Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tujuh Negara yang Mengubah Nama Mereka, Mengapa?

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Saat ini Turki ingin dunia menyebutnya sebagai Türkiye. Ada sejumlah negara yang juga mengubah nama mereka, apa saja alasannya? Terkadang isu politis hingga latar belakang sejarah dan branding menjadi alasannya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan pada Rabu (1/6) bahwa Türkiye akan mengganti nama negara Turki, kapan pun negara itu disebut.

"Türkiye adalah representasi dan ekspresi terbaik dari budaya, peradaban, dan nilai-nilai rakyat Turki," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Desember 2021 ketika pemerintahnya merilis memo tentang perubahan nama.

Rebranding itu mungkin dilakukan sebagai bentuk kekesalan Erdogan atas asosiasi yang tidak menarik terkait nama negaranya dengan kalkun (yang dalam bahasa Inggris disebut Turkey). Ketika peran geopolitik negara itu tumbuh, Turki menjadi lebih sadar citra dan kepekaan Erdogan tentang bagaimana rasa nasionalisme di negara itu.

Belanda

Pemerintah Belanda pun merombak citranya dengan membuang nama Holland. Pada 2020, para pengusaha, dewan pariwisata, dan pemerintah pusat semuanya menyebut negara itu sebagai the Netherlands. Kini nama Holland Utara dan Holland Selatan hanyalah dua dari 12 provinsi di negara Eropa itu.

Perubahan nama merupakan bagian dari dorongan untuk menjauhkan diri dari asosiasi penggunaan narkoba dan prostitusi legal, faktor penarik bagi turis asing berkunjung ke Amsterdam, yang terletak di Provinsi North Holland.

Namun, hingga saat ini badan pariwisata Belanda masih menggunakan domain holland.com untuk situs resminya.

Makedonia Utara

Pada tahun 2019, Republik Makedonia (atau dikenal sebagai bekas Republik Yugoslavia Makedonia) secara resmi menjadi Republik Makedonia Utara. Berbeda dengan beberapa perubahan nama negara lain, motivasi dalam hal ini adalah politis.

Makedonia Utara berusaha meningkatkan hubungan dengan Yunani, dengan tujuan bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Yunani telah lama memperdebatkan penggunaan nama Makedonia, karena nama itu merupakan nama wilayah geografis di Yunani. Makedonia juga merupakan kerajaan Yunani kuno. Sengketa penamaan bahkan berkontribusi pada ketidakstabilan di wilayah tersebut.

Yunani lebih suka negara Balkan itu melepaskan semua penggunaan istilah dan mengusulkan nama "Republik Vardar" atau "Republik Skopje" sebagai gantinya. Namun, setelah negosiasi panjang, nama Makedonia Utara, dengan nama bahasa resminya dan warganya tetap Makedonia.

Eswatini

Pada April 2018, Raja Mswati III mengganti nama Swaziland menjadi Eswatini, menandai upaya negara itu membebaskan diri dari masa kolonial. Sejumlah informasi menyebut bahwa Raja Mswati III tidak menyukai nama Swaziland karena kerap dianggap mirip dan membingungkan dengan nama Swiss (Inggris: Switzerland).

Diumumkan pada peringatan 50 tahun pembentukan negara Afrika, Eswatini - nama prakolonial negara itu - berarti "tanah Swazis" dalam bahasa mereka.

Czechia

Lagi-lagi isu rebranding menjadi alasan di balik perubahan nama negara di Eropa tengah, Republik Ceko. Pada 2016, pemerintah Ceko secara resmi mengubah namanya menjadi Czechia, bersama dengan rekomendasi untuk mempromosikan versi pendek ini dalam konteks internasional.

Sama seperti nama resmi Prancis adalah Republik Prancis, Republik Ceko bisa jadi Czechia. Selain itu, nama Czechia adalah nama yang lebih mudah untuk dilampirkan ke produk.

Meskipun Uni Eropa, PBB, dan beberapa perusahaan besar menyebutnya sebagai Czechia, nama tersebut belum cukup dikenal secara internasional. Salah satu alasannya adalah bahwa Czechia terlalu mirip dengan Chechnya, sebuah republik Russia di Kaukasus.

Pada 2020, Perdana Menteri Ceko, Andrej Babis, mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa dia sama sekali tidak menyukai nama Czechia.

Cabo Verde

Negara kepulauan yang terletak di Samudra Atlantik sekitar 700 kilometer di lepas pantai Senegal ini mengajukan permintaan resmi untuk perubahan nama pada 2013.

Sebelumnya negara ini disebut Tanjung Verde, sebagian modifikasi nama dari bahasa Portugis asli "cabo verde" yang berarti "jubah hijau". Meskipun bukan sebuah tanjung, kepulauan ini terletak tepat di luar titik paling barat benua Afrika.

Alasan praktis juga melatarbelakangi perubahan nama ini. Menteri Kebudayaan saat itu mengatakan negara itu mencari nama standar yang tidak perlu diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Dia menambahkan bahwa dia berharap Cabo Verde akan memunculkan asosiasi positif dengan matahari, laut, dan orang-orang yang bahagia.

Sri Lanka

Seperti Eswatini, Sri Lanka mengubah namanya untuk melepaskan diri dari asosiasi kolonial.

Meskipun perubahan nama resmi dilakukan pada 1972 ketika merdeka dari kekuasaan Inggris, baru pada tahun 2011 Sri Lanka secara resmi menghapus nama kolonial lama Ceylon dari penggunaan pemerintah. Namun, label Teh Ceylon yang populer dari negara itu tetap ada. DW/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top