Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tiongkok Mengupayakan Kesepakatan Bahan Bakar Fosil Dapat Diterima Semua Pihak di COP28

Foto : istimewa

Perundingan di Dubai berfokus pada seruan untuk menghentikan ekstraksi minyak, gas, dan batu bara secara global dengan harapan dapat mengatasi perubahan iklim yang semakin memburuk.

A   A   A   Pengaturan Font

DUBAI - Utusan iklim Tiongkok, Xie Zhenhua, dalam konferensi iklim PBB, Conference of the Parties 28 (COP-28), di Dubai, Sabtu (9/12),mengatakan akan bekerja sama dengan negara-negara lain untuk menemukan kompromi mengenai bahan bakar fosil yang dapat diterima semua pihak

Dilansir oleh Barron, meskipun ada upaya kartel Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang akan memblokir rancangan kalimat yang menargetkan bahan bakar fosil di COP28, Xie Zhenhua, mengatakan beberapa kemajuan mengenai masalah ini telah dicapai

"Jika kita tidak menyelesaikan masalah ini, saya tidak melihat banyak peluang untuk suksesnya COP28," katanya.

Perundingan di Dubai berfokus pada seruan untuk menghentikan ekstraksi minyak, gas, dan batu bara secara global dengan harapan dapat mengatasi perubahan iklim yang semakin memburuk.

OPEC dan anggotanya terkemuka, Arab Saudi, memimpin perlawanan karena melihat adanya ancaman terhadap mata pencaharian ekonomi mereka.

Peran Tiongkok dan Amerika Serikat (AS), yang merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, dianggap penting bagi dunia untuk mencapai kemajuan dalam upaya membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celsius.

Sejumlah sumber dalam perundingan tersebut mengatakan Tiongkok menentang penghentian perjanjian tersebut tetapi mereka bersikap konstruktif dalam perundingan tersebut.

Xie mengatakan Tiongkok telah berkonsultasi dengan negara-negara besar lainnya dan melakukan negosiasi dengan pihak-pihak terkait untuk mencari resolusi.

"Kita semua ingin bekerja sama untuk menemukan bahasa yang menunjukkan arah yang tepat dalam upaya lebih lanjut, mencerminkan inklusivitas semaksimal mungkin dan juga dapat diterima oleh semua pihak," kata Xie.

Utusan Tiongkok itu mengatakan telah berbicara dengan seorang menteri dari negara penghasil minyak, yang tidak dia sebutkan namanya, yang mengatakan kepadanya bahwa hingga 90 persen pendapatan negaranya bergantung pada produksi minyak.

"Jadi jika kita menghapuskan semua energi fosil, termasuk minyak, bagaimana negara mereka bisa bertahan atau berkembang?" kata Xie.

"Saya kira dalam proses transisi ini, kita harus saling memahami, saling mendukung, dan bekerja sama untuk bersama-sama mencari solusi terbaik," ujarnya.

Xie dan utusan iklim AS, John Kerry, yang telah saling kenal selama dua dekade, bertemu bulan lalu di Sunnylands, California, setelah itu mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang penting.

Di dalamnya, kedua negara bersama-sama menyerukan perluasan energi terbarukan secara cepat untuk "mempercepat substitusi pembangkit listrik tenaga batu bara, minyak dan gas".

Ketika ditanya apakah Tiongkok mendukung penghapusan bahan bakar fosil, Xie merujuk pada pernyataan Sunnylands.

"Kami tidak akan berprasangka buruk pada hasil akhirnya tetapi saya pikir kita semua akan bekerja sama untuk mencoba menemukan bahasa yang mengakomodasi kebutuhan semua pihak dan mencerminkan tren besar transisi dan inovasi," ujarnya.

Rancangan kesepakatan COP28 terbaru mencakup beberapa opsi, mulai dari penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap hingga tidak menyebutkan masalah ini sama sekali. Ini juga memuat rancangan yang sejalan dengan deklarasi Sunnylands.

Meskipun Tiongkok adalah produsen energi angin dan matahari terbesar di dunia, Tiongkok masih bergantung pada batu bara, yang tahun lalu menghasilkan 60 persen listrik di Tiongkok.

Xie mengingatkan Beijing berdasarkan rencana lima tahunnya, dari tahun 2021-2025, berjanji untuk "mengendalikan secara ketat" peningkatan produksi batu bara dan menguranginya secara bertahap setelah periode tersebut.

"Sebenarnya pertumbuhan listrik yang dihasilkan oleh energi terbarukan tidak secepat kapasitas terpasang karena kita masih menghadapi hambatan teknis," katanya.

"Jadi saya yakin jika semua kesulitan teknis ini bisa teratasi, energi terbarukan Tiongkok akan berkembang lebih cepat dan lebih baik di masa depan," tutupnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top