Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tingginya Biaya Hidup jadi Penyebab Menyusutnya Populasi Tiongkok

Foto : AFP

Ilustrasi populasi Tiongkok.

A   A   A   Pengaturan Font

Walau populasi dunia telah mencapai 8 miliar orang per 15 November tahun ini menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tiongkok diprediksi akan kehilangan predikatnya sebagai negara dengan jumlah populasi tertinggi di dunia.

PBB pada Juli lalu mengumumkan bahwa India akan segera menyalip Tiongkok sebagai negara berpenduduk terbanyak di dunia pada 2027.

Tingginya biaya pengasuhan anak menjadi penghalang utama untuk memiliki anak di Tiongkok, seiring semakin banyaknya keluarga yang semakin mobile dan tidak lagi dapat mengandalkan bantuan dari kakek-nenek untuk membantu mengasuh sang cucu.

Melansir The Associated Press, Tiongkok selama beberapa dekade disibukkan dengan prospek pertumbuhan populasi yang tak terkendali dan memberlakukan kebijakan satu anak yang ketat dari tahun 1980 hingga 2015 untuk menjaga jumlahnya.

Tapi kini, PBB memperkirakan populasi Tiongkok akan mulai menyusut mulai tahun depan. Walau, Tiongkok menyatakan populasinya bertambah 74 juta orang menjadi 1,41 miliar orang dalam dekade yang berakhir pada 2020. Angka itu menjadi pertumbuhan penduduk terendah sejak pemberlakuan kebijakan satu anak per keluarga yang ketat pada era '80-an.

Penderitaan akibat pemberlakuan lockdown yang ketat selama pandemi Covid-19, juga disebut berdampak besar pada keinginan banyak orang untuk memiliki anak.

Angka kelahiran baru di Tiongkok juga diproyeksi akan jatuh ke rekor terendah pada tahun. Turun di bawah 10 juta dari 10,6 juta tahun lalu, itupun 11,5 persen lebih rendah dari tahun 2020.

Populasi yang menyusut turut menimbulkan serangkaian masalah baru dengan meningkatnya proporsi penduduk di atas usia 65 tahun yang kini mencapai sekitar 13 persen dari total populasi.

"Kami memperkirakan populasi yang menua meningkat dengan sangat cepat. Ini adalah situasi yang sangat penting yang dihadapi Tiongkok, berbeda dengan 20 tahun yang lalu," kata Shen Jianfa, seorang profesor di Chinese University of Hong Kong, seperti dikutip dari AP.

Khawatir dengan prospek masyarakat yang menua, Tiongkok telah berusaha mendorong pasangan untuk memiliki lebih banyak anak dengan keringanan pajak dan pemberian uang tunai, serta cuti hamil yang lebih murah hati, asuransi kesehatan, dan subsidi perumahan.

Tetapi para ahli demografi mengatakan langkah-langkah itu tidak cukup. Biaya pendidikan yang tinggi, upah rendah dan jam kerja yang terkenal panjang, dan keadaan ekonomi secara keseluruhan tetap menjadi masalah utama.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top