Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 06 Okt 2021, 00:17 WIB

TNI Harus Kuat di Tengah Ancaman yang Lebih Luas

Pesawat tempur Sukhoi SU-27/30 "Bajra Flight" terbang di atas Istana Merdeka saat Upacara Peringatan HUT TNI ke-76 di Jakarta, Selasa (5/10/2021). Perayaan HUT TNI ke-76 mengusung tema ÒBersatu, Berjuang Kita Pasti MenangÓ.

Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc

Seiring perkembangan zaman, tuntutan terhadap Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang profesional semakin dibutuhkan. TNI harus semakin terlatih, semakin terdidik, persenjataannya semakin lengkap dan modern, kesejahteraannya terpenuhi, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan tunduk pada kebijakan politik negara.

Dalam pidatonya pada peringatan HUT ke-76 TNI, Presiden Joko Widodo berpesan agar TNI semakin sigap untuk selalu diaktifkan dalam menghadapi ancaman yang lebih luas seperti pelanggaran kedaulatan, pencurian kekayaan alam di laut, radikalisme, terorisme, ancaman siber, dan ancaman biologi, termasuk juga ancaman bencana alam.

Transformasi pertahanan harus terus dilanjutkan untuk meletakkan fondasi bagi pembentukan kapabilitas pertahanan modern yang relevan dengan perkembangan teknologi militer terkini. Dengan demikian TNI dapat bertransformasi menjadi kekuatan pertahanan Indonesia yang mampu berperan di lingkungan strategis regional maupun global.

Bila kita melihat ancaman yang makin kompleks, serta dengan pengembangan teknologi persenjataan modern dengan daya hancur yang makin hebat sebagai perpaduan kemajuan teknologi informasi, penginderaaan, maka peningkatan kemampuan TNI menjadi keharusan.

Itu sebabnya, begitu dilantik menjadi Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto langsung tancap gas untuk memodernisasi alutsista (alat utama sistem senjata Tentara Nasional Indonesia). Tidak tanggung-tanggung, anggaran yang diajukan untuk rentang waktu 2020-2044 sebesar Rp 1.760 triliun.

Meski Global Firepower merilis daftar kekuatan militer bertajuk "2021 Military Strength Ranking" dan menempatkan Indonesia berada di peringkat ke-16, dengan PowerIndex 0,2697. Di Asia, Indonesia berada di bawah China, India, Jepang, Korea Selatan, Pakistan, dan Iran. Tapi di Asia Tenggara, Indonesia nomor satu, disusul Vietnam dengan PowerIndex 0,4204, namun Prabowo tahu persis bahwa kekuatan militer kita lemah karena kurangnya persediaan amunisi. Konon katanya, jika perang diadakan saat itu, Indonesia hanya mampu bertahan selama tiga hari.

Karena itu, kekuatan politik terbesar di Indonesia, PDIP memberikan dukungan terhadap setiap upaya pengembangan kekuatan pertahanan Indonesia, termasuk hadirnya industri pertahanan yang percaya pada kekuatan sendiri. PDIP yakin tidak ada bangsa besar yang mampu survive tanpa kekuatan militer yang berdiri kokoh atas kekuatan bangsa sendiri.

PDIP menilai, pameran alutsista di depan halaman Istana Kepresidenan pada HUT ke-76 TNI kali ini memberikan optimisme bahwa kesadaran untuk berdikari dalam industri pertahanan semakin kuat. Industri pertahanan yang handal, hulu-hilir, dan terintegrasi akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian nasional.

Namun demikian, kita juga harus ingat pesan Presiden Joko Widodo bahwa modernisasi pertahanan ini juga harus disertai dengan terobosan pengelolaan ekonomi dan investasi pertahanan. Kita harus bisa bergeser dari kebijakan belanja pertahanan menjadi kebijakan investasi pertahanan yang berpikir jangka panjang, yang dirancang sistematis, dan yang dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan.

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: M. Selamet Susanto

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.