Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perubahan Iklim I RI Tidak Alami Gelombang Panas, tapi Suhu Udara Tergolong Panas

Suhu Panas Ekstrem Melanda Asia

Foto : ANTARA/FAUZAN

INDONESIA ALAMI SUHU PANAS I Warga berjalan menggunakan payung di tengah cuaca panas terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (24/4). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa hari terakhir.

A   A   A   Pengaturan Font

» Tren pemanasan global dan perubahan iklim, gelombang panas heatwave semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering.

» Kumarkhali, kota di Kusthia, Bangladesh, menjadi daerah terpanas dengan suhu maksimum 51 derajat Celsius pada 17 April 2023.

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa hari terakhir.

Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan, di Jakarta, Senin (24/4), mengatakan suhu panas ekstrem telah melanda negara-negara Asia sepekan terakhir. "Indonesia tidak mengalami gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara permukaan tergolong panas," kata Dodo.

Dia menjelaskan ada lima penyebab suhu panas di Indonesia yakni dinamika atmosfer yang tidak biasa, suhu panas bulan April di wilayah Asia Selatan secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu Matahari, lonjakan panas tahun 2023 adalah yang terparah.

Selain itu, tren pemanasan global dan perubahan iklim, gelombang panas heatwave semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering. Kemudian, dominasi monsun Australia, Indonesia memasuki musim kemarau. Kemudian, intensitas maksimum radiasi Matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan.

BMKG mencatat wilayah Ciputat, Tangerang Selatan, menjadi daerah di Indonesia dengan suhu maksimum harian tertinggi pada 17 April 2023 yakni sebesar 37,2 derajat Celsius.

Pada dasarian II April 2023 atau periode 11-20 April, suhu panas di atas 36 derajat Celsius melanda beberapa unit kerja BMKG, seperti di wilayah Stasiun Meteorologi Pangsuma 36,6 derajat Celsius, Nangapinoh 36,5 derajat Celsius, BMKG Wilayah I 36,5 derajat Celsius, Stasiun Meteorologi Tabelian 36,3 derajat Celsius, Stasiun Meteorologi Tarempa 36,2 derajat Celsius, Stasiun Geofisika Deli Serdang 36,2 derajat Celsius, BMKG Wilayah II 36,2 derajat Celsius, dan Stasiun Klimatologi Banten 36 derajat Celsius.

Sementara di wilayah Asia, Dodo menyampaikan Kumarkhali, kota di Distrik Kusthia, Bangladesh, menjadi daerah terpanas dengan suhu maksimum harian yang tercatat sebesar 51 derajat Celsius pada 17 April 2023.

"Kota terpanas di Asia lainnya terjadi sebagian besarnya di Myanmar dan India," katanya seperti dikutip dari Antara.

Anomali Temperatur

Pakar Klimatologi Universitas Gadjah Mada, Emilya Nurjani, mengatakan sebagian besar wilayah di RI pada 2020- 2023, mengalami La Nina sehingga mendapatkan curah hujan yang lebih banyak dibandingkan tiga tahun sebelumnya.

Setelah itu, tiga bulan ke depan, tepatnya April, Mei, dan Juni, diprediksi cenderung ke arah El Nino dengan angka Sea surface temperature anomaly berkisar +0,2 - +1,4 derajat Celdius.

Dampak utama fenomena El Nino adalah berkurangnya curah hujan yang turun di wilayah Indonesia karena tekanan udara yang lebih rendah di Samudra Pasifik bagian timur (pesisir barat benua Amerika), sehingga uap air sebagai bahan bakar pembentukan awan dibawa ke timur Samudra Pasifik.

"Berkurangnya curah hujan menimbulkan dampak ikutan suhu udara menjadi lebih panas, karena kelembapan yang berkurang karena uap air bergerak ke arah timur," kata Emilya.

Dampak utama dari El Nino, paparnya, adalah potensi kekeringan di sebagian wilayah Indonesia. Seberapa ekstrem, tergantung tingkat kerentanan wilayah terhadap kekeringan.

Emilya mencontohkan untuk wilayah di DIY, wilayah Pegunungan Sewu akan lebih rentan dibandingkan wilayah Bantul. Sebab, selain faktor hujan sendiri, jenis tanah, jenis tanaman, dan keberadaan air permukaan dan ketersediaan air tanah akan mempengaruhi tingkat keparahan kekeringan.

Dampak lanjutan kekeringan adalah berkurangnya produksi pertanian (kekeringan pertanian) dan berkurangnya air permukaan dan air tanah (kekeringan hidrologis). "Mulai sekarang, masyarakat bersiap untuk menghadapi dampak El Nino dengan memanen air hujan, memilih tanaman pertanian yang lebih tahan kering, dan efisien dalam penggunaan air," kata Emilya.

Secara terpisah, pengamat energi terbarukan, Surya Darma, mengatakan fenomena cuaca ekstrem harus disikapi serius pemerintah dengan konsisten pada komitmen pada isu perubahan iklim yang menjadi isu utama dunia saat ini.

"Sebagai konsekuensinya adalah segala aspek pembangunan harus disesuaikan dengan penggunaan energi hijau. Pemanfaatan energi pun harus bertranformasi dari energi fosil yang tidak ramah lingkungan menuju energi bersih dan terbarukan," kata Surya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top