Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengembangan SDM

Tradisi Menulis Anak di Indonesia Melemah

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kompetensi anak Indonesia dalam hal tulis-menulis dinilai masih berada di belakang negara-negara lainnya. Indonesia menduduki peringkat 60 dari 72 yang disurvei.

"Hal tersebut terungkap dalam hasil survei tiga tahunan dari Programme for International Student Assessment (PISA) yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)," kata Pakar Edukasi Anak dari Wahana Visi Indonesia, Nurman Siagian, dalam diskusi bertema "Membangun Generasi Cerdas Indonesia melalui Kebiasaan Menulis" di Jakarta, Selasa (8/5).

Ia menambahkan, isu kompetensi ini berkaitan erat pula dengan melemahnya tradisi menulis di Indonesia seiring pesatnya perkembangan gawai. Padahal, menulis, khususnya di buku tulis, memiliki banyak manfaat karena mengasah berbagai keterampilan seperti berpikir kritis, daya ingat, dan motorik.

"Kegiatan menulis mendukung anak untuk menguasai huruf dan fonemik, memperkaya kosa kata, dan meningkatkan kemampuan anak menangkap pelajaran. Oleh karena itu, adanya gerakan 'Ayo Menulis' amat saya apresiasi dan patut kita dukung," kata Nurman.

Dalam kesempatan yang sama, Praktisi Mindful Parenting, Melly Kiong, mengatakan menulis merupakan cara komunikasi yang sangat baik antara anak dan orang tua. "Melalui tulisan-tulisan sederhana anak, orang tua dapat melihat talenta terpendam anak, atau bahkan masalah yang sedang ia hadapi di sekolah," ujar dia.

Menurut dia, orang tua dapat membantu menumbuhkan kebiasaan menulis dengan mengajak anak mengisi jurnal atau saling berkirim memo kecil.

Tingkatkan Kompetensi

Gerakan Ayo Menulis sendiri dimaksudkan untuk menumbuhkan kebiasaan menulis pada anak, karena diyakini dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan kompetensi anak Indonesia. Gerakan Ayo Menulis inimelibatkan 20 ribu murid dari 100 sekolah dasar di Jabodetabek pada tahap pertama yang akan berlangsung hingga Mei 2018.

Gerakan ini mencakup pemberian buku latihan menulis untuk anak, serta pendampingan yang melibatkan orang tua dan guru secara intensif, dengan modul yang berlangsung selama 21 hari.

Dalam gerakan tersebut juga disusun modul buku latihan menulis, berdasarkan studi yang mengungkapkan bahwa kebiasaan baru dapat dibentuk dengan rutin melakukannya selama minimal 21 hari.

Buku latihan menulis tersebut mencakup berbagai topik yang memancing minat anak untuk menulis. Mulai dari mengenal diri sendiri, mengetahui asal mula kertas, hingga perhelatan Asian Games 2018. "Beragam topik tersebut diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang menstimulus anak untuk mengutarakan pendapat serta idenya melalui tulisan tangan," katanya. eko/E-3

Komentar

Komentar
()

Top