Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perang Dagang

Tiongkok Lawan Tekanan AS dengan PatriotismeMark Zuckerberg

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Tiongkok saat ini sedang menjalani masa yang sulit karena hubungan negara itu dengan Amerika Serikat (AS) memburuk akibat perang dagang. Untuk itu, Beijing berusaha mengobarkan semangat patriotisme warga dengan menayangkan film-film Perang Korea, dan menurunkan berbagai editorial yang berisi kecaman terhadap Washington DC.

Perang dagang telah berubah menjadi perang kata-kata setelah pekan lalu Presiden AS, Donald Trump, memasukkan perusahaan raksasa telekomunikasi Tiongkok, Huawei, ke dalam daftar hitam perusahaan-perusahaan yang dilarang membeli produk teknologi AS. Pelarangan dikeluarkan karena kekhawatiran Beijing dapat menggunakan perangkat Huawei untuk kegiatan spionase.

Kebijakan AS itu ditetapkan saat kedua pihak tengah mengalami kebuntuan dalam perundingan dagang yang digelar untuk mengakhiri perang tarif.

"Sekarang Tiongkok memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang ketidakteraturan AS, dan siap berperang dengan semangat 'Long March'," demikian sebuah komentar yang dilayangkan pada Xinhua.

Komentar itu merujuk sikap keras Presiden Xi Jinping yang pada awal pekan ini memanggil para kader untuk mempersiapkan diri memghadapi "Long March" baru, sebuah ungkapan legendaris kaum revolusioner Komunis Tiongkok pada 1930-an yang bersatu dan berhasil meraih kemenangan pada 1949. Dalam kesempatan itu, Xi memperingatkan para pejabat tentang dampak jangka panjang dan rumit dari pengaruh asing.

"Dua ekonomi terbesar dunia itu akan melewati periode panjang konflik yang irasional. Dan kemudian dalam proses itu, selangkah demi selangkah, akan saling memahami, melawan satu sama lain, dan akhirnya bekerja sama satu sama lain," kata kepala peneliti di Pusat Tiongkok untuk Pertukaran Ekonomi Internasional, Zhang Yansheng.

Trump tetap membuka pintu rekonsiliasi dalam rencana pertemuan dengan Presiden Xi di sela-sela acara KTT G-20 di Jepang bulan depan. Namun media pemerintah Tiongkok justru meningkatkan retorika konfrontasi.

"AS menentang aturan internasional, mengabaikan perjanjian kerja sama, dan mengabaikan Amerika, hak istimewa Amerika, dan keistimewaan Amerika," tulisnya.

Sementara sejak Trump menaikkan tarif barang-barang Tiongkok menjadi 25 persen pada pertengahan Mei, media corong Partai Komunis, People's Daily telah menurunkan kolom harian berupa peringatan, yang berisi penolakan terhadap argumen Trump bahwa kebangkitan ekonomi Tiongkok, telah menyebabkan kerugian bagi AS.

Dukung Huawei

Sementara itu, sebuah lagu yang ditulis oleh mantan pejabat pemerintah Tiongkok, berisi sumpah untuk mengalahkan akal-akalan AS dalam perang dagang, menjadi viral sepanjang pekan ini. Namun platform media sosial populer WeChat dan Weibo menghapus unggahan itu karena melanggar aturan konten mereka.

"Sekarang bangsa Tiongkok menghadapi ancaman berbahaya, mirip dengan masa-masa sulit yang dibahas dalam film. Saya ingin menggunakan lagu ini untuk membangkitkan massa. Kita harus bersatu untuk berkembang dan bertarung," kata penulis lagu itu, Zhao Liangtian.

Pada bagian lain, netizen Tiongkok turut memberikan dukungan bagi Huawei setelah Trump mengeluarkan ancaman untuk menghancurkan perusahaan itu, yang secara luas diartikan sebagai langkah untuk menggagalkan ambisi teknologi tinggi Beijing.

Wawancara pekan lalu dengan pendiri perusahaan itu, Ren Zhengfei, menjadi salah satu topik terhangat dalam tren di platform mikroblogging Weibo. Ratusan komentator mengatakan mereka tidak akan meninggalkan perusahaan, sementara beberapa menyerukan untuk memboikot produk telepon pintar buatan Apple, iPhone. SB/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top