Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Edwin Yanee, Pendiri dan CEO Taylor Fine Goods (TFG)

Tak Berhenti untuk Mencoba

Foto : koran jakarta/selocahyo
A   A   A   Pengaturan Font

Taylor Fine Goods (TFG) adalah merek aksesoris traveling yang ditujukan bagi anakanak hipster, yang usianya 20 sampai 35 tahun, dan butuh tampil keren.

Berawal dari kebutuhan aksesori fotografi, pria asal Surabaya, Edwin Yanee memberanikan diri untuk memulai usaha mengisi pasar yang pada 2012 lalu belum banyak pemainnya. Sejak masih duduk di bangku kuliah, lulusan Fakultas Seni dan Desain ini telah menggeluti bisnis fotografi. Mulai proyek prewedding, resepsi pernikahan, hingga iklan dan profil perusahaan telah dia tekuni selama 6 tahun, malang melintang hingga ke Jakarta dan Singapura.

"Fotografi pada 2010 belum menjadi lifestyle seperti sekarang. Tali dan tas kamera harganya bisa jutaan, hampir sama dengan harga lensa. Saat yang sama, pertumbuhan industri fotografi pesat sekali, sehingga berdarahdarah. Demand-nya tetap tapi pelakunya banyak. Lalu saya mencoba membuat sendiri dengan brand TFG (Taylor Fine Goods)," tuturnya.

Edwin memulai TFG atau Taylor Fine Goods (TFG) yang kini berkembang sebagai merek tas dan aksesori perjalanan itu dengan penuh perjuangan. Sebagai seseorang yang berasal dari keluarga bukan berlatar belakang pengusaha, dan belum ada pelaku bisnis serupa yang bisa diambil ilmunya, dia harus memulai segala sesuatu seorang diri. "Saat itu saya benar-benar kesepian dalam bisnis ini, tidak punya teman dan pengetahuan dalam industri ini. Tahun pertama beli bahan sendiri, ukur bahan sendiri, memilih bahan sendiri, ke penjahit sendiri, dan memasarkan sendiri keliling ke toko kamera, jadi benar-benar babat alas," kata dia.

Cobaan belum berhenti, pria berpembawaan ramah dan enerjik ini harus menerima kenyataan produknya tidal diterima pasar. Bahkan hanya sedikit tempat-tempat penjualan kamera yang benar-benar mendukung bisnis barunya itu. "Ada yang ditolak dengan halus, ada yang kurang hormat. Disuruh menunggu berjam-jam, saat ketemu tanpa disentuh langsung bilang tidak. Ada yang diterima, tapi tidak ditaruh di rak display. Alasannya tidak cukup tempatnya," tuturnya.

Namun pria kelahiran Jember pada 3 Desember 1987 itu tidak berhenti mencoba. Edwin mencoba menitipkan produk-produk TFG di distro yang sudah banyak berdiri saat itu. Tak disangka, usahanya membawa hasil, angka penjualan tali dan tas kamera TFG meningkat.

Dia pun sadar ternyata pasarnya di sini, di distro. Sejak itulah Edwin fokus membuat TFG untuk lifestyle. "Pada 2013- 2014 saya mulai masuk ke tempat-tempat lifestyle, baik distro dan department store. Seiring waktu dengan pasar yang suka dengan desain kita permintaan berkembang hingga back pack, tas laptop, dan sebagainya," ujar dia.

Jatuh cinta dalam bisnis baru, Edwin bertekad untuk membangun TFG agar dapat terus bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat. Dia mulai mengamalkan ilmu pemasaran dengan metode segmentasi pasar.

"Mengikuti nasihat bahwa sebuah brand tanpa identitas atau ciri khas akan sulit bertahan. Setelah dievaluasi kita fokus pada aksesori traveling, mulai tempat paspor, tas kamera, tas back pack, tali kamera, dompet dan lain-lain. Kami memposisikan sebagai brand aksesoris traveling, yang ditujukan bagi anak-anak hipster, yang usianya 20 sampai 35 tahun. Mereka butuh tampil keren," paparnya.

Menurutnya, positioning sebuah merek adalah langkah mutlak yang harus diambil setiap industri. Apalagi mengingat banyak produk tas dan aksesori fesyen lain dari Tanah Air yang lebih dahulu terjun ke pasar.

"Meskipun tidak head to head, produk yang menyasar segmen pecinta alam atau orang kantoran, tidak menutup kemungkinan pasar mereka juga membeli produk kita dan juga sebaliknya. Untuk itu identitas brand penting, maka kita announce-nya untuk traveling anak-anak hipster," kata dia.

Menembus Ekspor

Dengan memegang teguh konsep desain dan target pasar, kini brand yang memiliki 150 item produk itu telah berhasil mengumpulkan omzet ratusan juta rupiah per bulan. Sebagai brand dengan jenis barang paling banyak di Asia Tenggara, TFG juga telah merambah ke pasar ekspor di Thailand dan Singapura.

"Sampai saat ini belum ada brand aksesoris traveling di Asia Tenggara yang punya item sebanyak kita. Menembus pasar ekspor, awalnya dari penjualan online, setelah berkembang mereka ada yang mengajukan sebagai reseller. Tapi kami akan fokus di dalam negeri, karena pasarnya besar sekali," ujarnya.

Jaringan usaha Edwin semakin luas. TFG menjalin kerja sama penjualan dengan para raksasa retail seperti Carrefour, Gramedia, dan Ramayana. Untuk memenuhi kebutuhan produksi, jumlah karyawan pun bertambah, kini terdapat 50 karyawan yang di tempat produksi TFG yang tersebar di Gresik, Surabaya, Sidoarjo, dan Mojokerto. Bagi Edwin, faktor sumber daya manusia merupakan aset penting, sekaligus menjadi tantangan tersendiri yang akan menentukan maju tidaknya sebuah perusahaan. Selain itu, salah satu kunci sukses yang selalu dipegang adalah menetapkan target yang tinggi. Dengan target, kerangka berpikir seorang pengusaha dan perusahaan akan lebih fokus mencapai tujuan.

"Yang membuat kita bisa bertahan, harus ada target dahulu. Kita ingin buat brand yang bisa go global, minimal Asia Tenggara. Kalau targetnya terbang sampai bintang, masak bulan saja tidak dapat. Kalau target kita hanya Indonesia, maka kalau tidak tercapai hanya menguasai Pulau Jawa. Jadi mindset kita akan tersetting dengan target itu," pungkas dia.

Selain menetapkan target tinggi, Edwin selalu menekankan pada tim perusahaan agar tidak pernah putus asa bila menghadapi hambatan. Hambatan akan teratasi asal seseorang tetap berjuang mencari jalan keluar. "Saya katakan pada tim, di bisnis ini kita berada dalam sebuah labirin. Kalau ingin berhasil menuju air terjun, harus mencoba semua jalan yang ada. Tak boleh berhenti mencoba, karena kalau kita diam saja, tidak mungkin sampai ke tujuan. Meskipun harus tersesat atau harus berputar, nanti akan sampai," pungkas dia.

BIODATA

Nama: Edwin Yanee

Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 4 Desember 1987

Pendidikan :
• Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra Surabaya

Organisasi : Anggota Hipmi Jaya

Jabatan : CEO PT TFG Traveling Asia

selocahyo/AR-2

Komentar

Komentar
()

Top