Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Peninggalan Sejarah

Tata Kelola Museum di Indonesia Harus Diperbaiki

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

BOGOR - Rendahnya minat masyarakat Indonesia untuk mengunjungi museum akibat ada kesalahan pendidikan di Indonesia yang secara kosa kata (sematik), museum selalu dihubungkan ke masa belakang.

"Itu kesalahan paling besar," kata Tokoh Pendidikan Indonesia, Prof Arief Rachman, seusai menghadiri peresmian Ruang Introduksi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasain), di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/5).

Oleh karena itu, menurut Arief, agar museum lebih diminati, mereka yang bekerja di museum harus memperbaiki tata kelola dari museum supaya lebih futuristik, lebih ke depan, dan tidak hanya menampilkan benda mati dari masa lalu. Ia menegaskan, museum bukan buat pajangan benda mati, masa lalu.

"Sebab, hubungan antara apa yang kita miliki di belakang (masa lalu), dengan yang sedang kita kerjakan, kita punya tugas ke depannya itu bagaimana. Dan orang-orang terkadang tidak bisa membayangkannya, kecuali ke depannya itu digambarkan dalam museum," katanya.

Duta UNESCO dari Indonesia ini mengatakan, dalam penanganan museum haruslah memiliki empat kekuatan utama, yakni kekuatan agama, kekuatan iptek, dan kekuatan untuk masa depan seperti apa.

Setiap yang ditampilkan di museum haruslah menampilkan sebab-akibat. Sebagai contoh museum Louvre Prancis yang sangat disukai dan dikujungi ribuan orang setiap harinya.

Salah satu koleksinya yang tersimpan di museum adalah lukisan Monalisa yang apabila kita melangkah ke kiri dan ke kanan seperti sedang melirik, menjadi daya tarik luar biasa bagi para pengunjung.

"Itu karena kehebatan Leonardo da Vinci sebagai pelukisnya, kenapa mau melihatnya karena menghargai karya seni lukis. Semua orang dari seluruh dunia mau melihat lukisan hidup seperti itu. Ini yang harus museum kita kerjakan untuk semua museum," katanya.

Banyak hal yang harus dilakukan untuk menjadikan museum menarik bagi semua kalangan termasuk generasi muda yang memiliki kegemaran sendiri. Kebanyakan generasi muda menyukai proses, sehingga museum dapat menampilkan proses dari sebuah benda yang dipajang, misalnya proses pembuatan jamu awet muda.

Selain itu, lanjutnya, peran multimedia juga menjadi penting. Sebab, museum tanpa menggunakan multimedia memiliki kebodohan tiga kali lipat. Multimedia merupakan kekuatan kelima di dunia setelah kekuatan agama, iptek, politik, dan kebudayaan.

"Kalau empat kekuatan ini tidak merangkul kekuatan terakhir (multimedia) itu tiga kali bodohnya," kata Arief.Ant/E-3

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top