Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
GPI 10th Edition

Suguhkan Konsep Impian Pernikahan Tradisional

Foto : KORAN JAKARTA/IMANTOKO
A   A   A   Pengaturan Font

Pernikahan dengan tema tradisional merupakan impian banyak pasangan, karena melalui adat dan tradisi luhur yang kental itu acara pernikahan menjadi lebih sakral dan kekeluargaan.

Pernikahan dengan gaya modern memang menjadi pilihan paling umum masyarakat kita, tapi di tengah gempuran ide pernikahan tersebut nyatanya, ada juga pasangan yang menganggap melaksanakan resepsi pernikahan dengan proses dan tampilan adat daerah asalnya itu adalah sebuah kewajiban.

Berbagai tata cara adat dan tradisi yang dilalui banyak pasangan dipercayai sebagai sebuah 'doa', meskipun prosesi itu cukup rumit dan perlu dipersiapkan secara matang dan tepat. Itu sebabnya sebelum melaksanakan pernikahan, calon pengantin perlu mencari informasi sebanyak-banyaknya agar detail pernikahan yang digelar menjadi sempurna.

Masih tingginya minat masyarakat untuk melaksanakan pernikahan adat tradisional membuat Parakrama Organizer kembali menyelenggarakan pameran pernikahan tradisional bertajuk 'Gebyar Pernikahan Indonesia (GPI) 10th Edition'. Acara tersebut digelar pada 8-10 Februari 2019 di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta.

KORAN JAKARTA/IMANTOKO

Muhammad Hartono, pakar budaya dari sahabat Budaya Indonesia menjelaskan, gelaran ini menjadi bukti bahwa nuansa tradisional masih menjadi idaman dan inspirasi bagi kebanyakan calon pengantin.

"Dalam gelaran pameran pernikahan keseluruhan dibalut kentalnya adat penikahan Jawa, khususnya Yogyakarta di mana Paes Ageng Kanigaran Yogyakarta menjadi primadona bagi calon pengantin yang mendambakan perayaan pernikahan megah dan sakral," terangnya di Jakarta, belum lama ini.

Berbeda dengan pernikahan modern, secara lingkup pernikahan tradisional memang lebih melekat di kebanyakan orang Indonesia. "Diangkatnya tema penikahan adat Jawa pada GPI 10th Edition, secara utuh kita diperlihatkan bagaimana tradisi 'kita' orang Indonesia dalam hal perayaan hari besar pernikahan," ungkap Hartono.

Menyinggung soal modernisasi, sebenarnya perubahan ke arah modern juga dalam adat istiadat perkawinan Keraton Yogyakarta juga ada. "Itu Anda bisa lihat di film Royal Wedding Yogyakarta 1920, yaitu perkawinan yang ada di era pemerintahan Hamengkubuwono VII. Jika diperhatikan di situ sebenarnya secara pakem tampilan pakaian pun berubah, seperti lebih pendek bawahnya, kemudian tatanan musik juga lebih modern, dengan adanya marching band gaya Eropa," ceritanya.

Dari segi tata rias paes ageng pun juga demikian, lanjut Hartono, bahwa hiasan saat ini sumping (hiasan yang diletakkan di telinga) yang digunakan oleh pengantin terbuat dari lempengan logam dan tampak lebih modern. Pada awalnya, sumping yang digunakan terbuat dari daun pepaya. Karena, daun pepaya rasanya pahit. Menandakan bahwa menjadi istri harus siap untuk merasakan berbagai kepahitan.

"Itu artinya tradisi perayaan perkawinan adat juga mengikuti perkembangan zaman, dan itu bisa kita lihat perubahan sebenarnya. Kemudian secara tradisi orang Indonesia itu sulit mengikuti pernikahan gaya modern, di negara barat misalnya, mengundang 40 orang masih mungkin tapi di Indonesia, kerabat pengantin minimal 200 orang pasti akan hadir untuk merayakan hari penting kita, entah di rumah atau gedung, dan konsep pernikahan tradisional pasti melekat di perayaan tersebut," ceritanya. ima/R-1

Perhatikan Saran Dekorator

Beberapa pos anggaran yang cukup besar dalam pesta pernikahan adalah makanan, minuman, dan dekorasi. Untuk dekorasi, ada tips yang bisa diterapkan calon pengantin untuk menekan biayanya yang dikeluarkan.

