Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tetap Muda di Usia Lanjut dengan Teknologi Antipenuaan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Teknologi antipenuaan saat ini mampu membuat kulit menjadi muda kembali. Jika diterapkan lebih luas, bisa mengatasi kerusakan organ dan mencegah bermacam penyakit seperti jantung, diabetes, gangguan neurologis, dan lainnya.

Kemajuan dilakukan dalam teknologi peremajaan kulit diperoleh para ilmuwan di University of Cambridge. Mereka telah berhasil meremajakan kulit perempuan berusia 53 tahun menjadi setara dengan umur 23 tahun.
Para ilmuwan tersebut percaya dengan metode yang sama mereka dapat melakukan hal yang sama dengan jaringan lain di dalam tubuh, seperti mengembangkan pengobatan untuk penyakit yang berkaitan dengan usia seperti diabetes, penyakit jantung, dan gangguan neurologis, sebagai tujuan akhirnya.
Teknologi yang digunakan ilmuwan universitas tersebut dibangun berdasarkan dari metode kloning domba Dolly yang lahir pada pada 22 Februari 1997. Kepala tim, Profesor Wolf Reik, dari Babraham Institute di Cambridge, mengatakan peremajaan pada organ-organ tertentu dapat digunakan untuk membuat orang lebih sehat lebih lama seiring bertambahnya usia.
"Kami telah memimpikan hal semacam ini. Banyak penyakit umum menjadi lebih buruk seiring bertambahnya usia dan berpikir untuk membantu orang dengan cara ini sangat mengasyikkan," kata Reik kepada BBC.
Karya yang diterbitkan pada jurnal eLife, kata Profesor Reik masih dalam tahap yang sangat awal. Ada beberapa masalah ilmiah yang harus diatasi sebelum bisa keluar dari laboratoriumnya dan masuk ke klinik. Namun yang jelas, untuk pertama kalinya peremajaan sel dapat dilakukan dan hal tersebut merupakan langkah maju yang kritis.
Teknik ini dikembangkan mulai era '90-an, ketika para peneliti di Roslin Institute di luar Edinburgh mengembangkan metode untuk mengubah sel kelenjar susu dewasa yang diambil dari domba menjadi embrio. Ini mengarah pada penciptaan Dolly, domba kloning itu.
Namun tujuan tim Roslin bukanlah membuat klon domba atau bahkan manusia, tetapi menggunakan teknik untuk menciptakan apa yang disebut sel punca embrionik manusia. Dengan cara itu mereka berharap, dapat tumbuh menjadi jaringan tertentu, seperti otot, tulang rawan, dan sel saraf untuk menggantikan bagian tubuh yang aus.
Teknik Dolly dibuat lebih sederhana pada 2006 oleh Profesor Shinya Yamanaka dari Universitas Kyoto hingga muncullah metode baru yang disebut induced pluripotent stem (IPS). Cara itu melibatkan penambahan bahan kimia ke sel dewasa selama sekitar 50 hari. Hal ini mengakibatkan perubahan genetik yang mengubah sel dewasa menjadi sel induk.

Perpanjang Rentang Kesehatan
Baik dalam teknik Dolly maupun IPS, sel punca yang dibuat perlu ditumbuhkan kembali ke dalam sel dan jaringan yang dibutuhkan pasien. Hal ini terbukti sulit dan meskipun telah dilakukan upaya selama beberapa dekade, penggunaan sel punca untuk mengobati penyakit saat ini sangat terbatas.
Tim Profesor Reik menggunakan teknik IPS pada sel kulit berusia 53 tahun. Tetapi mereka mempersingkat proses kimia dari 50 hari menjadi sekitar 12 hari. Dr Dilgeet Gill terkejut menemukan sel-sel tersebut tidak berubah menjadi sel induk embrionik tetapi telah diremajakan menjadi sel-sel kulit yang tampak dan berperilaku seolah-olah mereka berasal dari sel dari seseorang berusia 23 tahun.
"Saya ingat hari saat saya mendapatkan hasilnya dan saya tidak cukup percaya bahwa beberapa sel 30 tahun lebih muda dari yang seharusnya. Itu adalah hari yang sangat menyenangkan," ujar dia.
Teknik tersebut tidak bisa langsung diterapkan pada klinik karena metode IPS meningkatkan risiko kanker. Namun Profesor Reik yakin bahwa sekarang diketahui bahwa mungkin untuk meremajakan sel dan timnya harus menemukan metode alternatif yang lebih aman.
"Tujuan jangka panjangnya adalah untuk memperpanjang rentang kesehatan manusia, bukan umur, sehingga orang bisa menua dengan cara yang lebih sehat," kata dia.
Profesor Reik mengatakan beberapa aplikasi pertama mungkin untuk mengembangkan obat-obatan untuk meremajakan kulit pada orang tua di bagian tubuh yang terpotong atau terbakar untuk mempercepat penyembuhan. Para peneliti telah menunjukkan bahwa teknik itu pada prinsipnya menunjukkan jika sel-sel kulit mereka yang diremajakan bergerak lebih cepat dalam eksperimen yang mensimulasikan luka.
Profesor Melanie Welham, yang merupakan ketua eksekutif Dewan Penelitian Bioteknologi dan Ilmu Biologi dan mendanai sebagian penelitian yang menghasilkan domba Dolly, mengatakan manfaat klinis dari teknologi ini mungkin tidak terlalu jauh untuk dicapai.
"Jika pendekatan serupa atau terapi baru dapat meremajakan sel-sel kekebalan, yang kita tahu menjadi kurang responsif seiring bertambahnya usia, maka di masa depan dimungkinkan untuk meningkatkan respons orang terhadap vaksinasi serta kemampuan mereka untuk melawan infeksi," papar dia.
Pertanyaan besarnya adalah apakah upaya penelitian di bidang ini akan mengarah pada metode regenerasi seluruh tubuh, ramuan awet muda atau pil antipenuaan. Profesor Reik mengatakan ide ini tidak sepenuhnya dibuat-buat.
"Teknik ini telah diterapkan pada tikus yang dimodifikasi secara genetik dan ada beberapa tanda peremajaan. Satu studi menunjukkan tanda-tanda pankreas yang diremajakan, yang menarik karena potensinya untuk mengatasi diabetes," ujar dia. hay/I-1

