Trump Berjanji Kenakan Tarif Besar-besaran untuk Meksiko, Kanada, dan Tiongkok
Presiden AS Donald Trump berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan puncak KTT G20 di Osaka, Jepang, pada tahun 2019.
Foto: NPR/Kiyoshi Ota/Bloomberg via GettyWASHINGTON - Presiden terpilih AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin (25/11), ia bermaksud mengenakan tarif besar-besaran pada barang-barang dari Meksiko, Kanada, dan Tiongkok sebagai tanggapan terhadap perdagangan narkoba ilegal dan imigrasi.
Dalam serangkaian posting di akun Truth Social miliknya, Trump berjanji akan mengenakan tarif besar pada beberapa mitra dagang terbesar Amerika Serikat pada semua barang yang masuk ke negara tersebut.
"Pada tanggal 20 Januari, sebagai salah satu dari banyak Perintah Eksekutif pertama saya, saya akan menandatangani semua dokumen yang diperlukan untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen kepada Meksiko dan Kanada pada SEMUA produk yang masuk ke Amerika Serikat, dan Perbatasan Terbukanya yang menggelikan," tulisnya.
Dalam posting lainnya, Trump mengatakan ia juga akan mengenakan tarif sebesar 10 persen kepada Tiongkok, "di atas semua Tarif tambahan," pada semua produknya yang masuk ke AS sebagai respons atas apa yang ia katakan sebagai kegagalan Tiongkok dalam mengatasi penyelundupan fentanil.
Tarif merupakan bagian utama dari agenda ekonomi Trump. Presiden terpilih dari Partai Republik itu berjanji akan mengenakan bea masuk yang luas kepada sekutu maupun musuh saat ia kampanye menjelang kemenangannya pada tanggal 5 November.
Masa jabatan pertama Trump di Gedung Putih ditandai dengan agenda perdagangan yang agresif dan proteksionis yang juga menargetkan Tiongkok, Meksiko, dan Kanada, serta Eropa.
Saat berada di Gedung Putih, Trump melancarkan perang dagang habis-habisan dengan Tiongkok, mengenakan tarif signifikan terhadap barang-barang Tiongkok senilai ratusan miliar dollar.
Saat itu ia mengutip praktik perdagangan yang tidak adil, pencurian kekayaan intelektual, dan defisit perdagangan sebagai pembenaran.
Tiongkok menanggapi dengan tarif pembalasan terhadap produk-produk Amerika, khususnya yang berdampak pada petani AS.
AS, Meksiko, dan Kanada terikat pada perjanjian perdagangan bebas berusia tiga dekade, yang sekarang disebut USMCA, yang dinegosiasikan ulang di bawah Trump setelah ia mengeluh bisnis AS, terutama produsen mobil, mengalami kerugian.
"Meksiko dan Kanada masih sangat bergantung pada pasar AS sehingga kemampuan mereka untuk menjauh dari ancaman Presiden terpilih Trump masih terbatas," kata Wendy Cutler, wakil presiden di Asia Society Policy Institute, dan mantan pejabat perdagangan AS, kepada AFP.
"Dia pasti akan digugat di pengadilan AS, tetapi itu akan memakan waktu untuk melalui proses hukum," tambahnya.
Dengan mengutip krisis fentanil dan imigrasi ilegal, Trump tampaknya menggunakan masalah keamanan nasional sebagai sarana untuk membatalkan kesepakatan itu, sesuatu yang diizinkan berdasarkan aturan yang ditetapkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Tetapi sebagian besar negara dan WTO memperlakukan pengecualian keamanan nasional sebagai sesuatu yang harus digunakan secara hati-hati, bukan sebagai alat rutin kebijakan perdagangan.
Trump pada tahun 2018 mengutip pembenaran keamanan nasional untuk mengenakan tarif pada impor baja dan aluminium yang menargetkan sekutu dekat seperti Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa.
Hal ini menyebabkan tindakan pembalasan dari mitra dagang.
Tak Ada Alasan untuk Khawatir
Duta Besar Uni Eropa untuk Amerika Serikat pada hari Jumat mengatakan Eropa akan siap untuk menanggapi jika terjadi ketegangan baru dengan AS mengenai perdagangan.
Tak lama setelah kemenangan Trump, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum meyakinkan warganya bahwa kembalinya Trump "tidak perlu dikhawatirkan" meskipun ada ancaman perdagangan yang keras.
Banyak ekonom memperingatkan bahwa tarif akan merugikan pertumbuhan dan mendorong inflasi, karena tarif terutama dibayarkan oleh importir yang membawa barang ke AS, yang sering kali membebankan biaya tersebut kepada konsumen.
Tetapi mereka yang berada di lingkaran dalam Trump bersikeras bahwa tarif tersebut merupakan alat tawar-menawar yang berguna bagi AS untuk mendorong mitra dagangnya agar menyetujui persyaratan yang lebih menguntungkan, dan untuk membawa kembali pekerjaan manufaktur dari luar negeri.
Trump mengatakan dia akan menugaskan calon menteri perdagangannya Howard Lutnick, seorang yang agresif terhadap Tiongkok, untuk menangani kebijakan perdagangan.
Lutnick telah menyatakan dukungannya terhadap tarif sebesar 60 persen pada barang-barang Tiongkok bersama dengan tarif sebesar 10 persen pada semua impor lainnya.
Berita Trending
- 1 Tiongkok Temukan Padi Abadi, Tanam Sekali Panen 8 Kali
- 2 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 3 BKD Banten Periksa Pejabat Kesbangpol Buntut Spanduk Kontroversial
- 4 Ratusan Pemantau Pemilu Asing Tertarik Lihat Langsung Persaingan Luluk-Khofifah-Risma
- 5 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online
Berita Terkini
- Tantang Dominasi Barat, Huawei Luncurkan Ponsel Pintar dengan OS Buatan Dalam Negeri
- DPR Sebut Makan Bergizi Gratis Langkah Strategis Wujudkan SDM Unggul
- Terapi Apa Saja yang Bisa Bantu Sembuhkan dari Kecanduan Judi “Online”? Ini Jenisnya
- Korban Jiwa Akibat Longsor di Karo Bertambah Jadi 20 Orang
- Menag Nasaruddin Umar Laporkan Penerimaan Gratifikasi ke KPK