Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sleman Bantu Petani Ikan Cegah Serangan Bakteri di Musim "Bediding"

Foto : ANTARA/Victorianus Sat Pranyoto

Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono.

A   A   A   Pengaturan Font

Sleman - Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pendampingan ke para petani ikan untuk mengantisipasi serangan bakteri pada saat musim kemarau saat ini.

"Memasuki musim kemarau suhu udara dan lingkungan terasa lebih dingin dari biasanya, kondisi inilah yang sering dikenal dengan istilah 'bediding' oleh masyarakat di Yogyakarta dan Jawa Tengah," kata Plt Kepala DP3 Kabupaten Sleman Suparmono di Sleman, Minggu.

Ia mengatakan, catatan menunjukansaat ini suhu air dan lingkungan mulai awal Juli menurun dari 26 derajat Celcius hingga 20 derajat Celcius menjelang akhir Juli 2024.

"Dampak musim bediding di awal dalam budi daya ikan adalah munculnya serangan penyakit ikan akibat bakteri yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena perubahan suhu yang cukup drastis pada siang dan malam hari," katanya.

Menurut dia, penurunan suhu menyebabkan parasite dan bakteri pathogen berkembang lebih cepat dan akan menyerang ikan. Fluktuasi suhu tersebut juga menyebabkan nafsu makan ikan berkurang sehingga antibodi ikan mengalami penurunan.

"Antibodi yang menurun berdampak pada mudahnya ikan terkena serangan penyakit," katanya.

Informasi yang diterima dari Pengendali Lingkungan dan Kesehatan Ikan DP3 Sleman, jenis bakteri yang berkembang serta berpotensi menyerang ikan adalah micobakterium, aeromonas dan Streptococcus.

Suparmono mengatakan, jenis virus yang berkembang antara lain TiLV dan Megoliticyvirus. Bakteri Micobakterium dan Aeromas, serta virus TiLV dan Megaliticyvirus seringkali menyerang Ikan gurame dan menyebabkan kematian dari ukuran kecil hingga besar.

"Bakteri Sterptococcus dan Aeromonas, serta virus TiLV seringkali menyerang ikan nila," katanya.

Ia mengatakan, dari salah satu pembudidaya ikan gurami di Kapanewon (Kecamatan) Mlati, kematian ikan yang terjadi sejak awal Juli 2024 menurunkan omzet kurang lebih sebanyak 30 persen.

"Untuk mengurangi biaya produksi, mereka saat ini lebih banyak menggunakan hijauan sebagai pakan ikan seperti daun pepaya, azola dan daun talas," katanya.

Menurut dia, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi bediding bagi kesehatan ikan yang dibudidayakan terutama untuk gurame antara lain tidak mencampur antara ikan gurame dengan nila dalam satu kolam, pengurangan padat tebar ikan yang dibudidayakan dan pengurangan padat tebar ikan yang dibudidayakan bisa menghindari stress dan menjaga kualitas air.

Kemudian tidak melakukan pemindahan ikan, mengurangi pakan yang diberikan ke ikan kjarena sisa pakan yang tidak dicerna serta pakan yang ada di perut ikan yang terlalu banyak dimanfaatkan oleh bakteri untuk tumbuh lebih cepat," katanya.

Selain itu, kata dia, tambahkan garam grosok 0,5 ons per meter persegi satu minggu sekali sebagai "buffer" kualitas air dan menjaga suhu agar stabil, penggunaan multivitamin dan probiotik pada sistem budidaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap potensi serangan penyakit ikan.

"Selanjutnya mengobati ikan dengan obat herbal dan obat ikan yang telah direkomendasikan," katanya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top