Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Muffest 2019

Tingkatkan Kualitas Kompetensi untuk Kuasai Pasar Global

Foto : dok. Muffest 2019
A   A   A   Pengaturan Font

Muslim Fashion Festival (Muffest) 2019 resmi dibuka pada Rabu (1/5) oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Acara yang merupakan kerja sama antara Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan Dyandra Promosindo ini bertujuan meningkatkan kualitas kompetensi produk fesyen muslim Indonesia agar mampu menguasai pangsa pasar lokal sekaligus bersaing di pasar global. Hal ini tentunya sejalan dengan target Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia di 2020.

Di tahun keempat penyelenggaraannya, Muffest 2019 dengan optimistis menargetkan sekitar 55 ribu pengunjung di 4 hari acara salah satu pekan mode muslim terbesar di Indonesia, dengan total transaksi mencapai 40 miliar rupiah. Mengingat beberapa tahun sebelumnya, Muffest selalu mengalami peningkatan dari segi pengunjung maupun transaksi.

"Untuk mengembangkan industri fesyen muslim Indonesia, harus dilakukan bersama-sama dan membutuhkan komitmen, kontribusi dari berbagai pihak. Melalui ajang Muffest, diharapkan seluruh pihak dan stakeholder terkait dapat saling bersinergi dan terintegrasi dalam menjalin kerja sama yang sinergis dan berkelanjutan untuk memperkuat pelaku industri fesyen muslim di tanah air," kata Ali Charisma, National Chairman IFC pada saat press conference.

Pada pembukaannya, Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Indonesia berpeluang untuk unjuk gigi di industri fesyen global, apalagi Indonesia juga merupakan runner-up untuk industri fesyen muslim terbaik di dunia setelah Uni Emirat Arab.

"Semoga dengan adanya kegiatan ini, industri fesyen muslim tumbuh signifikan dan Indonesia semakin siap menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia," tutur Airlangga.

Kemudian dilanjutkan Opening Ceremony yang menampilkan berbagai rancangan desainer fesyen muslim Indonesia, yaitu SMK NU Banat Kudus Binaan Djarum Foundation, Noore Muslim Sportwear, Lania Rakhmawati, Irma Intan dan Lisa Fitria. gma/R-1

Dukung Talenta Muda Indonesia

Seiring dengan komitmen Wardah dalam mendukung kemajuan industri mode Tanah Air, untuk keempat kalinya Wardah berpartisipasi dalam ajang Muffest 2019. Kali ini, Wardah menampilkan kolaborasi antara industri kosmetik dan mode muslim dengan menggandeng 4 desainer Indonesia yaitu Ali Charisma, ETU, Ayu Dyah Andari dan Ava Prologue.

Pada panggung kolaborasi kecantikan dan mode ini, Wardah memberikan kebebasan pada 4 desainer untuk berekspresi dan mempertunjukan koleksi busana muslim terbarunya khusus untuk Hari Raya.

Ali Charisma mempertunjukkan koleksi bertajuk Identity. Koleksi itu terinspirasi dari suku Dayak yang berada di Kalimantan dengan menggunakan motif tradisional Kalimantan melalui kain tenun Troso. Untuk siluetnya sendiri, ia banyak menggunakan bentuk H-line yang lurus dan longgar untuk mengutamakan kenyamanan pemakainya dengan warna-warna seperti maroon, biru, silver dan hitam.

Sementara ETU mendesain koleksi yang didominasi warna putih menggunakan material berteknologi dengan fitur anti odor sehingga menghilangkan bau badan serta water repellent, oil repellent dan soil repellent finished. Sehingga jika terkena air, minyak dan tanah tidak akan berbekas di baju dan baju senantiasa bersih sesuai dengan namanya Hygee.

Lain lagi dengan Ava Prologue yang menghadirkan koleksi bertajuk Lumine memberikan sentuhan drapery dengan warna champagne dan delicate pink dari kain satin, silk, fancy lace dan chiffon silk.

Ava Prologue terinspirasi oleh pakaian tradisional bergaya kimono dengan style yang nyaman dan dapat disesuaikan dengan orang yang menggunakan hijab dan yang tidak.

Desainer muda Ayu Dyah Andari membuat koleksi keindahan terbarunya dengan tajuk Rosie. Bunga mawar yang bermakna cinta mendominasi koleksi ini. "Aku membawakan koleksi Rosie, jangan bosan karena selamanya inspirasi aku dari bunga mawar. Tetapi kali ini aku menghadirkannya dengan cara yang berbeda," kata Ayu Dyah Andari.

Ia membawakan koleksi dengan warna-warna romantis, pastel dan muda dengan berbagai potongan. Ia bermain pula dengan layering, detail dan pattern dan membuat tampilan Hari Raya ini menjadi semakin elegan. gma/R-1

Inspirasi Milenial untuk Hari Raya

Menyambut bulan Ramadan, salah satu brand muslim online terbesar di Indonesia, Vanilla Hijab menyelenggarakan annual show bertema Menyapa Senja. Dengan pagelaran busana tahunannya ini, Vanilla sekaligus memperkenalkan 30 koleksi Vanilla Raya yang masih erat dengan DNA Vanilla Hijab yang menggunakan warna-warna pastel yang lembut.

Bedanya, motif kali ini terinspirasi dari perempuan Indonesia dengan berbagai kisah hidupnya. "Menyapa Senja diangkat sebagai bentuk refleksi annual show pertama yang bertemakan Senja. Jadi seperti bagaimana progresnya dan menjadi bagian dari refleksi perjalanan Vanilla dan diri saya sendiri karena senja itu mencerminkan apa saja yang sudah kita lakukan dan perlu kita syukuri," cerita Atina Maulia, founder dari Vanilla Hijab.

Koleksi Vanilla Raya ini hadir dengan menawarkan beragam model pakaian mulai dari dress, blouse, tunik hingga hijab yang dipasarkan secara online. Meskipun masih dengan warna-warna aman, namun untuk kali ini Vanilla berani menampilkan warna yang lebih berani selain pastel, seperti warna hitam, ungu tua, abu-abu tua.

Diutarakan juga oleh Atina, bahwa mereka mencoba memenuhi keinginan pasar yang penasaran dengan mengkombinasikan warna-warna gelap dengan pastel.

Untuk motifnya sendiri, kali ini Vanilla membuat motif yang tidak terlalu ramai dan bercorak dengan menggunakan bahan voal sehingga nyaman dipakai ketika berpuasa dan di Hari Raya. Sementara untuk bajunya sendiri, Vanilla menggunakan bahan silk dan crepe.

Mengikuti syariat Islam, cuttingan pada koleksi Vanilla Raya ini juga lebih simpel dan loose karena lebih bermain pada motif dan warna-warnanya yang baru itu. "Lebih ke detail (untuk koleksi ini), seperti memakai manik-manik dan kristal. Untuk hijab juga pakai manik-manik buatan tangan, tetapi ada juga yang di-print," kata Atina.

Kisah kesuksesan Vanilla Hijab hingga menjadi salah satu brand pakaian muslim dan hijab online terbesar di Indonesia memang sangat menginspirasi. Brand ini didirikan oleh Atina pada 2013 ketika usianya baru 20 tahun. Ia memilih berjualan hijab online karena keterbatasan modal dan tempat usaha, di samping saat itu ia juga menderita penyakit autoimun yang membuatnya harus duduk di kursi roda dan meninggalkan bangku kuliah di ITB.

Namun terbukti, dengan kerja kerasnya bersama sang kakak, Intan Fauzia, keduanya berhasil mewujudkan mimpinya menjadi pengusaha sukses di bidang fesyen dan memberikan lapangan kerja pada orang banyak. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top