Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Desain Fiskal 2024

Terlalu Optimistis, APBN Belum Perhitungkan Faktor Eksternal

Foto : ISTIMEWA

BHIMA YUDISTHIRA Direktur Celios - Asumsi inflasi 2,8 persen juga menjadi catatan karena kecenderungan inflasi naik ke 4 sampai 4,5 persen di 2024.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - DPR dalam rapat paripurna di Jakarta, Kamis (21/9), menyetujui pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

Ketua DPR, Puan Maharani, yang memimpin sidang paripurna mengatakan dalam UU APBN 2024, pemerintah dan DPR RI menyepakati asumsi dasar makro di mana pertumbuhan ekonomi ditetapkan 5,2 persen, inflasi 2,8 persen, nilai tukar rupiah 15.000 rupiah per dollar AS, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun sebesar 6,7 persen, harga minyak mentah (ICP) 82 dollar AS per barel, serta lifting minyak 635 ribu barel per hari dan lifting gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.

Selain asumsi makro juga disepakati sasaran indikator pembangunan 2024, yang meliputi tingkat kemiskinan 6,5 persen hingga 7,5 persen, tingkat pengangguran terbuka 5,0 persen hingga 5,7 persen, tingkat kemiskinan ekstrem 0 persen hingga 1 persen, rasio gini 0,374 hingga 0,3777, Indeks Pembangunan Manusia 73,99 hingga 74,02, nilai tukar petani 105 hingga 108, serta nilai tukar nelayan 107 hingga 110.

Pendapatan negara dalam APBN tahun 2024 direncanakan sebesar 2.802,3 triliun rupiah, yang bersumber dari penerimaan perpajakan 2.309,9 triliun rupiah dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar 492,0 triliun rupiah.

Sementara itu, belanja negara dalam APBN Tahun 2024 direncanakan sebesar 3.325,1 triliun rupiah, yang dialokasikan melalui belanja pemerintah pusat 2.467,5 triliun rupiah serta transfer ke daerah sebesar 857,6 triliun rupiah.

Dengan demikian, defisit APBN 2024 ditetapkan sebesar 2,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai 522,8 triliun rupiah.

Pengamat ekonomi dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, yang diminta pandangannya mengatakan target APBN 2024 tidak menantang dan pemerintah hanya cari aman.

"Target APBN tidak challenging karena target yang ditetapkan hanya beda tipis dengan angka capaian kondisi sekarang," kata Esther.

Menurut dia, target seharusnya ke arah lebih baik, misalnya pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, ketimpangan ekonomi lebih kecil dari angka sekarang. "Kalau target yang dipasang sekarang beda tipis, ya buat apa," katanya.

Bahan Baku

Sementara itu, Direktur Celios, Bhima Yudisthira, mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi terlalu optimistis dan kurang mempertimbangkan aspek pelemahan harga komoditas seperti batu bara dan crude palm oil (CPO), lalu gejolak ekonomi di Tiongkok, hingga ancaman El Nino yang mempengaruhi inflasi dan permintaan domestik.

"Asumsi inflasi juga menjadi catatan karena kecenderungan inflasi naik ke 4 sampai 4,5 persen di 2024. Pemilu akan dorong inflasi ditambah sisi pangan dan disrupsi rantai pasok yang berimbas ke biaya bahan baku," papar Bhima.

Untuk menjaga kurs rupiah di kisaran 15.000 per dollar AS, BI dan pemerintah harus extra effort memulangkan devisa hasil ekspor dan perbesar porsi mata uang lokal dalam ekspor-impor.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top