Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penembakan Donald Trump

Tidak Ada Tempat untuk Kekerasan dalam Politik

Foto : Rebecca DROKE/AFP

Jangan Biarkan “Kejahatan Menang” I Kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump terlihat berlumuran darah di wajahnya dikelilingi agenagen Secret Service dievakuasi dari panggung dalam acara kampanye di Butler, Pennsylvania, AS, Sabtu (13/7). Setelah penembakan Donald Trump menyerukan warga Amerika untuk bersatu dan tidak boleh membiarkan “kejahatan menang”.

A   A   A   Pengaturan Font

BUTLER - Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump yang mengenakan topi merah bertuliskan "Make America Great Again", baru saja mulai berpidato di rapat umum terakhirnya sebelum Konvensi Nasional Partai Republik, di Butler, Pennsylvania (PA), AS, Sabtu (13/7).

Dia meringis dan memegangi telinganya, dengan darah terlihat di telinga dan pipinya, lalu merunduk ke lantai saat agen Dinas Rahasia menyerbu podium, mengelilinginya dan mengawalnya dengan terburu-buru meninggalkan panggung ke kendaraan terdekat. "Sungguh luar biasa tindakan seperti itu dapat terjadi di negara kita," kata Trump di jejaring sosial, Truth Social, beberapa jam kemudian, dalam pernyataan yang pasti akan menyulut permusuhan politik yang sudah melanda AS.

"Saya langsung tahu ada sesuatu yang salah karena saya mendengar suara mendesing, suara tembakan, dan langsung merasakan peluru menembus kulit," kata Trump. Tokoh politik AS, termasuk mantan Presiden Barack Obama dan Bill Clinton, mengutuk serangan itu dan mengatakan tidak ada tempat untuk kekerasan dalam politik. Hal yang sama juga disampaikan para pemimpin dunia, dan Kremlin (Russia) pada Minggu (14/7) pagi. Miliarder Elon Musk bereaksi dengan cepat mendukung Trump.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden pada Minggu malam di Gedung Putih menjelaskan mengenai upaya pembunuhan terhadap saingannya dalam pemilu yang menegangkan di bulan November. Politisi Demokrat berusia 81 tahun itu menyebut serangan itu "memuakkan" dan kemudian berbicara dengan Trump setelahnya. Dia juga mempersingkat akhir pekannya di rumah liburannya dan terbang kembali ke Washington DC untuk menangani krisis ini.

Penembakan terhadap Donald Trump tersebut membuat orang bertanya-tanya tentang cara kerja Secret Service, pasukan pengamanan Presiden AS. Sulit dipercaya, Secret Service hampir gagal melindungi mantan sekaligus calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump. Capres yang sedang dirundung berbagai kasus hukum ini tertembak di telinga saat memberikan pidato kampanye di sebuah rapat umum di Butler. Ironisnya, keberadaan Thomas Matthew Crooks, 20 tahun, sang pelaku penembakkan, telah dilaporkan oleh sejumlah peserta pawai yang sempat melihatnya kepada polisi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top