Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Gebyar Pernikahan Indonesia 2019

Tema Betawi Cerminkan Keragaman Budaya

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Pameran Gebyar Pernikahan Indonesia (GPI) pada edisinya yang ke-11 tahun ini menargetkan 17.000 pengunjung selama tiga hari pelaksanaannya.

Tommy Yoewono, Managing Director Parakrama Organizer, mengatakan pada tahun lalu, jumlah pengunjung mencapai 16.000 orang. "Dan target kali ini sekitar 17.000 pengunjung," ungkapnya di Balai Kartini Jakarta.

Target itu naik kurang lebih 10 hingga 15 persen bila dibandingkan dengan perhelatan pada tahun sebelumnya.

Tommy juga berharap transaksi yang terjadi selama pameran kali ini dapat meningkat sekitar 10 persen dari tahun lalu yang berhasil mencapai 75 miliar rupiah.

"Kami optimistis dapat memenuhi target tersebut karena banyak penawaran dan hadiah menarik bagi para pengunjung selama pameran berlangsung," kata dia.

GPI 2019 berlangsung pada 28-30 Juni di Kartika Expo, Balai Kartini, Jakarta.

Pameran itu akan mempertemukan pengunjung dengan 150 vendor yang bergerak di industri kreatif pernikahan, mulai dari kartu undangan, dekorasi, hingga baju pengantin.

Pengunjung dapat mendatangi pameran mulai pukul 10.00 hingga 21.00 WIB setiap harinya, dengan tiket masuk 25.000 rupiah yang dapat dibeli baik secara daring maupun langsung di lokasi.

Pernikahan bernuansa adat dan budaya Betawi akan menjadi tema pameran GPI 2019.

"Kali ini, kami mengangkat tema Betawi yang merupakan cerminan keragaman budaya, khususnya di Jakarta," ujar Tommy Yoewono.

Pemilihan adat Betawi, menurut Tommy, sekaligus menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-492 DKI Jakarta yang berlangsung pada Juni.

"Tema kami memang adat Betawi, tapi vendor yang berpartisipasi tidak hanya menampilkan pernikahan adat Betawi saja," kata Tommy yang menambahkan adat Betawi juga akan tampil dalam peragaan busana dan pagelaran budaya.

Pameran yang diramaikan 150 vendor industri kreatif pernikahan, mulai dari kartu undangan, dekorasi, hingga baju adat pengantin dari berbagai daerah. pur/R-1

Masih Diminati Generasi Milenial

Konsep pesta pernikahan dengan gaya adat tradisional masih menjadi pilihan para calon pengantin generasi milenial untuk merayakan hari bahagia mereka.

"Dari jumlah kunjungan tiap tahunnya, kita dapat melihat pernikahan tradisional masih diminati, khususnya oleh para milenial," kata Tommy Yoewono.

Menurut dia, hal ini dikarenakan pola pikir bahwa pernikahan adalah hal yang sakral, sehingga kaum muda lebih memilih untuk menyelenggarakan pernikahan secara tradisional.

Senada dengan Tommy, pemilik Fabrin House of Betawi, Decy Widhiyati, juga memiliki pendapat yang sama, kendati dari tren busana maupun riasannya sendiri mengalami beberapa perubahan.

"Untuk busana adat Betawi, misalnya. Dulu mempelai wanita dan pria mengenakan baju berbahan beludru. Namun saat ini mulai bergeser ke bahan sutera, hingga variasi lainnya," ujar Decy.

Walau demikian, ia berpendapat meski terdapat beberapa perubahan dalam riasan dan busana, tidak masalah selama tidak mengubah pakem dari adat istiadat budaya tersebut.

"Modifikasi dari jubah dan gamis mempelai pria boleh berubah menjadi sutera atau lainnya sesuai keinginan pengantin. Yang penting bagaimana kita tidak mengubah norma adat yang sudah ada," katanya.

Di tengah ramainya konsep pernikahan bergaya internasional, perkawinan bergaya tradisional masih diminati masyarakat Indonesia.

Pasalnya, banyak yang meyakini bahwa pernikahan dengan adat tradisional dinilai memiliki makna yang lebih sakral ketimbang pernikahan bergaya internasional.

Managing Director Wedding Carnaval, Ega Alamsjah, menilai pernikahan tradisional merupakan momentum yang hanya dapat digunakan sekali seumur hidup. Momen menikah dengan konsep tradisional yang penuh dengan intrik adat istiadat sejalan dengan budaya orang Indonesia yang dekat dengan tradisi.

Ega yang berpengalaman menjadi wedding organizer itu menyebut pernikahan tradisional mampu memberikan rasa nostalgia pada tradisi masa lalu bagi mempelai, keluarga serta tamu undangan.

"Ada rasa nostalgia yang bisa membuat kita kembali dekat dengan akar tradisi di zaman modern ini," kata Ega.

Selain itu, menurut Ega, pernikahan tradisional dapat memberikan kedekatan yang lebih dibandingkan pernikahan bergaya modern atau internasional.

"Momen ini lebih intim, baik dari segi kultur, tradisi yang turun temurun dan secara keluarga lebih dekat," ucapnya.

Ega menyebut daya tarik perkawinan tradisional inilah yang membuat banyak orang ingin merekam pernikahan dengan elemen tradisi untuk dikenang hingga tua.

Pendapat yang sama juga diutarakan desainer senior Eva Pudjojoko. Eva merupakan perancang senior spesialis kebaya yang banyak mendesai kebaya untuk pernikahan adat Jawa dan Sunda.

"Pernikahan dengan pernak-pernik tradisional tidak bisa dibeli lagi, tidak bisa diulang," kata Eva.

Eva menjelaskan rangkaian tradisi dan prosesi adat yang mesti dilalui saat pernikahan tradisional seperti sungkeman dan siraman merupakan momen penting yang hanya bisa didapat dengan menikah dengan adat tradisional.

Di awal 2010 peminat pernikahan tradisional hanya 10 persen dan pernikahan tradisional mendominasi sebanyak 90 persen. Namun, mulai 2017 peminat pernikahan tradisional meningkat menjadi 40 persen. pur/R-1

Bronze Menjadi Tren Tahun Ini

Make Up Artish (MUA) Vinna Gracia yang juga seorang beauty influencer mengatakan tren make up pengantin tahun ini akan mengarah ke warna-warna bronze atau cokelat metalik.

"Bronze color saya rasa akan jadi tren tahun ini karena untuk wedding kan warna harus aman, paling ngakalin-nya supaya enggak terlalu tebal dari complexion-nya, jangan bold contouring dan tidak pakai blush banyak-banyak. Semua blended. Very subtle," kata Vinna di Jakarta.

Vinna mengatakan saat merias untuk acara pernikahan, khususnya untuk mempelai wanita dia paling suka memainkan riasan pada bagian mata.

"Mainin bulu mata, eye shadow akan tetap natural tapi bulu mata harus menonjol," tambah Vinna.

Sementara untuk bibir akan lebih banyak dipilih warna nude yang lembut namun tidak menimbulkan kesan pucat saat difoto.

"Triknya adalah kalau yang di make up kulitnya fair, cari lipstik nude yang undertone-nya peach tapi kalau sawo matang cari yang undertone-nya cokelat," kata dia. pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top