Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Soal Mengungsi di Indonesia itu Termasuk Ternak, Tim Peneliti UGM dan Jepang Bahas Metoda Pengungsian Gunung Agung

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Tim Kegunungapian UGM bersama peneliti dari Mount Fuji Research Institute, Jepang, melakukan sosialisasiPencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana Gunung AgungdiKantor Desa Besakih, Karangasem, Provinsi Bali, pada 11 Februari lalu. Sosialisasi kesiapsiagaan dan mitigasi bencana ini merupakan bagian dari kegiatandalam Proyek Astungkara Giri Agung Aman (AGAA). Proyek AGAA ini mendapatkan dana dari Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam skema proyek akar rumput (grass root project)yangakan berlangsung hingga awal 2025

Salah satu tim Ahli geofisika sekaligusDosen di Fakultas MIPA UGM Dr.rer.nat. Wiwit Suryanto, M.Si., mengatakan dipilihnyadipilihGunung Agungsebagai salah satu bagian dari proyek inikarena pada tahun 2017 gunung ini pernah Meletus, meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, namun kerugian materiil dan juga pariwisata terdampak akibat erupsi gunung Agung di Bali tersebut."Yang ditekankan adalah pentingnya kesiapsiagaan bencana erupsi gunung api ditanamkan sejak diniuntuksiswa Sekolah Dasar dengan Pendidikan kebencanaan gunung api dengan pendekatan sains dan teknologi," kata Wiwit, Rabu (15/2).

Untuk melakukan kegiatan mitigasi selama dua tahun ke depan ini, pihaknya melibatkanMount Fuji Research Institute di Provinsi Yamanashi dan LSM NPO Volcano di Tokyo.Selain itu, adaFakultas Pariwisata di Udayana menjadi partner untuk kelangsungan kegiatan, melanjutkan edukasi setelah project ini berakhir."Project selama 3 tahun sebesar 54 Juta Yennantinyadigunakan untuk mengirim stake holder dan guru-guru di Bali untuk belajar mitigasi bencana gunungapi ke Jepang," jelasnya.

DiJepang, kata Wiwit, pemerintah negeri sakura inisudah memasukkan kurikulum kebencanaan di kurikulum sekolah, dari tingkat dasar, menengahhingga tingkatatas.Bahkan pihak-pihak terkait sudah terhubung dengan SOP yang jelas dan semua secara konsisten dijalankan sehingga setiap warga masyarakat sudah bersiap untuk menghadapi bencana.Tidak hanya itu, buku saku bencana tersedia dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

Sementara untuk kasusmitigasi bencana kegunungapiandi Indonesia, umumnya karena warga di lereng gunungapi mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan peternak,sehinggaada yang berbeda dengan di Jepang pada saat terjadi erupsi. Diantaranya adalah upaya pengungsian tidak hanya bagi warga masyarakat tapi juga hewan ternak dan hewan piaraan yang juga harus diungsikan dahulu sebelum mengungsikan warganya."Jika tidak, maka pada saat kritis, masyarakat cenderung untuk Kembali ke rumah yang berada di zona bahaya untuk memberi makan hewan ternak, sehingga berpotensi menjadi korban karena erupsi gunung api," paparnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top