Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Teknologi Bisa Meningkatkan Potensi Kehamilan

Foto : Muhamad Ma'rup

Direktur Scientific PT. Morula Indonesia, Arief Boediono, dalam Konferensi Pers, di Jakarta, Senin (23/1).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Direktur Scientific PT. Morula Indonesia, Arief Boediono, mengatakan, teknologi mampu meningkatkan potensi kehamilan. Adapun teknologi tersebut yaitu Pre-Implantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A).

"Berdasarkan studi yang dilakukan Morula Indonesia yang dilakukan sejak 2019 hingga 2022, PGT-A dapat membantu potensi kehamilan hingga 68 persen," ujar Arief, dalam Konferensi Pers, di Jakarta, Senin (23/1).

Dia menerangkan, PGT-A merupakan teknologi bayi tabung yang mana prosesnya dilakukan deteksi terhadap masalah kromosom pada embrio. Menurutnya, cara tersebut dapat memaksimalkan keberhasilan kehamilan dalam program bayi tabung.

"Teknologi ini memungkinkan proses seleksi embrio, sehingga embrio yang dimasukan ke dalam rahim merupakan embrio dengan kromosom normal dan diharapkan mempunyai keberhasilan hamil tinggi," ujar Arief.

Kesehatan Bayi

Arief mengungkapkan, 68 persen potensi kehamilan yang dibantu PGT-A berada di rentang usia 38 hingga 39 tahun. Sementara untuk usia 40 tahun keatas, teknologi tersebut dapat menaikkan potensi hingga 46 persen.

Dia menambahkan, dalam penelitian tersebut juga terjabarkan bahwa untuk pasien dengan rentang usia 36 hingga 44 tahun umumnya memiliki angka kromosom normal yang jumlahnya lebih rendah dibandingkan kromosom tidak normal. PGT-A sejatinya direkomendasikan pada pasien dalam kelompok usia tersebut agar tujuan healthy embryo-healthy baby dapat terpenuhi.

"Teknologi ini pun dapat mengidentifikasi embrio dengan kromosom seks normatif atau sehat. Dalam bahasa awal, dikenal dengan deteksi jenis kelamin yang normal," jelasnya.

Dia menyebut, PGT-A juga diketahui dapat mengantisipasi timbulnya penyakit pada bayi. Menurutnya, kegagalan program bayi tabung umumnya disebabkan kromosom yang tidak normal.

Dia menerangkan, hal tersebut terjadi pada saat proses pembentukan sel telur, sperma, dan saat perkembangan embrio. Hal tersebut bisa menyebabkan kromosom terlalu sedikit atau banyak, hingga hilangnya atau bertambahnya DNA.

"Kelainan diatas menyebabkan Down Syndrome dan Edwards Syndrome, dan kelainan dari jenis kelamin bayi seperti Turner Syndrome, Jacob Syndrome, serta 60 persen keguguran," tandasnya.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top