Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Svante Pääbo, Ahli Genetika Pengubah Catatan Sejarah Awal Peradaban Manusia

Foto : Institut Max Planck

Ahli genetika Swedia Svante Pääbo.

A   A   A   Pengaturan Font

Kerja keras ahli genetika Swedia Svante Pääbo telah mendukung pemahaman kita tentang sejarah awal peradaban manusia usai berhasil mengurutkan genom Neanderthal, dengan lengkap yang membuatnya dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada Pekan lalu.

Lahir di Stockholm, Pääbo belajar kedokteran dan biokimia di Universitas Uppsala sebelum akhirnya menciptakan disiplin ilmu yang disebut "paleogenomik", yang membantu menunjukkan perbedaan genetik yang membedakan manusia hidup dari hominin yang punah. Pria berusia 67 tahun itu mengabdikan tahun-tahun awal penelitiannya untuk mengekstraksi materi genetik dari mumi. Sayangnya, penelitian itu harus kandas karena sampelnya terkontaminasi DNA-nya dan rekan-rekan ilmuwannya.

Pääbo yang pernah bermimpi menjadi ahli Mesir Kuno lalu meluncurkan upaya yang tidak mungkin untuk menguraikan genom Neanderthal. Pada 2006, merancang apa yang disebut kamar bersih yang didedikasikan untuk menangani DNA purba, yang melindungi fosilnya dari materi genetik manusia hidup. Sejak itu, ia mencatatkan dalam teknologi pengurutan yang memungkinkan dia untuk memecahkan kode jenis DNA rusak parah yang ditemukan di tulang purba yang berusia 40.000 tahun.

Empat tahun berselang, Pääbo yang lebih dulu memenangkan Penghargaan Gruber 2013 atas kontribusinya yang luar biasa dalam bidang penelitian genetika, meluncurkan genom Neanderthal yang membantu para ilmuwan melacak perbedaan genetik pada manusia modern. Hasilnya pun mengejutkan, Pääbo dan rekan-rekannya membalikkan kepercayaan umum dengan menunjukkan bahwa gen tertentu yang berasal dari Neanderthal tersimpan dalam genom manusia modern saat ini, yang sebelumnya dianggap mustahil.

Padahal, gaya hidup manusia modern yang begitu khas selama ini diyakini tidak memiliki keturunan dengan Neanderthal, walaupun keduanya sempat hidup berdampingan di Eropa dan Asia. Mengutip The Guardian, perkawinan silang itu bahkan disebut Pääbo meninggalkan jejak genetik yang kuat. Tim peneliti menemukan bahwa orang yang saat ini tinggal di Eropa dan Asia memperoleh satu persen hingga empat persen genom mereka dari Neanderthal.

Tak hanya itu, Pääbo yang merupakan direktur di Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusi, juga berhasil dan memahami apa peran perbedaan DNA dalam penyakit, termasuk Covid-19. Pada tahun 2020 Pääbo dan rekannya menemukan bahwa virus corona menyebabkan gejala yang lebih parah pada orang yang mewarisi DNA yang diwarisi oleh manusia modern dari Neanderthal ketika mereka kawin silang sekitar 60.000 tahun yang lalu. Dengan kata lain, mereka memiliki risiko lebih besar terkena penyakit parah akibat virus corona.

"Kita dapat membuat ukuran rata-rata jumlah kematian tambahan yang kita alami dalam pandemi karena kontribusi dari Neanderthal. Ini cukup besar, lebih dari satu juta individu tambahan yang telah meninggal karena varian Neanderthal ini yang mereka bawa," kata Pääbo dalam kuliah 2022 seperti dikutip dari Reuters.

Penghargaan Nobel yang diraihnya pada pekan lalu bukanlah yang pertama kali dalam sejarah keluarganya. Dalam memoar 2014, "Manusia Neanderthal", Pääbo menulis bahwa dia adalah "putra rahasia" Sune Bergstrom, seorang ahli biokimia terkenal yang telah mendapatkan Penghargaan Nobel pada tahun 1982. Kini, Pääbo mengaku akan tetap berfokus pada perubahan genetik yang menjelaskan mengapa manusia modern menjadi begitu dominan dan membentuk masyarakat yang begitu besar.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top