Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Terpengaruh Kebuntuan Negosiasi Dagang AS-Tiongkok

Foto : s.d 13 mei
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih berlanjut dalam beberapa waktu ke depan seiring masih kuatnya sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Peningkatan tensi antara dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut membuat pelaku pasar khawatir dan memburu sarana lindung nilai yang aman, yakni dollar AS sehingga menyebabkan mata uang AS tersebut menguat.

Seperti diketahui, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (13/5) sore, melemah seiring negosiasi dagang AS dan Tiongkok mengalami kebuntuan. Rupiah melemah 96 poin atau 0,67 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.423 rupiah per dollar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta kemarin mengatakan perang dagang antara AS dan Tiongkok kembali meningkat. Dua negara ekonomi terbesar di dunia itu menemui jalan buntu atas negosiasi perdagangan ketika AS menuntut janji perubahan konkret terhadap hukum di Tiongkok.

"Konflik perdagangan telah meningkat pada Jumat (10/5), dengan AS menaikkan tarif barang-barang Tiongkok senilai 200 miliar dollar AS. Tiongkok telah berjanji untuk membalas tetapi belum memberikan rincian," ujar Ibrahim.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping kemungkinan akan bertemu pada pertemuan puncak G20 di Jepang pada akhir Juni tahun ini dan membahas perdagangan, kata penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada Minggu (12/5).

Sementara itu, dari domestik, defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) pada triwulan I-2019 tercatat 7 miliar dollar AS atau 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit transaksi berjalan tersebut lebih rendah ketimbang triwulan IV-2018 yang mencapai 3,6 persen PDB.

Namun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, defisitnya membengkak karena pada triwulan I-2018 berada di 2,01 persen PDB. Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top