Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
GPI 10th Edition

Suguhkan Konsep Impian Pernikahan Tradisional

Foto : KORAN JAKARTA/IMANTOKO
A   A   A   Pengaturan Font

Muhammad Hartono, pakar budaya dari sahabat Budaya Indonesia menjelaskan, gelaran ini menjadi bukti bahwa nuansa tradisional masih menjadi idaman dan inspirasi bagi kebanyakan calon pengantin.

"Dalam gelaran pameran pernikahan keseluruhan dibalut kentalnya adat penikahan Jawa, khususnya Yogyakarta di mana Paes Ageng Kanigaran Yogyakarta menjadi primadona bagi calon pengantin yang mendambakan perayaan pernikahan megah dan sakral," terangnya di Jakarta, belum lama ini.

Berbeda dengan pernikahan modern, secara lingkup pernikahan tradisional memang lebih melekat di kebanyakan orang Indonesia. "Diangkatnya tema penikahan adat Jawa pada GPI 10th Edition, secara utuh kita diperlihatkan bagaimana tradisi 'kita' orang Indonesia dalam hal perayaan hari besar pernikahan," ungkap Hartono.

Menyinggung soal modernisasi, sebenarnya perubahan ke arah modern juga dalam adat istiadat perkawinan Keraton Yogyakarta juga ada. "Itu Anda bisa lihat di film Royal Wedding Yogyakarta 1920, yaitu perkawinan yang ada di era pemerintahan Hamengkubuwono VII. Jika diperhatikan di situ sebenarnya secara pakem tampilan pakaian pun berubah, seperti lebih pendek bawahnya, kemudian tatanan musik juga lebih modern, dengan adanya marching band gaya Eropa," ceritanya.

Dari segi tata rias paes ageng pun juga demikian, lanjut Hartono, bahwa hiasan saat ini sumping (hiasan yang diletakkan di telinga) yang digunakan oleh pengantin terbuat dari lempengan logam dan tampak lebih modern. Pada awalnya, sumping yang digunakan terbuat dari daun pepaya. Karena, daun pepaya rasanya pahit. Menandakan bahwa menjadi istri harus siap untuk merasakan berbagai kepahitan.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top