Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Teknologi Baru Pembasmi Polutan Udara

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Integrasi tanaman dengan teknologi pembersih udara dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan hemat biaya.

Tanaman punya sifat menyerap racun dan dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Sehingga tanaman mampu meningkatkan kualitas udara, antara lain, dengan menyerap karbondioksida dan melepaskan oksigen melalui fotosintesis.

Sebuah penelitian juga menyebutkan bahwa kualitas tanaman akan terlihat lebih baik ketika dipadukan dengan sensor cerdas pembersih udara. Paduan itu dapat meningkatkan kualitas udara yang hemat energi dan lebih berkelanjutan.

Teknologi tersebut membantu kualitas udara dalam ruangan. Apalagi secara faktual, orang-orang di negara industri menghabiskan lebih dari 80 persen waktu di dalam ruangan, gedung-gedung kedap udara juga terus meningkat. Struktur ini memerlukan lebih sedikit energi untuk pemanasan, ventilasi, dan pengkondisian udara.

Hanya saja, kondisi seperti itu dapat berbahaya bagi kesehatan manusia jika materi partikulat dan gas beracun, termasuk karbon monoksida, ozon, dan senyawa organik yang mudah menguap, dari sumber seperti furnitur, cat, karpet, dan peralatan kantor terakumulasi.

Tanaman menyerap racun dan dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan. Sayangnya, pengetahuan mengenai tanaman yang bekerja dengan baik untuk tugas ini masih sangat sedikit, termasuk bagaimana membuat tanaman berkinerja lebih baik di dalam ruangan.

Frederico Brilli, ahli fisiologi tanaman di Dewan Riset Nasional Italia - Institute for Sustainable Plant Protection dan rekannya menyimpulkan pentingnya pengetahuan yang lebih baik tentang fisiologi tanaman. Pengetahuan ini bersama dengan integrasi teknologi pembersihan udara yang dikontrol oleh sensor, dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dengan cara berkelanjutan dan hemat biaya. Ulasan mereka di publikasikan di Trends in Plant Science

Tanaman meningkatkan kualitas udara melalui beberapa mekanisme yakni dengan menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen melalui fotosintesis. Tanaman juga membantu meningkatkan kelembaban dengan mengeluarkan uap air melalui pori-pori daun mikroskopis. Selain itu, tanaman secara pasif dapat menyerap polutan pada permukaan eksternal daun dan pada sistem akar-tanah tanaman.

Tapi tanaman biasanya dipilih untuk digunakan di dalam ruangan bukan untuk kemampuan pemurni udara. Tanaman dalam ruang biasanya hanya untuk penampilan dan hanya dipelajari bagaimana kemampuan untuk bertahan hidup dimana mereka membutuhkan sedikit perawatan. "Bagi kebanyakan dari kita, tumbuhan hanyalah elemen dekoratif, sesuatu yang estetis, tetapi mereka juga sesuatu yang lain," kata Brilli.

Anehnya penelitian kecil ini telah dilakukan untuk mengukur efek dari spesies tanaman yang berbeda pada kualitas udara dalam ruangan. NASA melakukan pekerjaan perintis pada 1980-an, tetapi mereka mengandalkan pendekatan eksperimental sederhana; studi dengan metode penelitian modern dan pemodelan yang lebih canggih belum dilakukan.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi karakteristik spesies tanaman yang mampu berkinerja tertinggi dalam lingkungan ruangan, termasuk morfologi mereka (yaitu bentuk dan ukuran daun), anatomi, dan fisiologi (yaitu, laju asimilasi CO2).

Menurut Brilli, penelitian semacam itu dapat menunjukkan bagaimana "mengoptimalkan penggunaan tanaman di dalam ruangan, dalam hal berapa banyak tanaman per meter persegi yang kita butuhkan untuk mengurangi polusi udara ke tingkat tertentu."

Penelitian juga diperlukan untuk memahami mikrobioma tanaman: populasi mikroorganisme (bakteri dan jamur) yang hidup dengan tanaman baik di tanah maupun di permukaan daun. Mikrobiom ini berpartisipasi dalam penghapusan polutan udara, tetapi kontribusi spesies mikroba yang berbeda untuk menghilangkan polutan saat ini tidak diketahui.

Beberapa mikrobiom juga dapat memiliki efek negatif pada kesehatan manusia, termasuk memicu alergi dan masalah peradangan paru, sehingga mengetahui bagaimana mengidentifikasi dan menghindari hal-hal itu menjadi penting.

Brilli dan rekan tidak memimpikan tanaman menggantikan pemanasan modern, ventilasi, dan sistem pendingin udara. Mereka hanya berpendapat bahwa mengintegrasikan tanaman dengan jaringan sensor cerdas dan teknologi komputer lainnya dapat membuat pembersihan udara lebih hemat biaya dan berkelanjutan. Kata Brilli, "fisiolog tanaman harus bekerja dengan arsitek untuk memperbaiki ruang hijau di dalam ruangan." nik/berbagai sumber/E-6

Komentar

Komentar
()

Top