Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tragedi Tumpahan Minyak Pertamina

A   A   A   Pengaturan Font

Belum tuntas kasus perairan Balikpapan, kini muncul lagi pencemaran di Pantai Karawang, Jawa Barat. Kondisi air laut di wilayah perairan utara Karawang terkontaminasi minyak mentah akibat insiden kemunculan gas dan kebocoran minyak mentah di sekitar anjungan lepas pantai YYA, Blok migas Offshore North West Java (ONWJ) milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE).Akibat kebocoran itu, daerah di sekitar bibir pantai wilayah perairan utara Karawang menghitam dan terlihat gumpalan-gumpalan hitam karena minyak mentah bercampur dengan pasir. Kini, kapal yang melintas di area itu diimbau untuk waspada.

Keluhan pun muncul dari petani tambak yang bibitnya pada mati karena air areal tambaknya tercemar limbah. Ada juga nelayan yang tidak melaut karena tangkapannya berkurang drastis akibat laut tercemar minyak mentah

Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat mencatat, ada tujuh desa yang terkena dampak bocornya minyak mentah, di antaranya Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar; Desa Pakis, Kecamatan Pakisjaya; serta Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes. Selain itu juga Desa Sedari dan Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya serta Desa Tambaksari dan Tambaksumur Kecamatan Tirtajaya.Minyak mentah yang bocor juga sudah menyebar ke sejumlah muara di wilayah pesisir utara Karawang, di antaranya di aliran muara Sungai Buntu, muara Sungai Cemarajaya, muara Sungai Sedari, Tambaksari dan muara Sungai Pakisjaya.Ikhwal kebocoran bermula pada 12 Juli 2019, pukul 01.30, pada saat melakukan re-entry dari drilling activity di sumur YYA 1 lalu muncul gelembung gas. Kejadian itu mengakibatkan wilayah operasi berhenti, dan pada 14 Juli 2019 mulai dilakukan evakuasi pegawai.Pada 15 Juli 2019, Pertamina menyampaikan keadaan darurat kepada SKK Migas dan Kementerian ESDM. Kemudian, pada 16 Juli 2019, ada oil sheen atau lapisan minyak di permukaan laut, dan pada 17 Juli 2019 oil spill atau tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan, dan pada 18 Juli 2019, tumpahan minyak mencapai pantai ke arah barat, dua kilometer pantai.Sumur YYA-1 diproyeksi dapat memproduksi minyak sebesar 3.000 barel per hari (Bph) dan menghasilkan gas 23 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Jika angka tersebut sesuai, artinya dalam satu hari tumpahan minyak yang keluar bisa mencapai 3.000 Bph.

Proyeksi minyak dan gas yang keluar tersebut jadi acuan Pertamina dalam menerjunkan 29 kapal untuk spill combat, patrol, dan stand by firefighting. Hingga kini, Emergency Response Tim PHE ONWJ dan masyarakat telah mengangkat ceceran minyak mentah di sebagian wilayah pantai sepanjang 6,2 kilometer di lima wilayah, yaitu Tirtasari, Sedari, Tanjungsari, Cemara Jaya, dan Karangsari.

Upaya meminimalisasi dampak terhadap lingkungan di sekitar sumur YYA-1 terus ditingkatkan dengan memasang oil boom di delapan muara sungai, di antaranya Sungai Buntu, Muara Cemara Jaya, Muara Pelangi, Muara Singkih, Muara Tangkorak, Pantai Sedari, Tambak Sari, anak Sungai Sedari dengan melibatkan masyarakat setempat. Pertamina juga mengerahkan 27 kapal yang dilengkapi dengan oil boom dan dispersant di sekitar anjungan YYA dan titik-titik yang terindikasi terdapat oil spill di laut.

Tak cuma itu, Pertamina menyewa jasa perusahaan asal Amerika, Boots and Coots. Perusahaan tersebut memiliki rekam jejak cukup baik dalam penanganan insiden-insiden kebocoran minyak di berbagai sumur pengeboran di dunia, salah satunya menangani kasus minyak di Teluk Meksiko pada 2019.Tumpahan minyak di perairan Karawang mengingatkan kasus pencemaran di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu. Ketika itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menggugat para pihak yang bertanggungjawab membayar ganti rugi 10,15 triliun rupiah.

Nah, dalam kasus pencemaran di perairan Karawang sudah selayaknya ada pihak terkait, seperti Kementerian LHK yang bertindak. Setidaknya harus ada pernyataan tegas bahwa kebocoran minyak Pertamina telah merusak lingkungan.

Baca Juga :
Bonus Thomas Cup

Komentar

Komentar
()

Top