Studi Ungkap Cedera Lutut Dapat Pengaruhi Kesehatan Mental
Ilustrasi
Foto: IstimewaSementara nyeri lutut ringan biasanya sembuh dalam waktu satu hingga dua minggu, nyeri lutut yang parah tidak hanya bertahan dalam waktu yang lebih lama, tetapi juga dapat menimbulkan masalah kesehatan mental. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa bahkan ketika rasa sakit fisik mereda, bukan berarti masalah kesehatan mental akan membaik.
"Kami ingin mengetahui apakah pasien mengalami lebih sedikit gejala kecemasan dan depresi seiring dengan membaiknya fungsi fisik dan berkurangnya rasa sakit. Jawabannya adalah sebagian besar tidak," kata penulis studi senior Dr. Abby Cheng, asisten profesor bedah ortopedi di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St, dikutip dari Medical Daily, Rabu (5/7).
"Yang menarik bagi saya adalah bahwa kecemasan pasien sedikit berkurang dalam kasus-kasus di mana pasien mengalami peningkatan yang signifikan dalam kesehatan fisik, tetapi depresi tidak membaik dalam banyak kasus seperti itu," tambahnya.
Dr. Cheng menjelaskan, sebagai dokter yang sangat dipedulikan adalah perasaan pasien. Menurutnya, seorang pasien mungkin senang karena sekarang dia bisa berjalan satu mil, dan itu bagus.
"Tetapi pasien lain yang dapat berjalan satu mil mungkin tidak senang karena mereka tidak lagi dapat berlari maraton, dan itu tidak baik. Persepsi pasien tentang kesehatan mereka adalah hal yang paling penting, dan hal itu tidak serta merta membaik ketika rasa sakit berkurang dan fungsi fisik membaik," ucapnya.
Penelitian ini dipublikasikan di JAMA Network Open. Para peneliti mengikuti data dari lebih dari 11 ribu pasien yang datang untuk berobat ke klinik ortopedi Universitas Washington selama kurun waktu tujuh tahun. Setiap pasien diberikan sebuah tablet pada saat check-in dan ditanya apakah masalah ortopedi yang mereka alami menimbulkan bahaya dalam hidup mereka.
Mereka ditanya "seberapa besar rasa sakit mengganggu kemampuan Anda untuk melakukan pekerjaan rumah tangga?" dan "seberapa besar rasa sakit membuat Anda sulit tidur?" Kuesioner tersebut juga mencakup pertanyaan tentang kesehatan mental dan kebugaran setiap orang.
"Tujuan kami adalah untuk mengobati seseorang, bukan hanya memperbaiki pinggul atau lutut, dan masalah fisik berhubungan dengan suasana hati dan kecemasan, bahkan depresi," ujar Cheng.
"Pasien memiliki banyak hal yang terjadi, dan sulit untuk memberikan perawatan yang baik tanpa mempertimbangkan gambaran besarnya," lanjutnya.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mengobati masalah muskuloskeletal dapat meningkatkan kesehatan mental pasien, tetapi penelitian terbaru tidak menemukan hal yang sama.
"Pasien mungkin tidak terlalu cemas enam bulan setelah operasi, tetapi lima tahun ke depan, ceritanya mungkin sangat berbeda," tutur Cheng.
"Gejala-gejala kecemasan itu sering kali kembali, meskipun mungkin fokus kecemasan tidak lagi terkait dengan pinggul pasien atau masalah ortopedi lainnya," pungkasnya.
Redaktur: Fiter Bagus
Penulis: Rivaldi Dani Rahmadi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 4 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD
Berita Terkini
- Antisipasi Serangan Harimau, Pemkab Mukomuko Sarankan Antar-jemput Anak Sekolah
- Nelayan Diimbau Dinas Perikanan Batam untuk waspadai Buaya Lepas dari penangkaran
- Mencari Makan ke Desa di Temanggung, Puluhan Monyet Ekor Panjang Kejutkan Warga
- Seberangi Sungai untuk Sekolah, Pelajar di Jember Gunakan Rakit Bambu
- Secara Rutin Ini LIma Bagian Mobil yang Wajib Dirawat