Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bisnis Asuransi

Sun Life Sasar 43 Juta Penduduk Usia Produktif

Foto : Koran Jakarta/M Yasin

Peluncuran Produk - Chief Marketing Officer Sun Life Financial Indonesia Shierly Ge (tegah) berbincang dengan Chief Agency Officer Sun Life Financial Indonesia Wirasto Koesdiantoro (kiri) dan Ketua 1 Yayasan Jantung Indonesia dan Dokter Spesialis Jantung RS Harapan Kita Prof DR dr Budhi Setianto SpJP saat peluncuran Sun Critical Medicare di Jakarta, Kamis (29/9).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perusahaan asuransi jiwa, PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life) membidik pekerja muda di Indonesia untuk pemasaran produk proteksi penyakit kritis, terutama jantung, stroke, kanker, dan gagal ginjal. Pasalnya, saat ini terjadi pergeseran di mana penyakit kritis tak hanya menyerang penduduk usia lanjut saja melainkan juga banyak generasi muda Indonesia.

"Berdasarkan survei kami tahun 2015 dan 2016, masih banyak masyarakat Indonesia yang menjalankan gaya hidup tidak sehat seperti kurang tidur, pola makan tidak teratur, serta jarang berolah raga. Gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyakit kritis, bahkan kini fenomena penyakit kritis tidak lagi identik dengan usia lanjut," tutur Chief Marketing Officer Sun Life Financial Indonesia Shierly Ge saat peluncuran produk Asuransi Sun Critical Medicare di Jakarta, Kamis (28/9).

Baca Juga :
Jasa Penitipan Hewan

Shierly memaparkan, saat ini 39,1 persen dari total penduduk Indonesia berisiko terkena penyakit jantung. Mereka rata-rata masih berusia produktif, yakni di kisaran 15- 45 tahun. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), dia mengungkapkan hingga Februari 2017, jumlah tenaga kerja di rentang usia 20-34 tahun mencapai 43 juta jiwa.

"Mereka lah yang akan menjadi target pemasaran produk baru yang akan dipasarkan melalui jalur distribusi keagenan ini," ujar Shierly. Dikatakannya, saat seseorang terserang penyakit kritis, biaya perawatan medisnya sangat besar dan bahkan cenderung meningkat tiap tahunnya. Dia mengunkapkan sekitar 20 persen masyarakat menengah ke atas jatuh miskin akibat untuk membiayai penyakit kritis. "Makanya, mereka (masyarakat) sebaiknya mentransfer risiko tersebut ke perusahaan asuransi," kata dia.


Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail

Komentar

Komentar
()

Top