Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Tak Punya Budaya Asli, Begini Sejarah Kabupaten Tangerang Gabungkan 4 Etnis Budaya Demi Ciptakan Tarian Khas Daerah

Foto : Istimewa

Ilustrasi Tari Cukin

A   A   A   Pengaturan Font

Tari Cukin asal Kabupaten Tangerang, merupakan tarian khas yang menggabungkan 4 etnis seni budaya tradisional Jawa, Sunda, Tiongkok dan Betawi. Keempat unsur budaya ini sebagai wujud adanya 4 etnis di wilayah Kabupaten Tangerang. Tarian yang juga dikenal dengan nama tari Cokek ini merupakan hasil kreasi masyarakat yang digubah dan diadaptasi dari Tari Selendang Betawi.

Istilah kata Cukin sendiri berasal dari bahasa asli masyarakat Tangerang yang berarti selendang, sebuah aksesoris yang sering dipakai untuk menari atau menggendong anak. Singkatnya, Cukin berasal dari pencampuran istilah bahasa Betawi Tiongkok yang berarti selendang tari. Cukin juga digunakan oleh para penari wanita dalam tari-tari pergaulan, seperti Cokek, Joget, Ronggeng dan Tandak.

Mencampurkan empat kebudayaan etnis berbeda, tari Cukin dibuka dengan alunan musik khas Tionghoa yang kemudian dilanjut dengan gambang kromong untuk mengiringi lagu khas Betawi "hujan gerimis". Ritme tarian kemudian menjadi sedikit lebih cepat ketika lagu khas Sunda "tokecang" secara bergantian mengiringi para penari. Musik pengiring tari Cukin juga memadukan tetabuhan, gamelan dan musik gesek yang terdiri dari bonang, te khian, rebab, angklung gubrag, kendang, gong, kecrek, rebana marawis dan terompet.

Adegan yang mengakhiri tarian Cukin, yakni cara para nong meninggalkan kang dan menyebabkan jatuhnya sang penari laki-laki juga tidak selalu sama. Pada awalnya tari Cukin ditarikan oleh lima penari perempuan dan satu lelaki, tetapi seiring perkembangan serta permintaan, tari Cukin bisa juga dilakukan tunggal atau bersama-sama hingga seratus penari.

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang, tari Cukin berawal dari keprihatinan sejumlah pihak di wilayah Kabupaten Tangerang lantaran merasa tidak memiliki identitas lokal. Permasalahan ini kemudian diangkat dalam kegiatan workshop pengembangan kreasi seni daerah Kabupaten Tangerang yang diadakan pada tanggal 1 Agustus 2006 silam.
Halaman Selanjutnya....


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top