Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Kecelakaan Kapal Selam

TNI AL Investigasi Musibah KRI Nanggala

Foto : ANTARA/Ayu Khania Pranisitha

BADAN KAPAL SELAM -- Konferensi pers temuan pecahan badan kapal selam KRI Nanggala, di Lanal Denpasar, Bali, Selasa (18/5).

A   A   A   Pengaturan Font

DENPASAR - TNI Angkatan Laut (AL) sedang melakukan investigasi untuk mendalami penyebab kecelakaan KRI Nanggala-402 hingga menyebabkan 53 prajurit terbaik gugur dalam tugas tersebut. Masyarakat diminta menunggu hasil investigasi tersebut dan jangan menerka-nerka.
"Kami masih menunggu dari hasil tim investigasi. Mohon rekan media jangan menerka-nerka apa penyebabnya. Dengan situasi kondisi maaf, badan haluan temuannya di sini, anjungan di sini, buritan di sana, sehingga kami belum tahu tentang itu," kata Pangkoarmada II Laksda TNI Iwan Isnurwanto dalam konferensi pers, di Lanal Denpasar, Bali, Selasa (18/5).
Iwan mengatakan hingga saat ini masih dalam proses investigasi. Perlu diketahui bahwa KRI Nanggala-402 memiliki alat keselamatan dalam kapal tersebut.

Dua Alat Keselamatan
Menurut Iwan, terdapat dua alat keselamatan dalam KRI Nanggala. Pertama, alat embus tangki pemberat yang ada enam buah dengan 60 bar. Kedua, tangki tahan tekan isinya kurang lebih 2.000 liter dibebani 30 bar tekanan udara.
"Apabila alat tersebut tidak bisa dimanfaatkan dengan baik berarti ada sesuatu hal lain yang menyebabkan kapal selam tersebut tenggelam. Kalau itu adalah pesawat, maka ada blackbox tetapi untuk alutsista militer di dunia mana pun khususnya untuk kapal tidak ada yang namanya blackbox. Kami pun orang-orang kapal selam meneliti tidak hanya orang kapal selam yang masih aktif, tapi kami pun berkomunikasi berkoordinasi dengan senior-senior kami di kapal selam Hiu Kencana," kata Iwan.
Dia mengatakan untuk bersama-sama saat ini menunggu hasil dari tim investigasi, dan hingga saat ini belum tahu apa yang menandakan kapal selam dengan berat 1.300 ton tenggelam.
"Misalnya itu blackout itu kecepatannya adalah tidak sampai dengan 10 detik sudah mencapai 100 meter. Jadi dapat dibayangkan kalau misalnya 10 detik berarti 10 meter per detik untuk kecepatannya. Sekarang misalnya kalau mobil berapa kecepatannya ya 100 km per jam sudah begitu. Nah kalau ini bagaimana, sehingga kalau 839 meter berarti tidak lebih dari 90 detik sudah sampai di bawah," katanya pula.
Sebelumnya pada Minggu (25/4) diketahui seluruh awak kapal sebanyak 53 prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur di perairan utara Bali. Kapal ini hilang kontak saat komandan pelatihan hendak memberikan otoritas penembakan terpedo dalam latihan yang sedang berlangsung.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top