Lebih Muda 30 Tahun

Teknologi peremajaan kulit berhasil dilakukan juga oleh peneliti Babraham Institute, di Inggris. Dengan menggunakan teknik IPS sel-sel kulit diprogram ulang sehingga mampu membuat lebih muda 30 tahun secara biologis.
Proses yang digunakan di sini didasarkan pada karya pemenang anugerah Nobel, Shinya Yamanaka, pada 2007 yang disebut dengan induced pluripotent stem (IPS). Dengan cara itu ia mampu mengubah sel normal dengan fungsi tertentu menjadi sel punca yang dapat berkembang menjadi jenis apa pun. Ini berarti sel telah kehilangan identitas spesifiknya.
"Pemahaman kami tentang penuaan pada tingkat molekuler telah berkembang selama dekade terakhir, memunculkan teknik yang memungkinkan para peneliti untuk mengukur perubahan biologis terkait usia dalam sel manusia," kata ahli biologi Diljeet Gill dari Babraham Institute di Inggris dan pemimpin studi tersebut
"Kami dapat menerapkan ini pada eksperimen kami untuk menentukan sejauh mana pemrograman ulang yang dicapai metode baru kami," imbuh Gill.
Metode baru dinamakan pemrograman ulang transien fase pematangan (maturation phase transient reprogramming) bekerja lebih cepat 13 hari, dibandingkan dengan 50 hari dalam eksperimen tim Yamanaka. Peneliti berhenti sebelum status sel induk tercapai, memungkinkan sel mempertahankan identitas dan fungsi aslinya.
Berbagai ukuran, termasuk jam epigenetik atau label kimia yang menunjukkan usia, transkriptom atau pembacaan gen yang dihasilkan oleh sel, digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa sel-sel kulit memang telah mundur dalam usia biologis tiga dekade atau 30 tahun.
Produksi kolagen adalah fungsi utama sel-sel kulit berguna untuk menyusun jaringan dan menyembuhkan luka dan sel-sel mudah diamati masih memompa bahan-bahan tersebut keluar. Faktanya, kulit hasil rekayasa itu memproduksi lebih banyak kolagen daripada sel-sel kulit kontrol yang tidak mengalami proses pemrograman ulang dan menunjukkan tanda-tanda mampu menyembuhkan luka lebih cepat.
"Kami telah membuktikan bahwa sel dapat diremajakan tanpa kehilangan fungsinya dan peremajaan terlihat mengembalikan beberapa fungsi ke sel tua," kata Gill. "Fakta bahwa kami juga melihat kebalikan dari indikator penuaan pada gen yang terkait dengan penyakit sangat menjanjikan untuk masa depan pekerjaan ini," ujar dia.
Ada sejumlah besar masalah kesehatan terkait usia yang harus diatasi seiring bertambahnya usia dari penyakit jantung hingga Alzheimer. dan selanjutnya di masa depan, penelitian yang diuraikan di sini dapat berguna dalam menemukan cara untuk mengatasi problematika masalah ini.
Sampai saat ini, para ilmuwan belum sepenuhnya memahami bagaimana mekanisme dibalik pemrograman sementara fase pematangan bekerja. Tetapi mereka berpikir bahwa bagian-bagian penting tertentu dari genom, yang membantu mengontrol identitas sel, mungkin dapat lolos dari pemrograman ulang. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top