahim jadi pasti akan ada lagi (miomnya)," jelas Grace. Angkat rahim biasanya disarankan pada pasangan yang sudah tidak ingin memiliki anak lagi dan hingga saat ini belum ada obat yang dapat mengecilkan mioma.

Perubahan Keseimbangan Kuman

Vaginitis atau keputihan adalah salah satu masalah yang paling sering dialami wanita. Menurut Grace, tiga dari empat wanita mengalami keputihan. Keputihan biasanya disebabkan perubahan keseimbangan kuman, jamur, parasit seperti Trichomonas, dan virus seperti herpes simpleks dan human papilomavirus (HPV).

"Jadi perubahan keseimbangan kuman itu terjadi karena kuman baik kalah dengan jumlah kuman jahat yang berada di vagina sehingga menyebabkan keputihan," jelasnya.

Sebenarnya keputihan itu hal normal, namun menjadi tidak normal apabila berwarna kuning, putih susu, hijau, berbau amis, dan gatal berlebihan.

"Lihat dan kenali keputihan yang tidak normal itu bagaimana. Bisa juga kalau ingin melakukan pemeriksaan di puskesmas untuk mengetahui keputihan yang dialami, apakah diakibatkan infeksi jamur, bakteri, atau parasit," ujarnya.

Mencegah memang jauh lebih baik daripada mengobati, Grace menyarankan agar tetap menjaga daerah kewanitaan agar tetap bersih dan kering sehingga tidak menjadi sarang tumbuh dan berkembangnya jamur, bakteri, dan parasit lainnya.

"Selain itu selalu seka dari bagian depan ke bagian belakang karena bagian belakang memiliki banyak kuman ketimbang bagian depan," jelasnya.

Selain itu jika ingin menggunakan sabun untuk membersihkan daerah kewanitaan gunakanlah sabun khusus karena biasanya kandungan yang dimiliki sesuai dengan pH vagina. "Dan hindari douching yaitu semprot-semprot cairan ke vagina karena dapat membuat daerah sana lembab dan bagus untuk tumbuh kembang jamur," katanya.

Penggunaan pantyliner yang dipercaya dapat menghilangkan atau menyembuhkan keputihan dengan kandungan yang bermacam-macam menurut Grace merupakan mitos, karena tujuan awal dari pantyliner adalah untuk menjaga daerah kewanitaan senantiasa kering dan tidak lembab. "Karena tujuan awalnya untuk menyerap cairan agar daerah sana tidak basah," ujarnya. Pantyliner bisa menjadi bumerang jika tidak rajin-rajin diganti, karena bisa menjadi tempat tumbuh kuman.

Selain itu meskipun tidak terlalu berbahaya, keputihan dapat menjalar hingga ke rahim dan indung telur jika dibiarkan begitu saja. "Sehingga kalau dibiarkan begitu saja, bisa muncul kista yang isinya nanah," katanya. gma/R-1

Waspadai Kanker Serviks

Momok yang paling menakutkan perempuan adalah kanker serviks. Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia berada di peringkat pertama dengan jumlah kasus kanker serviks setiap tahunnya yang mencapai 15 ribu kasus baru dan 7.500 kematian menurut data yang diperoleh RSPI.

"Bayangkan, setiap harinya ada 40 wanita didiagnosa menderita kanker serviks dan setiap jamnya ada satu wanita yang meninggal," kata Grace.

Ia menjelaskan kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang dapat dicegah dibandingkan dengan kanker lainnya. Di Indonesia kini terdapat vaksin untuk pencegahan dini kanker serviks.

Pemberian vaksin HPV dapat dilakukan sejak usia dini, yaitu mulai dari usia 9 sampai 11 tahun, dan di atas 13 tahun dengan pemberian tiga kali dosis. Untuk saat ini vaksin HPV hanya tersedia untuk HPV tipe 16 dan 18 karena penyebab utama kasus kanker serviks di seluruh dunia adalah HPV tipe 16 dan 18.

"Untuk melakukan vaksinasi HPV adalah saat sebelum menikah dan belum pernah berhubungan intim," kata Grace.

Ia menambahkan, pasangan yang sudah menikah dapat melakukan vaksinasi ini. Namun dengan syarat harus melakukan terlebih dahulu pemeriksaan papsmear dengan hasil yang harus normal. "Karena kalau sudah terinfeksi percuma saja melakukan vaksinasi HPV," ujarnya.

Terlebih kanker serviks memiliki rentang yang sangat lama, mulai dari saat pertama kali terinfeksi hingga menjadi kanker. Dan hal tersebut biasanya membutuhkan waktu 3 sampai 17 tahun. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top