Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Pemerintah

Transisi Energi Membuka Potensi Penciptaan Lapangan Kerja

Foto : ANTARA/HAFIDZ MUBARAK A

Petugas memeriksa panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Terdapat potensi penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi seiring dengan adanya transisi energi dari fosil menuju energi bersih. Tren investasi industri energi fosil semakin menurun dalam 10 tahun terakhir, sehingga pengembangan energi baru terbarukan (EBT) kian terbuka.

"Ada sektor-sektor, khususnya sektor energi fosil yang secara bertahap lapangan kerjanya akan semakin menurun, tapi juga ada lapangan kerja baru yang tercipta dari industri energi bersih ini," ujar Direktur Eksekutif Institute Essential for Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, dalam jumpa pers yang digelar secara daring, di Jakarta, Selasa (27/8).

Seperti dikutip dari Antara, Fabby mengatakan berdasarkan kajian IESR, potensi energi terbarukan berupa tenaga surya memiliki potensi yang besar yakni sekitar 20.000 gigawatt.

Fabby mengatakan dengan potensi energi surya yang bisa menjadi tulang punggung energi Indonesia maka transisi menuju nol emisi karbon dapat diakselerasi salah satunya dengan mengakhiri operasi PLTU sebelum 2050.

Lewat pensiun dini PLTU yang tidak dilengkapi penangkap karbon maka berimplikasi pada kesempatan kerja yang luas bagi anak muda di sektor energi bersih dengan potensi tenaga kerja yang dapat terserap sebanyak 3,2 juta tenaga kerja pada 2050. "Di mana 1,2 juta di antaranya tercipta dari pekerjaan yang berbasis teknis, dan studi IESR menunjukkan hal yang sama bahwa transisi energi akan menciptakan lapangan kerja yang jauh lebih besar," tambah Fabby.

Adapun penyerapan tenaga kerja tersebut bakal berfokus pada industri energi bersih yang meliputi teknologi pembangkit listrik tenaga uap, pembangkit listrik tenaga angin, hingga pemanfaatan bioenergi.

Hadapi Tantangan

Namun demikian, terdapat tantangan yang harus dihadapi yakni lapangan kerja yang tercipta di sektor industri bersih. Sektor ini membutuhkan SDM dengan keterampilan dan keahlian tenaga kerja yang memahami soal energi baru terbarukan baik dari sisi teknis dan nonteknis hingga dibutuhkan sertifikasi kompetensi terkait EBT.

Pihaknya juga menyoroti soal pemerataan dan kualitas guru vokasi serta fasilitas pendidikan di Indonesia yang berkaitan dengan sektor energi serta berharap pemerintah mampu menghadirkan pendidikan vokasi yang turut mempelajari EBT sehingga dapat menghadirkan fasilitas pelatihan dan pengembangan SDM berkelanjutan.

"Jadi tidak saja di sekolah saja menempuh pendidikan, tetapi memiliki keahlian yang dibutuhkan oleh dunia usaha," katanya.

Sebelumnya, IESR mengungkapkan kontribusi penambahan energi terbarukan pada 2023 mencapai hampir 500 gigawatt (GW) di seluruh dunia yang ditopang oleh energi surya. Hal tersebut berdasarkan data International Renewable Energy Asociation (IRENA), adapun energi surya tersebut ditopang oleh hasil produksi dari Tiongkok sebesar 60-70 persen.

"Tentu saja pemasangan terbesar berasal dari Tiongkok, itu hampir sekitar 60-70 persen itu berasal dari sana," ujar Analis Sistem Ketenagakerjaan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra S.

Namun demikian, terdapat beberapa negara yang telah lebih dulu menempatkan energi surya sebagai sumber energi yang meliputi India, Brasil yang semakin mengukuhkan predikat sebagai salah satu big solar power hub di dunia.

Ia menambahkan potensi energi surya merupakan energi yang cepat dan paling besar untuk diimplementasikan di seluruh dunia baik di negara berkembang dan negara maju.

Sementara di kawasan Asia Tenggara, terdapat Vietnam dan Thailand yang mendominasi pengembangan energi surya. "Vietnam itu total energi surya itu sampai 17 gigawatt," ujarnya.

Ia mencatat pada periode 2-3 tahun belakangan, Filipina juga masif mengembangkan energi surya. Kemajuan Filipina bahkan dinilainya mengalami penambahan yang signifikan dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand yang diketahui lebih maju soal energi surya di kawasan Asia Tenggara.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top