Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Studi: Transisi Menuju Keberlanjutan Regeneratif Penting bagi Bisnis

Foto : ANTARA/HO-Kearney

Presiden Direktur Kearney Indonesia Shirley Santoso dalam sebuah acara di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Kamis (8/8).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Firma konsultan manajemen global Kearney telah merilis studi yang berjudul 2024 Kearney Regenerate Asia Pacific Sustainability Report menekankan transisi menuju keberlanjutan regeneratif sangat penting bagi bisnis di Indonesia.

Studi komprehensif ini menganalisis praktik keberlanjutan dari berbagai perusahaan di Asia Pasifik (APAC), dan menyoroti kebutuhan mendesak bagi perusahaan di Indonesia untuk beralih ke keberlanjutan regeneratif.

"Studi ini menekankan bahwa transisi menuju keberlanjutan regeneratif sangat penting bagi bisnis di Indonesia untuk mengatasi tantangan lingkungan dan sosial, memastikan ketahanan jangka panjang, profitabilitas, dan manfaat bagi komunitas. Melaksanakan praktik ini dapat meningkatkan tanggung jawab korporat dan sejalan dengan tujuan keberlanjutan global, menciptakan masa depan yang lebih sehat dan adil bagi semua," kata Presiden Direktur Kearney Indonesia Shirley Santoso dalam keterangan resmi, di Jakarta, Jumat.

Berdasarkan laporan tersebut, disebutkan bahwa terdapat kesadaran yang besar terkait urgensi keberlanjutan bagi sebuah organisasi secara umum.

Namun, sebagian besar pemimpin bisnis di Asia masih memandang keberlanjutan sebagai pendorong biaya dan risiko daripada peluang untuk menciptakan nilai lebih. Bisnis di Asia berada pada tingkat kematangan yang berbeda-beda dalam perjalanan keberlanjutan, tetapi tetap optimis mencapai dampak positif selama satu dekade ke depan.

Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan ambisi untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. Di sisi lain, lebih dari 80 persen energi tanah air disediakan melalui bahan bakar fosil, dan Indonesia juga menjadi produsen batu bara terbesar keempat di dunia.

Karena itu, Indonesia mendirikan 'Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan' (Just Energy Transition Partnership/JETP) untuk memobilisasi 20 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dalam 3-5 tahun ke depan guna mempercepat transisi energi pada tahun 2022.

"Berdasarkan hasil studi kami, 43 persen organisasi Indonesia saat ini telah mengadopsi pendekatan regeneratif untuk keberlanjutan, dengan tambahan 57 persen perencanaan untuk melaksanakan dalam 1-3 tahun ke depan. Studi Kearney di Asia Pasifik menunjukkan bahwa perusahaan yang fokus pada praktik regeneratif dapat memberikan dampak positif bersih, berkontribusi pada pemulihan ekosistem, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan menciptakan peluang ekonomi," ujarShirley.

Menurut dia,mengintegrasikan upaya keberlanjutan ke dalam strategi bisnis inti dan memastikan komitmen dari pimpinan tertinggi adalah kunci mengatasi tantangan terkait akuntabilitas dan metrik. Kepemimpinan yang kuat memastikan tujuan keberlanjutan dapat diprioritaskan dan selaras dengan misi serta visi perusahaan secara keseluruhan.

Lebih lanjut, para pemimpin bisnis di Indonesia disebut semakin khawatir tentanggreenwashingyang mendorong kebijakan keberlanjutan lebih ketat, perencanaan lebih hati-hati, dan investasi lebih besar dalam sumber daya keberlanjutan.

Kendati 72 persen pemimpin bisnis di Indonesia percaya bahwa target dekarbonisasi dapat dicapai, hanya 46 persen yang memiliki rencana sesuai dengan Perjanjian Paris. Hal ini menunjukkan perlunya struktur tata kelola lebih kuat dan mekanisme akuntabilitas lebih jelas.

Dia menekankan teknologi sebagai alat penting untuk mendefinisikan ulang proses bisnis dan rantai pasokan, memungkinkan organisasi yang tangguh fokus pada penciptaan nilai jangka panjang. Teknologi canggih dianggap mengoptimalkan penggunaan sumber daya, mengurangi limbah, dan meningkatkan efisiensi di seluruh operasi.

Di Indonesia, teknologi dan kemampuan pengukuran emisi yang lebih baik, serta dukungan manajemen lebih besar menjadi pendorong utama mempercepat upaya dekarbonisasi.

"Dengan mengadopsi praktik regeneratif, memperkuat kepemimpinan dan tata kelola, dan pemanfaatan teknologi canggih, perusahaan dapat mencapai kesuksesan yang berjangka panjang, berkontribusi pada tujuan keberlanjutan global, dan mendorong masa depan yang lebih sehat dan adil," katanya pula.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top