Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Teknik Identifikasi Baru untuk Mengetahui Infeksi Malaria

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Peneliti menciptakan metode baru pendeteksi penyakit malaria meski tanda awal belum diketahui. Saat ini, para peneliti mematangkan proses mengidentifikasi pasien malaria meski tidak diketahui gejalanya.

Yang diteliti adalah pasien yang terindikasi awal terkena penyakit dan mereka yang terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala malaria itu sendiri. Hal ini disebabkan banyak orang mengidap malaria tetapi tidak bergejala atau memiliki gejala apapun.

Jumlah ini cukup melimpah di daerah endemik terberat malaria. Bahkan dalam beberapa kasus tes darah yang dilakukan tidak selalu mengambil infeksi parasit plasmodium, terutama pada kasus jumlah parasit dalam darah yang rendah.

Tes DNA untuk parasit biasanya menunjukkan infeksi, tetapi nyamuk ini, mereka bekerja jauh lebih cepat dari tes DNA yang dilakukan.

"Pekerjaan kami sebelumnya dengan model tikus menemukan bahwa infeksi malaria mengubah bau tikus yang terinfeksi dengan cara yang membuat mereka lebih menarik bagi nyamuk, terutama pada tahap infeksi di mana tahap menular parasit itu hadir pada tingkat tinggi," kata Consuelo. De Moraes, profesor biologi, Penn State, dan profesor ilmu sistem lingkungan, ETH Zurich. "Kami juga menemukan perubahan jangka panjang dalam profil bau tikus yang terinfeksi," tambah Moraes.

Para peneliti lantas ingin melihat apakah mereka dapat mengidentifikasi perubahan pada bau manusia yang terkait dengan infeksi malaria yang mungkin berguna untuk mendiagnosis individu yang terinfeksi. Para peneliti ini terutama tertarik untuk mengidentifikasi mereka yang terinfeksi, tetapi tidak memiliki atau menunjukan gejala malaria apapun.

Para peneliti awalnya menggunakan mikroskop dan Tes Diagnostik Cepat SD Bioline untuk mengidentifikasi pasien dengan malaria. Karena metode ini memiliki sensitivitas terbatas, terutama ketika konsentrasi parasit rendah, infeksi dikonfirmasi oleh tes DNA.

Mereka mengidentifikasi 333 orang yang tidak jelas terinfeksi malaria atau tidak terinfeksi malaria. Hanya jika kedua tes, yakni mikroskopi dan studi DNA negatif maka subyek dianggap bebas malaria.

Pasien yang terinfeksi untuk studi awal adalah mikroskopi dan DNA positif untuk malaria. Dalam beberapa analisis kemudian, para peneliti termasuk 77 orang yang positif malaria menurut DNA, tetapi tidak menunjukkan parasit dalam uji mikroskopis.

Infeksi malaria tidak menciptakan bahan kimia volatil baru dalam tubuh, tetapi mengubah jumlah - naik atau turun - bahan kimia volatil yang sudah ada di bau orang sehat.

"Sangat menarik bahwa infeksi simptomatik dan asimtomatik berbeda satu sama lain serta dari orang sehat," kata Mark C. Mescher, profesor biologi, Penn State, dan profesor ilmu sistem lingkungan, ETH Zurich.

Perbedaan antara orang yang terinfeksi, terinfeksi tanpa gejala, dan sehat pada akhirnya dapat mengarah pada tes yang mampu mengidentifikasi orang yang terinfeksi secara cepat dan akurat, bahkan tanpa gejala sekalipun.

Para peneliti melaporkan temuan mereka dalam edisi Prosiding National Academy of Sciences bahwa model prediktif menggunakan pembelajaran mesin dapat mengidentifikasi status infeksi berdasarkan biomarker yang mudah menguap.

Mereka menyatakan "model kami mengidentifikasi infeksi tanpa gejala dengan sensitivitas 100 persen, bahkan dalam kasus infeksi tingkat rendah yang tidak terdeteksi oleh mikroskop sekalipun." Hasil ini jauh melebihi semua tes diagnostik cepat yang tersedia saat ini," kata Mesceher.

"Tapi, kita harus menekankan bahwa kita jauh dari mengembangkan uji diagnostik praktis berdasarkan isyarat bau," kata De Moraes. Agar tes berhasil, perlu dilakukan deploabilitas dengan cepat dan murah di bawah kondisi lapangan, tetapi tetap mendeteksi infeksi dengan sensitivitas tinggi.

"Dalam waktu dekat, tujuan kami adalah untuk menyempurnakan temuan saat ini untuk menemukan biomarker yang paling dapat diandalkan dan efektif yang kami bisa," kata Mescher.

"Ini benar-benar ilmu dasar untuk mengidentifikasi biomarker malaria. Masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengembangkan uji diagnostik yang praktis," tambah Mesceher. nik/berbagai sumber/E-6

Komentar

Komentar
()

Top