Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Myanmar

Tiongkok Minta Warganya Tinggalkan Distrik Perbatasan

Foto : AFP/PEDRO PARDO

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning

A   A   A   Pengaturan Font

YANGON - Kedutaan Besar Tiongkok di Myanmar pada Kamis (28/12) meminta warganya untuk meninggalkan distrik utara di sepanjang perbatasan kedua negara, dengan alasan meningkatnya risiko keamanan ketika kelompok etnis minoritas bersenjata melawan junta.

"Konflik di Distrik Laukkai di Kokang, Myanmar utara terus berlanjut, dan risiko keselamatan meningkat bagi orang-orang yang terperangkap di sana," kata Kedubes Tiongkok melalui media sosialWeChat. "Kedutaan Besar Tiongkok di Myanmar sekali lagi mengingatkan agar warga Tiongkok di Distrik Laukkai untuk mengungsi secepatnya," imbuh kedubes itu.

Sejak Oktober lalu pertempuran masih berkobar di Negara Bagian Shan di utara Myanmar ketika kelompok etnis minoritas yang disebut "Aliansi Tiga Persaudaraan" melancarkan serangan terhadap militer.

Aliansi tersebut telah merebut beberapa kota dan pusat perbatasan yang penting untuk perdagangan dengan Tiongkok, yang menurut para analis merupakan tantangan militer terbesar bagi junta sejak mereka merebut kekuasaan pada Februari 2021.

Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), salah satu anggota aliansi persaudaraan tersebut, telah berjanji untuk merebut kembali Kota Laukkai, yang terletak di sebuah distrik yang berbatasan dengan Tiongkok yang dikuasai oleh milisi yang berpihak pada militer dan terkenal karena perjudian, prostitusi, dan penipuanonline.

Media yang berafiliasi dengan MNDAA mengatakan pekan ini bahwa junta Myanmar telah melakukan serangan udara di wilayah otonom Kokang yang mengelilingi Laukkai dan menembaki beberapa bagian kota tersebut.

Bentrokan Berlanjut

Sebelumnya pada awal bulan ini, Beijing mengatakan pihaknya telah memediasi pembicaraan antara militer dan kelompok etnis bersenjata yang bersekutu dan mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata sementara.

Namun bentrokan terus berlanjut di beberapa bagian Negara Bagian Shan, dan anggota aliansi lainnya, Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang, mengklaim telah merebut dua kota lagi dalam beberapa hari terakhir.

Sementara itu pihak Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada Kamis menggambarkan situasi di Kokang sebagai situasi yang suram dan rumit.

"Tiongkok selalu percaya bahwa menjaga momentum gencatan senjata dan perundingan perdamaian adalah demi kepentingan semua pihak terkait di Myanmar," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning.

Para analis mengatakan Beijing tetap menjaga hubungan dengan kelompok etnis bersenjata di Myanmar utara, beberapa di antaranya memiliki hubungan etnis dan budaya yang dekat dengan Tiongkok dan menggunakan mata uang serta jaringan telepon Tiongkok di wilayah yang mereka kuasai.

Beijing juga merupakan pemasok senjata utama dan sekutu junta, namun hubungan keduanya tegang dalam beberapa bulan terakhir karena kegagalan junta dalam menindak situs penipuanonlinedi Myanmar yang menurut Beijing menargetkan warga Tiongkok.

Para pengunjuk rasa berkumpul dalam demonstrasi yang jarang terjadi di Yangon bulan lalu untuk menuduh Tiongkok mendukung aliansi etnis minoritas, yang menurut para analis merupakan tindakan yang disetujui oleh otoritas junta.AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top