Smart Drying, Rekayasa Teknologi Pasca Panen untuk Tanaman Obat
Foto: istimewaTanaman obat adalah salah satu bahan pembuatan obat tradisional maupun modern. Pada umumnya ada beberapa tahapan proses tanaman obat menjadi obat, yaitu sortasi, pencucian, pengeringan, penyimpanan dan pengolahan. Tahap pengeringan menjadi proses yang utama, untuk itu perlu dilakukan riset lebih dalam untuk pengaplikasiannya.
Plt. Kepala Kantor Pusat Teknologi Agroindustri (PTA), Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arief Ariyanto dalam sambutannya mengatakan, Indonesia dengan keragaman hasil budidaya pertanian membutuhkan penanganan khusus pascapanen.
"Riset tanaman herbal dilakukan untuk mendukung industri herbal agar bisa dijadikan bahan baku untuk agroindustri. Dosis kehilangan kuantitas dan kualitas dari hasil proses pascapanen yang salah di Indonesia dapat mencapai sekitar 20-30%, jumlah yang cukup besar," terangnya yang dikutip dari brin.go.id.
"Dengan proses pascapanen yang benar, baik, dan tepat akan membantu meningkatkan ketersediaan bahan baku agro," lanjutnya.
Arief menambahkan perbaikan dengan teknologi pascapanen yang baik, benar, dan tepat, akan menciptakan bahan baku yang bermutu, berkualitas, yang dapat mendukung produksi-produksi selanjutnya.
Pengeringan tanaman obat adalah salah satu dari proses pascapanen. Tanaman obat diolah untuk diambil khasiatnya, yaitu senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman itu sendiri. Tentunya senyawa aktif tersebut tidak boleh hilang dalam proses pascapanen.
"Pengeringan tanaman obat merupakan proses utama dalam menghasilkan simplisia tanaman obat. Tujuannya, memenuhi persyaratan kadar air dan memperpanjang masa simpan. Simplisia sendiri merupakan bahan alami yang digunakan sebagai bahan pembuatan obat yang belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut," paparnya.
Di Indonesia, proses pengeringan tanaman obat masih dilakukan dengan cara menjemur tanaman obat di lahan kosong. Area tersebut disinari oleh sinar matahari sehingga rawan terkontaminasi dan terpapar sinar ultraviolet secara langsung.
Teknologi Smart Drying
Berangkat dari hal tersebut, inovasi teknologi pascapanen tanaman obat dibuat dengan menggunakan rumah kaca berbasis smart drying. Masing-masing tanaman obat memiliki kondisi yang terbaik untuk proses pengeringannya.
Periset PTA Lamhot Parulian mengatakan pengeringan tanaman obat cukup sulit pada prakteknya. Pengeringan yang berlebihan (over drying) dapat menyebabkan senyawa aktif di dalam simplisia berkurang atau bahkan hilang. Sedangkan, pengeringan yang tidak sempurna menyebabkan tidak tercapainya syarat kadar air simplisia (
"Teknologi smart drying telah diaplikasikan di empat tempat yang terletak di beberapa lokasi Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO), yaitu Pekalongan, Tegal, Malang dan Tabanan Bali," katanya.
"Smart drying dibangun dalam rumah kaca kurang lebih seluas 5+8 meter dengan kapasitas tanaman obat sebanyak 600 kg," ucapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk kedepannya teknologi ini akan diperbarui dengan penambahan setting library dan optimalisasi pada posisi blower agar panas yang dihasilkan merata.
Redaktur: Fiter Bagus
Penulis: Zulfikar Ali Husen
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Ini Solusi Ampuh untuk Atasi Kulit Gatal Eksim yang Sering Kambuh
- 2 Perluas Pasar, Produk Halal RI Unjuk Gigi di Istanbul
- 3 Jika Rendang Diakui UNESCO, Pemerintah Perlu Buat "Masterplan"
- 4 Jangan Masukkan Mi Instan dalam Program Makan Siang Gratis
- 5 Perkuat Implementasi ESG, Bank BJB Dorong Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan
Berita Terkini
- Indonesia Beri Bantuan dan Pelatihan Inseminasi Ternak Sapi di Ethiopia
- Mendag Budi Ajak UMKM Produk Makanan Sehat Bidik Pasar Ekspor
- Ingin Tiru Australia Larang Anak Gunakan Medsos, Legislator: Perlu Dikaji Lebih Dalam
- Dukung Pertamina dalam Penyediaan Energi ke Seluruh Negeri, Pemerintah Bayarkan Dana Kompensasi Triwulan II 2024
- Webinar Seri ke-57, Ditjen Bina Keuda Kemendagri Fokus Peningkatan Kualitas Pengelolaan Sampah Nasional Melalui BLUD