Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Stegomastodon Fosil Moyang Gajah yang Bertaring Empat

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun yang sedang hiking di gurun Las Cruces, New Mexico tanpa sengaja menemukan tengkorak Stegomastodon berusia 1,2 juta tahun.

Nenek moyang mamoth dan gajah, Stegomastodon termasuk dalam keluarga ilmiah Gomphotheriidae. Sementara banyak gomphotheres memakai empat taring - sepasang taring terdapat pada bagian atas melengkung ke bawah. Dan sepasang lagi, berada di bawah menjulur menyerupai spatula. Pada bagian ini, para ilmuwan kerap menyebutnya sebagai dagu taring, yang tumbuh ke bawah dari rahang atas.

Fosil Stegomastodon termasuk langka dan sangat jarang ditemukan, namun baru-baru ini seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, tanpa sengaja menemukan tulang berulang Stegomastodon di gurun Las Cruces, New Mexico. Saat itu, bocah bernama Jude Sparks sedang menjelajahi wilayah Pegunungan Organ dengan kedua orang tua dan dua saudara laki-lakinya, tanpa sengaja tersandung ujung tulang Stegomastodon.

"Saya sedang mencoba berlari, dan tiba-tiba jatuh karena tersandung gading Stegomastodon. Wajahku mendarat di sebelah rahang bawah. Aku melihat lebih jauh, dan ternyata ada gading lagi,cerita Sparks, seperti dikutip dari livescience.com," ujarnya.

Menyadari bukan tulang belulang biasa, pihak keluarga langsung menghubungi Peter Houde, seorang profesor dari New Mexico State University (NMSU), sekaligus seorang kurator di The Vertebrate Museum. "Fosil stegomastodon secara umum terlihat menyerupai gajah, ini temuan yang sangat jarang dan mungkin fosil ini menjadi temuan tengkorak lengkap kedua, setelah pada tahun 2014 silam ditemukan juga kerangka serupa di Elephant Butte Lake State Park, New Mexico, kisaran umur tulangnya sekitar tiga juta tahun," jelas Houde.

Meskipun Stegomastodon juga terlihat sangat mirip dengan mastodon, keduanya berada dalam kelompok keluarga yang berbeda, menurut Ross MacPhee, profesor kurator Mammalogy dari Vertebrate Zoology di American Museum of Natural History di New York City. "American mastodon, Mammut americanum, adalah mammutid dalam kelompok keluarga yang berbeda," kata Macphee.

Profesor Peter Houde dari New Mexico State University (NMSU) memperlihatkan fosil gading Stegomastodon yang sudah direkonstruksi. Stegomastodon adalah moyang gajah yang bertaring empat. Menurut penelitian fosil Stegomastodon yang ditemukan berusia 1,2 juta tahun.

Jika diamati secara fisik Stegomastodon lebih terlihat sangat mirip dengan proboscideans primitif. Para ilmuwan menggali rahang fosil dan dua potong gading musim gugur yang lalu. Kemudian, pada bulan Mei, Sparks, tim mahasiswa dan profesor menggali tengkorak tersebut. Houde menurutkan butuh waktu berbulan-bulan untuk mendapat izin penggalian situs tersebut dan memperoleh bahan kimia yang diperlukan untuk melestarikan tengkorak Stegomastodon.

Perlu Anda ketahui temuan awal fosil Stegomastodon sudah terdengar gaungnya pada bulan November tahun lalu. Setelah mendapatkan dana, mencari sukarelawan, dan berkoordinasi saat penggalian akan berlangsung, tim universitas dan keluarga Sparks baru lah kembali ke lokasi untuk menggali sisa-sisa tersebut. ima/R-1

Sudah Rapuh

Ketika digali, bagian atas tulang berulang fosil Stegomastodon terlihat kokoh. "Namun jika diamati sebagian besar tulang berlubang dan permukaan tengkorak tipis," kata Houde. Diperkirakan rahang dari Stegomastodon berbobot sekitar 120 lbs (54 kilogram), sementara keseluruhan tengkorak sekitar satu ton yang sebenarnya itu ukuran yang ringan untuk sebuah tulang sedemikian besar. "Itu artinya hewan tersebut berukuran hampir sama seperti gajah Asia tapi dengan kaki yang agak kokoh," ungkap Houde.

Tak hanya itu, lanjut Houde, tengkorak rapuh ini disatukan dengan endapan dasar sekitarnya. Ketika sedimen dikeluarkan, tulang belulang Stegomastodon segera terlepas dan benar-benar jatuh menjadi potongan kecil mungil.

Dengan demikian, Houde dan timnya menghabiskan waktu seminggu dengan susah payah mengukir tengkorak dari sekitarnya. Menyapu potongan demi potongan kotoran yang terdapat pada tengkorak. Setelah bersih, tim mengoleskan pengeras kimia untuk mencegah tulang-tulang purba retak.

"Ketika kami menyikat fosil itu, perlu memasang semacam pengeras di sana untuk mempertahankan struktural," ungkap Danielle Peltier, seorang mahasiswa geologi di New Mexico State University, Amerika Serikat yang membantu penggalian tersebut. "Kalau tidak, itu akan hancur berantakan," lanjutnya.

Kemudian begitu mereka mengeluarkan tulang belulang Stegomastodon dari tanah, tim penggali fosil ini langsung melapisinya dengan plester dan memasang kawat. Sebuah alat berat pun juga dikerahkan untuk mengangkat dan memindahkan tengkorak itu ke sebuah truk untuk dibawa kembali ke NMSU. Selanjutnya, tengkorak dan gading tersebut akan dipelajari dan direkontruksi. Untuk kemudian di pamerkan kembali di sebuah museum. ima/R-1

Teori Kepunahan

Lebih lanjut, penemuan fosil stegomastodon merupakan hal yang langka. Fosil seperti mamut relatif melimpah di bagian barat Amerika Utara. Namun, karena alasan yang tidak begitu jelas, Stegomastodon jarang ditemukan. Salah satu teori yang relevan dengan kepunahan Stegomastodon adalah kehadiran mamut.

Menurut Houde, hewan purba pada saat itu tidak bisa bersaing dengan mamut. Apalagi kedua hewan purba ini sama-sama makan rumput, besar kemungkinan mereka berkompetisi untuk mendapatkan makanan.

Houde berteori bahwa perubahan iklim bisa menyebabkan kematian hewan tersebut. "Mereka ada pada kondisi lingkungan yang basah dan dingin," kata Houde. "Kini, Las Cruces adalah padang pasir," ujarnya.

Para peneliti tidak mengetahui berapa banyak fosil yang terkubur di padang pasir tersebut. Namun, jika ditemukan di tempat manapun di Amerika, wilayah barat daya adalah lokasi yang memungkinkan. Daerah alami yang kering dan berbatu mendukung ketahanan tulang selama jutaan tahun. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top