Kanya mengatakan penghematan itu berangkat dari jumlah undangan yang akan datang di pesta pernikahan. "Jika Anda memilih undangan terbatas di venue kecil, maka anggaran dekorasi menjadi salah satu pos yang biasa disiasati," ujarnya.

Rumusan pengeluaran dekorasi, menurut dia, mengikuti ukuran venue. Semakin besar venue, maka anggarannya meningkat. "Jika memilih yang minimalis, maka anggaran ikut berkurang," kata Kanya.

Pertama, Kanya menjelaskan buat lokasi pusat perhatian di ruangan tersebut bisa dengan mini backdrop atau mini pelaminan, tujuannya agar seluruh kegiatan terfokus ke sana. "Secara teknis, perhatian orang tidak ke mana-mana," jelasnya.

Kedua adalah memperhatikan jumlah meja dan kursi. Menurut Kanya pesta pernikahan identik dengan acara reuni keluarga. Waktu yang dihabiskan keluarga lebih lama daripada tamu biasa. Jadi, sebaiknya tetap ada sudut kursi dan meja.

"Salah satu cara menyiasati ruangan kecil adalah menyediakan area makan di luar tempat resepsi. Berarti yang dibutuhkan selanjutnya adalah tenda untuk menaungi makanan," kata dia.

Ketiga agar anggaran dekorasi lebih ringan adalah memikirkan detail hiasan yang dipakai. Untuk bunga misalnya, bisa menggunakan bunga plastik ketimbang bunga asli yang lebih mahal. "Pastikan ukurannya selalu minimalis agar tidak menyita banyak tempat," tandas Kanya. ima/R-1

Sumber Inspirasi

GPI 10th Edition dengan mengangkat tema Asmaradana Pengantin Jawa ini, menurut Marketing Director Parakrama Organizer, Arief Rachman, akan menjadi sumber inspirasi para calon pengantin yang ingin merealisasikan konsep pernikahan tradisional.

Dalam gelaran dihadirkan 150 vendor pernikahan mulai dari venue, catering, dekorasi, busana, aksesoris, tata rias adat, undangan, fotografi, paket honeymoon hingga entertainment. "Seluruhnya menghadirkan berbagai informasi pernikahan yang membantu calon pengantin adakan pernikahan impian," terang Arief.

Khusus GPI 10th Edition, Suryo Decor mendekorasi keseluruhan ruangan yang mengadopsi arsitektur bangunan Gedhong Kaca Museum Hamengkubuwono IX yang terletak di kawasan keraton. Plafon konstruksi bertingkat dan ditopang tiang Soko Guru adalah ciri khas bangunan keraton yang didominasi warna merah, hitam dan emas sehingga masyarakat seolah dapat merasakan langsung keagungan dan keindahan Keraton Yogyakarta.

KORAN JAKARTA/IMANTOKO

"Dekorasi memegang peran signifikan pada suatu pernikahan, karena dekorasi mampu menggambarkan latar belakang keluarga, adat budaya yang dijunjung serta harapan yang ingin dicapai. Beriringan dengan rias dan busana, dekorasi Paes Ageng Kanigaran memiliki detail yang menyempurnakan keseluruhan susunan adat dan suasana yang menggambarkan pernikahan laksana bangsawan keraton. Gebyok bernafaskan Jawa Tengah khususnya Yogyakarta, akan membangun atmosfer tradisional keraton pada ruangan," terang Kanya Wirasati, PR dan Marketing Suryo Décor.

Melalui seremoni dengan tata cara spesifik, runut, kaya makna di setiap langkah, gerakan serta sarat estetika akan lebih kental disajikan, kemudian gambaran utuh bagaimana 'indahnya' tradisi pernikahan adat Jawa, parade pengantin, dan talk show edukatif seputar penikahan adat dalam gelaran pameran pernikahan tradisional ini. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top