Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ternyata, Vaksin COVID-19 Tidak Bikin Gangguan Menstruasi

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Beberapa hari belakangan publik dihebohkan dengan isu soal vaksin Covid-19 yang mempengaruhi siklus menstruasi. Beberapa wanita yang menerima vaksin COVID-19 mengaku mengalami gangguan pada siklus menstruasinya. Studi terbaru membuktikan hal itu ternyata tidak berkaitan.

European Medicines Agency (EMA) menyatakan bahwa sejauh ini vaksin COVID-19 tidak terbukti menyebabkan gangguan menstruasi. EMA menyebut butuh lebih banyak data terkait keluhan tersebut untuk benar-benar memastikan hubungannya.

Pernyataan disampaikan saat regulator obat Eropa merekomendasikan bahwa ada tiga kondisi baru yang ditambahkan dari kemungkinan efek samping vaksin Covid-19 yang dikembangkan Johnson & Johnson, Jumat (6/8/2021).

Seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (7/8/2021), European Medicines Agency (EMA) mengatakan bahwa komite keamanan telah mempelajari kasus gangguan menstruasi yang dilaporkan terjadi setelah vaksinasi Covid-19.

Regulator telah meminta lebih banyak data dari pengembang vaksin untuk meninjau dan menilai laporan tersebut. Badan obat Eropa ini menjelaskan bahwa gangguan menstruasi dapat terjadi karena berbagai alasan dan belum tentu karena efek vaksin.

Gangguan menstruasi bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari stres, kelelahan, atau penyakit kista.

EMA juga menyampaikan banyak keluhan tentang rendahnya trombosit atau telinga yang berdenging (tinnitus) ke dalam efek samping dari vaksin COVID-19 J&J. Hal ini diketahui setelah peneliti memeriksa data 1.138 orang yang merasa pusing dan lebih dari 100 kasus tinnitus.

"Kami mendukung upaya meningkatkan kesadaran terhadap tanda-tanda serta gejala efek samping langka agar bisa cepat diketahui dan diobati," komentar perusahaan J&J.

Bulan lalu, EMA memasukkan gangguan degenerasi saraf langka, Guillain-Barr syndrome (GBS), sebagai kemungkinan efek samping dari suntikan J&J. Perusahaan yang berbasis di AS itu telah berjuang memasok vaksinnya ke Uni Eropa.

EMA juga menambahkan GBS sebagai kemungkinan efek samping vaksin AstraZeneca. Laporan tentang hal itu masih dipantau, kata EMA Jumat. Vaksin J&J dan AstraZeneca dikembangkan dengan teknologi yang serupa, namun menggunakan versi virus flu yang berbeda untuk membangun kekebalan tubuh.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Aris N

Komentar

Komentar
()

Top