Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Volatilitas Rupiah - Rapat Panja Banggar DPR RI Sepakati Kurs Rupiah 2019 di Level Rp14.500/ Dollar AS

Tekanan Eksternal Masih Berlanjut

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta akarta akartaakarta - Dampak gejolak pasar keuangan global yang terus menekan nilai tukar rupiah diperkirakan akan terjadi hingga 2020. Dampak itu akan berakhir ketika Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) yang memproduksi dollar AS menyelesaikan normalisasi kebijakan moneternya.

Direktur Eksekutif Departemen Internasional BI, Doddy Zulverdi, di Gedung DPR/MPR/DPD Jakarta, Rabu (19/9), mengatakan meskipun gejolak terhadap rupiah masih akan membayangi hingga dua tahun mendatang, tekanannya tidak akan sebesar pada 2018. "The Fed masih punya rencana naikkan suku bunga hingga 2020, tapi kan laju kenaikannya sudah berkurang, dan The Fed juga janji normalisasi balance sheet (neraca) akan terukur," kata Doddy.

Tekanan terhadap rupiah di dua tahun mendatang akan mereda karena penurunan dosis kenaikan suku bunga acuan The Fed (FFR), dan ekses likuiditas di pasar global karena bertahapnya pengurangan neraca (balance sheet) The Fed. Pembicaraan dalam rapat The Fed beberapa waktu sebelumnya menyimpulkan bahwa kenaikan suku bunga acuan masih akan terjadi hingga 2020.

Konsensus pasar meyakini The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 2-3 kali tahun depan, dari empat kali tahun ini. "Hal itu ditambah dengan komunikasi yang transaparan dan terprediksi, sesuai janji The Fed, jadi membuat pasar sudah price in (menyesuaikan). Dengan demikian, gejolak di pasar keuangan global tidak seberat seperti ini," ujar Doddy dalam sebuah diskusi.

Maka itu, ujar Doddy, perbaikan neraca transaksi berjalan harus segera dilakukan. Salah satu caranya dengan menurunkan laju impor yang telah memboroskan devisa.

Bank Sentral meyakini kebijakan penurunan impor oleh pemerintah, seperti dengan kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Impor terhadap lebih dari 1.000 komoditas, juga penerapan kewajiban bahan bakar solar bercampur minyak kepala sawit (B20) akan mengurangi defisit transaksi berjalan pada 2019 dan 2020.

Perbaikan CAD

Dengan perbaikan defisit transaksi berjalan (CAD), tekanan terhadap rupiah akibat gejolak eskternal dapat berkurang. Bank Sentral menargetkan defisit transaksi berjalan di bawah tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir 2018. Hingga Juli 2018, defisit transaksi berjalan sebesar 3,04 persen PDB.

Sementara untuk pergerakkan nilai tukar rupiah tahun depan, Rapat Panitia Kerja (Panja) Badan Anggaran (Banggar) DPR RI menyetujui asumsi nilai tukar dalam RAPBN 2019 sebesar 14.500 rupiah per dollar AS, lebih tinggi dari asumsi awal yang disepakati Komisi XI sebesar 14.400 rupiah per dollar AS. "Kami bisa menyetujui kurs 14.500 rupiah per dollar AS," ujar Ketua Panja, Said Abdullah, saat memimpin Rapat Panja Badan Anggaran antara DPR dengan pemerintah di Jakarta, Selasa (18/9).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara, mengatakan angka kesepakatan baru untuk asumsi kurs ini bisa diterima oleh pemerintah karena masih dalam kisaran 14.300-14.700 rupiah per dollar AS sesuai proyeksi Bank Indonesia (BI).

"Kami cukup comfortable pada level 14.500-14.600 rupiah, kalau tadi ditawarkan 14.500 rupiah, kami bisa menerima," katanya. Dengan kenaikan asumsi nilai tukar ini, Suahasil menambahkan, maka juga terdapat penyesuaian target dan pagu dalam postur penerimaan maupun belanja negara yang sebelumnya disusun dalam draf awal RAPBN 2019. "Kalau terdapat kenaikan 100 rupiah, nett effect-nya itu surplus 1,1-1,2 triliun rupiah," ujarnya.

Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top