Tiongkok-AS Sepakat Jaga Hubungan yang Stabil dan Berkelanjutan
Menlu AS Antony Blinken bertemu dengan Menteri Departemen Penghubung Internasional Tiongkok Liu Jianchao.
Foto: ROBERTO SCHMIDT/AFPSHENZHEN – Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok sepakat menjaga hubungan kedua negara yang stabil, sehat, dan berkelanjutan menjadi kepentingan bersama sekaligus harapan bersama masyarakat internasional.
Demikian yang terungkap dari dialog politik 2024, di Shenzhen, Minggu (17/11), dengan AS dan Tiongkok melakukan komunikasi yang jujur, mendalam, dan konstruktif. Dialog mengangkat tema Kerja Sama dan Tantangan dalam Keadaan Baru: Jalan ke Depan bagi Hubungan Tiongkok-AS.
Seperti dikutip dari Antara, Liu Jianchao, Kepala Departemen Internasional Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (Communist Party of Tiongkok/CPC), menjadi salah satu tokoh yang menghadiri dialog tersebut sekaligus menyampaikan pidato utama.
Dalam dialog tersebut tercetus kedua negara perlu menjaga hubungan dan komunikasi, mengatasi perbedaan dengan baik, memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan, mendorong pertukaran budaya dan antarmasyarakat, serta memikul tanggung jawab mereka sebagai negara besar dalam memajukan perdamaian dan pembangunan dunia.
Banyak Ketidakpastian
Mereka menyatakan keyakinan dengan karakteristik multidimensi dan multifaset, hubungan Tiongkok-AS menghadapi banyak ketidakpastian, namun di saat yang sama memiliki resiliensi yang kuat.Di akhir sesi, kedua pihak sepakat untuk terus melanjutkan dialog politik mereka itu.
Sebelumnya, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dan Presiden AS, Joe Biden, menegaskan kembali komitmen mereka untuk mempertahankan dialog, mendorong kerja sama, dan menghindari konflik sebagaimana dinyatakan Xinhua dikutip di Jakarta, Senin.
“Terdapat konsensus bipartisan (di Washington) bahwa persaingan strategis dengan Tiongkok harus berlanjut, sekalipun sedikit yang sepakat dengan tujuan akhir Amerika untuk strategi ini," kata Yilun Zhang, Research Associate sekaligus Manajer Program Perdagangan dan Teknologi di Institute for Tiongkok-America Studies, dalam sebuah pernyataan tertulis kepada Xinhua.
Dari tarif hingga pembatasan teknologi semikonduktor, langkah-langkah ini tidak hanya mengganggu hubungan bilateral, namun juga berdampak pada seluruh rantai pasokan global.
Sementara itu, Tiongkok dan Amerika Serikat memiliki pandangan dunia yang berbeda. Tiongkok mendukung visi komunitas global yang lebih adil, berkelanjutan, dan inklusif, sementara Washington berupaya mempertahankan posisi dominasi mereka yang sudah berlangsung lama.
Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mendalam ini, pertemuan tingkat tinggi pada Sabtu itu menggarisbawahi pemahaman bersama, yaitu dengan risiko yang begitu besar, tidak ada pihak yang mampu menanggung bahaya konfrontasi.
Kedua belah pihak harus terus mencari cara yang tepat bagi dua negara besar tersebut untuk hidup rukun satu sama lain, dan mewujudkan koeksistensi damai yang langgeng di planet ini.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Asyik, Stasiun Whoosh Karawang Dibuka 24 Desember
- Wow, 100 Ribu Tiket Whoosh Terjual untuk Momen Nataru
- Ketua MPR: Museum Rasulullah di Indonesia Jadi Ikon Penting Umat Islam
- Stimulasi Pemberian Kredit ke UMKM, Begini Jurus BI
- Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024