Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Edwin Yanee, Pendiri dan CEO Taylor Fine Goods (TFG)

Tak Berhenti untuk Mencoba

Foto : koran jakarta/selocahyo
A   A   A   Pengaturan Font

Cobaan belum berhenti, pria berpembawaan ramah dan enerjik ini harus menerima kenyataan produknya tidal diterima pasar. Bahkan hanya sedikit tempat-tempat penjualan kamera yang benar-benar mendukung bisnis barunya itu. "Ada yang ditolak dengan halus, ada yang kurang hormat. Disuruh menunggu berjam-jam, saat ketemu tanpa disentuh langsung bilang tidak. Ada yang diterima, tapi tidak ditaruh di rak display. Alasannya tidak cukup tempatnya," tuturnya.

Namun pria kelahiran Jember pada 3 Desember 1987 itu tidak berhenti mencoba. Edwin mencoba menitipkan produk-produk TFG di distro yang sudah banyak berdiri saat itu. Tak disangka, usahanya membawa hasil, angka penjualan tali dan tas kamera TFG meningkat.

Dia pun sadar ternyata pasarnya di sini, di distro. Sejak itulah Edwin fokus membuat TFG untuk lifestyle. "Pada 2013- 2014 saya mulai masuk ke tempat-tempat lifestyle, baik distro dan department store. Seiring waktu dengan pasar yang suka dengan desain kita permintaan berkembang hingga back pack, tas laptop, dan sebagainya," ujar dia.

Jatuh cinta dalam bisnis baru, Edwin bertekad untuk membangun TFG agar dapat terus bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat. Dia mulai mengamalkan ilmu pemasaran dengan metode segmentasi pasar.

"Mengikuti nasihat bahwa sebuah brand tanpa identitas atau ciri khas akan sulit bertahan. Setelah dievaluasi kita fokus pada aksesori traveling, mulai tempat paspor, tas kamera, tas back pack, tali kamera, dompet dan lain-lain. Kami memposisikan sebagai brand aksesoris traveling, yang ditujukan bagi anak-anak hipster, yang usianya 20 sampai 35 tahun. Mereka butuh tampil keren," paparnya.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top