Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hubungan Bilateral I Presiden Biden Ungkap Kemungkinan Ia Akan Bertemu Xi Jinping

Tiongkok Diminta Perlakukan Adil Perusahaan AS

Foto : AFP/ALY SONG

Pertemuan di Shanghai I Pemimpin Mayoritas Senat AS, Chuck Schumer, saat bertemu dengan Sekretaris Partai Komunis ­Shanghai, Chen Jining, di Shanghai, Tiongkok, pada Sabtu (7/10). Dalam keterangannya, Schumer menyatakan bahwa AS tidak berusaha untuk memisahkan diri dari Tiongkok.

A   A   A   Pengaturan Font

SHANGHAI - Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat (AS), Chuck Schumer, pada Sabtu (7/10) mengatakan bahwa Washington DC tidak berusaha untuk memisahkan diri dari Tiongkok, namun menginginkan perlakuan timbal balik dan adil bagi perusahaan-perusahaan AS. Hal itu disampaikan Schumer saat ia memulai kunjungan langka ke negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Schumer, yang menyampaikan pernyataan tersebut pada pertemuan dengan Chen Jining, Sekretaris Partai Komunis Shanghai, mengatakan bahwa AS tidak mencari konflik dan ingin mencapai kesetaraan, saat kedua negara bersaing secara ekonomi.

Schumer berada di Shanghai saat ia memimpin delegasi Kongres bipartisan ke Asia, termasuk kunjungan ke Korea Selatan dan Jepang. Kunjungan ini bertujuan untuk memajukan kepentingan ekonomi dan keamanan nasional AS, dan di Tiongkok, delegasi AS berharap mereka dapat bertemu dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.

Kunjungan Schumer tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan serangkaian pejabat tinggi pemerintahan pimpinan Presiden Joe Biden, termasuk Menteri Perdagangan Gina Raimondo pada Agustus lalu.

"Banyak konstituen kami merasa bahwa Tiongkok tidak memperlakukan perusahaan-perusahaan Amerika dengan adil, dan menekankan perlunya timbal balik, memungkinkan perusahaan-perusahaan Amerika untuk bersaing secara bebas di Tiongkok sebagaimana perusahaan-perusahaan Tiongkok dapat bersaing di AS," kata Schumer.

Sedangkan Chen mengatakan hubungan antara kedua negara adalah hubungan bilateral paling penting di dunia, dan mengatakan ada kebutuhan untuk bekerja sama.

Setelah meloloskan RUU pada tahun 2022 untuk meningkatkan persaingan dengan Tiongkok dalam bidang semikonduktor dan teknologi lainnya, Schumer dan para pemimpin komite Partai Demokrat mengatakan pada Mei lalu bahwa mereka akan menulis undang-undang untuk membatasi aliran teknologi ke Tiongkok, mencegah Tiongkok memulai konflik dengan Taiwan, dan memperketat undang-undang mengenai aturan untuk memblokir aliran modal AS ke perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Pemerintahan Biden telah membatasi ekspor chip ke Tiongkok, dengan mengatakan bahwa hal tersebut bertujuan untuk menolak akses Tiongkok terhadap teknologi canggih yang dapat meningkatkan kemajuan militer atau pelanggaran hak asasi manusia.

Menanggapi pembatasan itu, Tiongkok kemudian membalas dengan tuduhan pemaksaan ekonomi.

Sebelumnya Mendag Raimondo mengatakan pada Agustus bahwa perusahaan-perusahaan Amerika telah mengeluh kepadanya bahwa Tiongkok menjadi tidak dapat diinvestasikan, merujuk pada denda, penggerebekan, dan tindakan lain yang menjadikannya berisiko untuk melakukan bisnis di sana.

KTT November

Sementara itu Presiden Biden pada Jumat (6/10) mengatakan bahwa ada kemungkinan ia akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Xi di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) bulan depan di San Francisco, California.

"Tidak ada pengaturan pertemuan semacam itu, tetapi itu mungkin saja terjadi," kata Presiden Biden ketika menanggapi pertanyaan wartawan.

Komentar tersebut muncul setelah sejumlah media AS pada Kamis (5/10) melaporkan bahwa pertemuan Biden dan Xi sedang dipersiapkan Gedung Putih.

Biden dan Xi terakhir kali bertemu secara langsung pada KTT G20 di Bali pada November 2022. Pada pertemuan pertama mereka, kedua pemimpin itu menyampaikan optimisme terkait prospek peningkatan hubungan bilateral kedua negara.SB/ST/Ant/Anadolu/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top