Tak Gentar Hadapi Penolakan Warga Sri Lanka! Bukan Menenangkan, Wickremesinghe Justru Keluarkan Jurus Jitu Ini
Presiden baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe
Foto: IstimewaPresiden baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe berjanji untuk mengambil tindakan keras terhadap siapa pun yang menggunakan apa yang disebutnya sebagai cara tidak demokratis, yang menyebabkan penggulingan pendahulunya.
Hal itu disampaikannya setelah memenangkan pemungutan suara parlemen untuk menggantikan Gotabaya Rajapaksa, yang melarikan diri dari negara itu dan mengundurkan diri pekan lalu.
- Baca Juga: 10 Tahun Serangan, Charlie Hebdo Rilis Edisi Khusus
- Baca Juga: Kongres AS Sahkan Kemenangan Donald Trump
"Jika Anda mencoba menggulingkan pemerintah, menduduki kantor presiden dan kantor perdana menteri, itu bukan demokrasi, itu melanggar hukum," kata Wickremesinghe setelah berdoa di sebuah kuil Buddha di ibu kota Colombo pada Rabu (20/7/2022) dilansir dari AFP.
Ranil Wickremesinghe, yang juga enam kali menjabat perdana menteri Sri Lanka, menegaskan bahwa dia tidak akan tunduk pada kekerasan.
"Kami akan menangani mereka dengan tegas sesuai hukum. Kami tidak akan membiarkan minoritas pengunjuk rasa menekan aspirasi mayoritas diam yang menuntut perubahan dalam sistem politik.
"Tak lama setelah pemilihannya, ia bertemu dengan polisi elit dan unit tentara yang menjaga parlemen nasional, untuk berterima kasih kepada mereka karena membela simbol-simbol kunci negara, menurut keterangan kantornya.
Perebutan istana kepresidenan awal bulan ini oleh pengunjuk rasa yang menentang penanganan ekonomi Rajapaksa membuatnya melarikan diri dari tempat itu dan kemudian keluar negeri.
Dia mengirimkan surat pengunduran dirinya dari Singapura. Wickremesinghe secara luas dipandang sebagai wakil dari keluarga Rajapaksa yang dulu kuat, tetapi dia menyangkal bahwa dia berteman dengan mereka.
"Saya bukan teman Rajapaksa," katanya kepada wartawan di kuil Gangaramaya. "Saya adalah teman orang-orang."
Pemimpin baru itu sebelumnya mengundang semua partai politik di parlemen untuk bergabung dengannya dalam mengatasi krisis ekonomi Sri Lanka, yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara Asia Selatan itu.
Krisis Sri Lanka telah menyebabkan warganya kekurangan bahan pokok yang parah seperti makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Warga Sri Lanka kembali menggelar protes usai Perdana Menteri, Ranil Wickremesinghe, terpilih menjadi presiden baru menggantikan Gotabaya Rajapaksa yang mundur dan lari ke luar negeri, Rabu (20/7).
Mereka menolak Wickremsinghe menjadi presiden Sri Lanka lantaran dinilai masih merupakan kroni Rajapaksa.
"Seperti Anda tahu, parlemen memilih presiden baru hari ini, tapi presiden itu bukan baru bagi kami, itu bukan amanat rakyat," kata salah satu pemimpin demo dari Ketua Federasi Mahasiswa Antar Universitas, Wasantha Mudalige, saat orasi, di Ibu Kota Kolombo.
Mudalige mengaku rakyat telah berhasil menendang Gotabaya Rajapaksa, yang memperoleh 6,9 juta suara, dari kursi presiden. Namun Wickremesinghe mengamankan kursi presiden itu lewat jalur belakang, katanya.
"Ranil bukan presiden kita, mandat rakyat ada di jalanan," kata dia lagi seperti dikutip Al Jazeera.
Ribuan pedemo itu memadati titik GotaGoGama di Kolombo. Lokasi ini dianggap menjadi medan perjuangan rakyat Sri Lanka menuntut perbaikan atas krisis yang mendera dan menuntut rezim Rajapaksa mundur.
Para pedemo juga menuduh Wickremesinghe telah bersekongkol dengan keluarga Rajapaksa untuk mengungguli saingan politiknya.
Mereka juga berteriak bahwa suara mereka lebih valid ketimbang parlemen, yang menggelar pemungutan suara dan memilih Wickremesinghe menjadi presiden.
Dalam pemungutan suara itu, dia memperoleh 134 suara dari 25 anggota parlemen.
"Ranil Wickremesinghe harus tahu bahwa jutaan rakyat yang turun ke jalan jauh lebih banyak dari pada 134 [perolehan suara parlemen]," kata pegiat seni yang ikut aksi, Jagath Manuwarna.
Di Kolombo, banyak warga yang justru juga muram setelah Wickremesinghe diumumkan sebagai pemenang pemilihan presiden.
"Alasan mengapa orang-orang menentang Gota (baya) bukan karena dendam pribadi. Itu karena untuk memprotes cita-cita dan nilai-nilai yang dia pegang," kata Buwanaka Perera, seorang pengunjuk rasa berusia 26 tahun.
"Dan Kami melihat nilai-nilai yang sama, korupsi dan penindasan di Ranil," paparnya seperti dikutip Reuters.
Sri Lanka berada dalam kekacauan usai krisis ekonomi menggulung negara ini. Harga barang, terutama barang impor, gas LPG dan bahan bakar minyak (BBM) melonjak. Kondisi semakin buruk karena pandemi Covid-19 belum usai.
Di situasi terhimpit itu, warga menggelar protes. Mereka menuduh pemerintah korup dan menuntut Rajapaksa mundur. Ribuan massa yang geram dengan kondisi negara yang memburuk pun akhirnya menggeruduk rumah Rajapaksa, rumah PM, hingga kantor perdana menteri.
Amarah massa itu pun memicu Rajapaksa kabur ke Maladewa sebelum berakhir di Singapura hingga akhirnya menyatakan mengundurkan diri.
Sebagai penjabat presiden, Wickremesinghe turut mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan di parlemen. Padahal, para demonstran sudah mentah-mentah menolaknya mencalonkan diri sebagai presiden.
Para pedemo juga telah lama menuntut Wickremesinghe segera mundur bersama Rajapaksa. Namun, meski sempat berencana mundur, Wickremesinghe tak pernah melakukannya dan malah mencalonkan diri sebagai presiden.
Berita Trending
- 1 KPU: Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih Jakarta pada Kamis
- 2 Hari Kamis KPU tetapkan Gubernur
- 3 Perluas Akses Permodalan, Pemerintah Siapkan Pendanaan Rp20 Triliun untuk UMKM hingga Pekerja Migran
- 4 Panglima TNI Mutasi 101 Perwira Tinggi, Kepala BSSN dan Basarnas Juga Diganti
- 5 Marselino Ditemani Ole Romeny di Oxford United
Berita Terkini
- Lakukan Pengobatan dari IDI Cirebon yang Satu Ini Demi Menghindari Penyakit Salpingitis
- Dukung Program Pemerintah, Garuda Indonesia Grup Bagikan Makan Bergizi di Tangerang
- Jumlah Korban Tewas Meningkat Menjadi 53 Orang Akibat Gempa Tibet
- IDI Indramayu Berikan Solusi Pengobatan yang Ampuh Bagi Anda Penderita Varikokel
- BMKG: Gempa di Nepal-Tiongkok Tak Berpengaruh ke Indonesia