
Teror Bom di Bulan Ramadan, ISIS Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan di Masjid Syiah Afghanistan
Masjid Seh Dokan di Mazar-e-Sharif pasca ledakan bom, Kamis (21/4).
Foto: DWJAKARTA - Kelompok Islamic State Khorasan dan Tehrek-e-Taliban Pakistan (TTP) mendadak aktif menebar teror di Bulan Ramadan. Gelombang serangan oleh kedua kelompok memicu ketegangan antara pemerintahan Taliban dengan Pakistan. DW melaporkan, Jumat (22/4).
Islamic State di Provinsi Khorasan (ISKP) pada Jumat (22/4) mengklaim diri bertanggungjawab atas serangan bom terhadap masjid Syiah di utara Mazar-e-Sharif. Serangan tersebut merupakan bom teror yang ketiga sepanjang Kamis (21/4) di Afganistan dan tercatat sebagai yang paling mematikan.
"Ketika masjid sudah penuh oleh jemaah, bahan peledak didetonasi dari jarak jauh," klaim ISKP dalam pernyataannya.Otoritas kesehatan Afganistanmengklaim setidaknya 12 warga sipil tewas, sementara 40 lainnya mengalami luka-luka dalam serangan tersebut.
Beberapa jam sebelumnya, sebuah bom meledak di dekat sebuah sekolah di ibu kota Kabul dan melukai dua orang anak. Insiden di pemukiman Syiah itu menduhului bom ketiga yang meledak di Kota Kundus dan melukai 11 buruh mekanik yang bekerja untuk Taliban.
Sejak merebut kekuasaan Agustus 2021 silam, Taliban mengobarkan perang terhadap ISKP di seluruh penjuru Afganistan. Zabihullah Noorani, Kepala Departemen Kebudayaan dan Informasi di Provinsi Balkhmengatakan, Taliban telah menahan Abdul Hamid Sangaryar, tersangka pelaku serangan bom di masjid Syiah di utara Mazar-e-Sharif.
ISKP sebelumnya membisu, setelah Taliban melancarkan serangan masif terhadap salah satu benteng terbesarnya di Provinsi Nangarhar, November tahun lalu. Baru sejak beberapa hari silam, mereka kembali aktif menebar teror di Bulan Ramadan.
Awal April lalu, dua bom meledak di kawasan Syiah di Kabul, Dasht-e-Barchi, yang menewaskan tujuh murid sekolah dan melukai sejumlah lainnya.
Siapa IS Provinsi Khorasan?
Beberapa bulan setelah Islamic State mendeklarasikan kekhalifahan Islam di Irak dan Suriah pada 2014, ratusan gerilayawan Tehrik-e Taliban Pakistan, TTP, melarikan diri ke Afganistan untuk mendirikan cabang IS-K, dan berbaiat kepada Abu Bakar al-Baghdadi.
Mereka mengambil nama Khorasan, sebuah kawasan historis yang dibentuk di era Kekaisaran Sasani di Persia, dan kini mencakup Iran, Pakistan, Afganistan dan Asia Tengah.
Selama bertahun-tahun kemudian, kelompok ini berusaha memperluas wilayah kekuasaan untuk mengimbangi ekspansi di wilayah Sham. Wall Street Journal melaporkan, sejak beberapa tahun terakhir, simpatisan IS giat merekrut santri di madrasah-madrasah Pakistan.
Tapi hingga jatuhnya kekhalifahan al-Baghdadi di Raqqa, Suriah, pada 2019, aktivitas IS-K tercatat masih terbatas di provinsi Kunar, Nangarhar dan Nuristan, di timur laut Afganistan.
Laju ekspansi IS-K menemui kebuntuan akibat perlawanan keras militer Afganistan dan Taliban. Tapi jika permusuhan dengan pemerintah pusat dukungan Amerika Serikat berkesan kuat, relasi antara IS-K dan Taliban bernuansa lebih dinamis, terutama di level akar rumput.
Ketegangan dengan Pakistan
Taliban juga direpotkan oleh aksi kelompok lain,Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), yang giat menebar teror ke negara jiran. Serangan balasan Angkatan Udara Pakistan di Provinsi Kunar dan Khost, Minggu (17/4) lalu, menewaskan 47 warga sipil.
Kebanyakan korban serangan teror Islamic State itu adalah perempuan dan anak-anak, klaim otoritas Afganistan. Hal ini membibit permusuhan baru antara Afganistan dan Pakistan, dua negara yang bertetangga dan sebelumnya bersekutu erat.
Insiden berdarah itu makin meningkatkan ketegangan diplomatis antara kedua negara. Serangan terior tersebut adalah "sebuah kekejian," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, melalui sebuah pesan audio, Kamis (21/4). Menurutnya serangan "balas dendam" yang menyasar warga sipil "bisa membuka jalan bagi permusuhan antara Afganistan dan Pakistan."
Pakistan berperan besar dalam membantu Taliban merebut kekuasaan di Afganistan. Namun seiring berjalannya waktu, relasi antara kedua jiran kerap memanas,digesek oleh isu keamanan. Setelah serangan udara berdarah, ratusan warga sipil di Khost berdemonstrasi mengutuk Pakistan.
"Pakistan harus menelan pengalaman pahit betapa Taliban lebih mendahulukan ideologi garis kerasnya, ketimbang berterimakasih atas bantuan dan dukungan selama bertahun-tahun dari Pakistan," kata bekas Dubes Pakistan untuk Amerika Serikat, Husain Haqqani, kepada DW.
Militer Pakistan melaporkanpeningkatan serangan teror oleh TTPdari tempat persembunyiannya di Afganistan. Setidaknya tujuh serdadu Pakistan tewas diserang oleh kelompok militan itu di dekat perbatasan kedua negara, Kamis (21/4).
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri di Islamabad menyebutkan, serangan yang membidik serdadu Pakistan dilancarkan dari wilayah Afganistan, "di bawah impunitas" otoritas setempat.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 PTN Dukung Efisiensi Anggaran dengan Syarat Tak Ganggu Layanan Tri Darma Perguruan Tinggi
- 2 Polri, BGN, dan Yayasan Kemala Bhayangkari Uji Coba Dua SPPG di Jakarta
- 3 Persik Takluk oleh Dewa United dengan Skor 1-2
- 4 Duh, Minyak Sawit Indonesia Bisa Makin Tertekan, Harga CPO Tersungkur Akibat India Rem Permintaan
- 5 Pemerintah Kabupaten Bengkayang Mendorong Petani Karet untuk Bangkit Kembali
Berita Terkini
-
Demi Moore Tersingkir, Mikey Madison Raih Aktris Terbaik Oscar 2025
-
Kondisi Terkini Paus Fransiskus, Vatikan: Stabil Namun Rumit
-
Program Musik Main-Main di Cipete Episode 11 Diramaikan Reza Arfandy, Qays, Nadine Makalew, Mantara dan Nawi and the Gank
-
Adrien Brody, Pemenang Aktor Terbaik Oscar 2025 dalam Film 'The Brutalist'
-
Film 'I'm Still Here' Raih Oscar 2025 untuk Film Internasional Terbaik