Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Nature’s Poetry

Tuangkan Perjalanan Hidup melalui Motif Batik

Foto : dok.Khalif
A   A   A   Pengaturan Font

Setelah 10 tahun berkarya, desainer batik Yanny Tan menggelar pagelaran busana tunggal perdananya bertajuk Nature's Poetry. Ia mengatakan suatu karya adalah perjalanan hidup seseorang.

Hal itu sama dengan karyanya kali ini, yang bermaksud menjadi suatu cerita dari kejadian-kejadian dan pengalaman hidupnya yang tumbuh menjadi inspirasi. "Ini secara alami keluar dan terekspresi dalam karya saya," cerita Yanny Tan.

Ia mengambil tema Nature's Poetry karena ini menjadi rangkaian imajinasi dan ekspresinya mengenai keindahan. Yanny ingin menuangkan keindahan alam yang terbentuk dari flora dan fauna dalam desain batik, warna dan siluet pada koleksi Couture Collection 2019 ini.

"Jadi di batiknya ada motif flora dan fauna dengan warna-warna alam seperti hijau, warna tanah semisal merah bata," katanya.

Dari 47 koleksi yang diperagakannya ini, Yanny ingin bercerita bahwa dengan koleksi yang didominasi dengan gaun malam dan gaun cocktail ini dipenuhi dengan bunga-bunga, burung dalam warna alam dan warna tanah guna dapat memberi ketenangan bagi pemakainya dan orang yang melihatnya.

Terdapat pula empat setelah busana pria yang cenderung dengan warna-warna tanah. Yanny pun lebih memilih mencampurkan siluet-siluet modern dan kontemporer yang lebih longgar, agar busananya dapat memberikan kenyamanan, rileks dan merasa lega, seperti dirinya yang memiliki kebebasan bergerak saat tengah berkarya.

Klasik kontemporer dapat terlihat dari busana yang diciptakannya untuk mengikuti perkembangan zaman. Namun Yanny tetap mempertahankan ciri khasnya yang bernuansa klasik Jawa.

Yang istimewa pada Nature's Poetry ini adalah batik dan bahan pakaian yang didesain dan dibuat sendiri. Yanny tidak menggunakan motif batik yang identik dengan wilayah atau daerah tertentu, melainkan menciptakan batik dengan gayanya sendiri. Ia mengkreasikan batik desainnya dengan latar belakang tidak hanya Jawa, melainkan juga peranakan seperti Tiongkok, Jepang maupun Turki. Ia mempertemukan unsur modern ala barat dengan unsur ketimuran melalui desain motif batiknya dan tie dye yang ia ciptakan.

"Kendalanya sih yang paling besar saat pembuatan bahan karena material kami 90 persen buat sendiri, membuat motif batik tulis sendiri, menenun sendiri. Prosesnya minimal tiga bulan," cerita Yanny.

Bahan-bahan kekinian seperti organdy sutra, embroidery, tenun sutra, serta wool juga turut digunakan untuk dipadupadankan dengan koleksi Nature Poetry's.

Ia berharap bahwa setiap orang yang mengenal motif batik bisa melihat nilai-nilai yang terdapat di sana serta menangkap pesan atau nasihat yang coba diberikan. Karena setiap gambar yang dibuat merupakan suatu cerita dan nasihat yang ingin diberikan bagi generasi penerusnya. "Karena simbol-simbol pada batik itu mengarah ke hal-hal positif. Kain batik itu berisi nasihat dan masa depan. Batik tulis itu bukan hanya selembar kain, tetapi lebih dari itu, sebagai sebuah seni," tutupnya.gma/R-1

Inspirasi dari Tiga Unsur Dunia

Pada kesempatan yang berbeda, desainer kenamaan Indonesia, Ivan Gunawan kembali hadir mengeluarkan koleksi terbarunya. Ivan, yang terkenal dengan rancangan busana wanitanya, kini mengeluarkan lini busana pria siap pakai, Khalif.

Khalif yang berarti kesuksesan merupakan hasil buah pemikiran Ivan sejak setahun lalu. Sebelumnya, ia telah memiliki brand Mandja dan Mini Me yang ditujukan untuk wanita dan anak-anak, maka dari itu Khalif diharapkan dapat melengkapi keduanya.

"Khalif ini lini busana pria dengan konsep monday to sunday, karena pria Indonesia itu haus akan berbusana yang terjangkau," tutur Ivan.

Terciptanya lini busana siap pakai ini juga didasari oleh brand-brand luar negeri yang sering kali ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia. Padahal, brand lokal tidak kalah kualitasnya dengan brand luar negeri, malah mungkin yang berbeda hanyalah dari segi harga.

"Itu yang menjadi mimpi saya, kalau membuat brand yang bisa menjadi rebutan di masyarakat," katanya.

Khalif ditujukan untuk laki-laki dari usia remaja hingga dewasa, Ivan sendiri tidak begitu menargetkan dari segi usia. Pada pagelaran pertunjukan perdana Khalif beberapa waktu lalu, ada 60 koleksi busana yang diperagakan oleh 60 model pria dari latar belakang yang berbeda-beda.

Itu karena setiap pria memiliki bentuk tubuh dan warna kulit yang berbeda, dan itu yang Igun - demikian Ivan Gunawan disapa - coba tunjukan. Bahwa dengan koleksinya, cocok untuk semua pria yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

Ia menambahkan ada tiga unsur mendasar pada koleksi perdana Khalif ini, yaitu Sun (Matahari) dengan sentuhan warna khaki dan marun, Sea (Laut) yang beraroma putih, biru dan kotak-kotak, serta Earth (Bumi) yang menggunakan warna hitam putih dan gradasinya sebagai yang utama.

Tiga unsur ini pun terbagi menjadi empat tema, casual, sporty, occasion dan formal. Busana muslim pria yang terkenal dengan bordir pada bagian dada diganti dengan gaya patchwork berpotongan besar. Untuk bahannya sendiri, ia menggunakan bahan-bahan seperti katun, linen, kanvas, hingga denim untuk menciptakan suatu karya dengan memberikan kesan maskulin pada setiap koleksinya.

Menurut Ivan, kesulitannya pada Khalif kali ini adalah dalam proses pemilihan bahan. Karena koleksi siap pakai ini ditujukan untuk semua lapisan masyarakat dengan harga terjangkau, sehingga harus mencarikan bahan dengan harga yang murah namun tidak mengesampingkan kualitasnya juga.

"Karena sudah terbiasa dengan bahan bagus untuk pesanan para sosialita jadi sulit mencari bahan yang murah tetapi bagus," ujar Ivan.
Ia pun memilih untuk menggunakan bahan lokal karena pernah mengalami insiden tidak mengenakkan, disebabkan proses pengiriman barang dengan bahan impor. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top