Tantangan PLN Kian Berat
Berkat transformasi tersebut, PLN membukukan pendapatan kotor (EBITDA) pada 2021 sebesar 89,17 triliun rupiah atau naik 2,9 persen dibandingkan 2020 (yoy). Kenaikan EBITDA sejalan kenaikan laba bersih menjadi 13,17 triliun rupiah dari capaian tahun sebelumnya sebesar 5,99 triliun rupiah.
Beban APBN
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmy Radi, mengatakan meskipun kinerja perusahaan plat merah itu positif, beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) kian berat. Sebab, sejak 2017 tak ada kenaikan tarif listrik. Padahal, variabel pembentuk tarif listrik telah naik.
Diakuinya, tidak adanya penyesuaian tarif tak berdampak bagi PLN. Namun, hal itu justru membebani APBN. Sebab, pemerintah harus membayar kompensansi itu ke PLN apabila BUMN itu menjual setrum dengan tarif di bawah harga keekonomian. Pada 2021, jumlah kompensasi tarif listrik sudah mencapai 24,6 triliun rupiah.
Fahmy mengatakan untuk mengurangi beban APBN tersebut, tarif listrik memang perlu disesuaikan. Hanya saja, penyesuaian struktur tarif listrik itu harus dirombak untuk mencapai keadilan. Penetapan tarif listrik nonsubsdi hampir semuanya sama pada semua golongan, baik pelanggan rumah tangga maupun bisnis sebesar 1.444,70 rupiah per kWh. "Penetapan tarif listrik harus menganut prisip tarif progresif pada setiap golongan yang berbeda," pungkasnya.
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya