Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 09 Mar 2022, 00:00 WIB

Skema Investasi Bodong yang Terus Memakan Korban

Foto: istimewa

Di Amerika Serikat, model investasi bodong telah berkembang luas jauh sebelum Charles Ponzi mengenalkan skemanya pada 1920. Prinsipnya sama yaitu "meminjam dari Peter untuk membayar Paul," dan demikian seterusnya.

Pintu kantor dengan nama Securities Exchange Company (SEC) alias perusahaan bursa efek terlihat mengesankan. Selama tujuh bulan pertama pada 1920, gedung ini menjadikan Niles Building at 27 School Street sebagai salah satu alamat tersibuk di Boston, Amerika Serikat (AS).
Orang berbondong-bondong secara terus-menerus menuju gedung itu. Mereka membawa segepok uang tunai, dengan harapan segera menjadi kaya. Mereka berebut berinvestasi walaupun hanya sedikit dari mereka yang pernah mendengar, apalagi melihat kupon balasan pos internasional, secarik kertas yang akan ditukarkan oleh kantor pos dengan perangko.
Sertifikat ini memungkinkan seseorang yang mengirim surat untuk menyertakan ongkos kirim kembali ketika mencari tanggapan dari penerima di negara lain. Nilai tukar mata uang berubah-ubah setelah Perang Besar, dan pendiri SEC mengklaim keuntungan besar dapat diperoleh ketika kupon yang dibeli dengan mata uang lira atau franc yang terlalu rendah ditebus di AS.
Berapa keuntungannya? Investor yakin mereka akan menggandakan uang mereka hanya dalam 90 hari. Ribuan orang dari imigran miskin hingga pengusaha menggelontorkan jutaan dollar ke dalam skema tersebut. Warga Boston saat itu merasa diberkati memiliki ahli keuangan itu.
"Mereka percaya pada seorang pria yang tahu bagaimana menghasilkan uang dengan mudah dan bersedia berbagi rahasia dengan masa. Diketahui pria menawan dan pandai bicara tentang investasi bernama Charles Ponzi," tulis Crime Reads.
Pada Agustus 1920, skema investasi Ponzi runtuh bak tumpukan kartu ketika Boston Post mengungkapkan bahwa dia adalah seorang pemalsu yang dihukum. Layanan Pos AS mengkonfirmasi tidak ada yang menukar kupon balasan pos dalam volume besar yang dibutuhkan untuk menghasilkan keuntungan setinggi langit yang dijanjikannya.
Ponzi telah menggunakan uang yang mengalir dari investor baru untuk membayar bunga kepada investor sebelumnya, dan pengungkapan memotong arus kas yang dibutuhkan untuk menjaga skema tetap bertahan. Oleh karenanya ia didakwa dengan pencurian dan penipuan surat. Sebagian besar uang yang dia hasilkan, setidaknya hampir 100 juta dollar AS, telah lenyap.
Jika ditelisik, Ponzi sebenarnya bukan penipu yang pertama menggunakan skema investasi bodong. Sebelumnya telah dikenal model penipuan "rob-Peter-to-pay-Paul" artinya bebasnya "meminjam dari Peter untuk membayar Paul." Tapi Ponzi berani menggunakan istilah baru dalam aksinya penipuannya sehingga tidak kentara.
Puluhan tahun sebelum dia, para penipu menggembar-gemborkan hasil tinggi, investasi pasti untuk menarik para lintah darat, lalu menjarah uang yang mengalir masuk untuk membayar bunga dan menciptakan ilusi keuntungan. Penipuan itu tetap bertahan selama penipu bisa membuat cukup banyak investor baru untuk memompa uang baru.
Pada 1878, Sarah Howe dari Boston membuka bank swasta, berjanji untuk membayar bunga delapan persen sebulan, dan membujuk lebih dari seribu perempuan untuk menyimpan tabungan mereka. Mantan peramal yang berubah menjadi bankir itu menerima setengah juta dollar dan hidup dengan baik dari hasilnya sampai skema investasi bodong itu runtuh.
Beberapa tahun kemudian, promotor Chicago menawarkan keuntungan besar kepada investor melalui skema investasi misterius bernama "Fund W" dimana mereka membayar kembali sebagian uang sebagai bunga dan melarikan diri dengan sisa uangnya.
Kemudian giliran William Franklin Miller. Pada 1899 ia meluncurkan Franklin Syndicate yang berbasis di Brooklyn dan mengklaim telah menemukan rahasia orang dalam untuk bermain di pasar saham. Investor akan mendapatkan 10 persen kekalahan dari investasi mereka setiap pekan, lebih dari lima kali lipat uang mereka dalam setahun.
Klaim aneh itu berhasil dan pria yang dikenal sebagai "520 Persen" itu segera mengantongi rata-rata 80.000 dollar AS dalam sepekan. Ia melarikan diri ke Kanada dengan uang 2 juta dollar AS tetapi kembali untuk menghadapi dakwaan, dan dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara.
Namun tak satupun dari penjaja awal investasi bodong ini bisa menandingi imajinasi Leo Koretz, seorang pengacara Chicago yang menjalankan skema suksesi, yaitu masing-masing membayar bunga menggunakan investasi baru, selama hampir dua dekade. Dia menjual hipotek dan saham palsu pada bursa gandum di Arkansas.
Tapi mahakaryanya adalah Sindikat Bayano. Koretz memimpikan kelompok jutawan bayangan ini pada 1911, mengklaim menguasai hutan yang berharga di sudut terpencil Panama, dan mulai menjual saham di sumber keuntungan (bonanza) di wilayah tropis itu.
Pada awal 1920-an, para investor memperoleh pengembalian tahunan sebesar 60 persen dari investasi mereka. Ketika Koretz membutuhkan lebih banyak uang untuk memenuhi pembayaran bunga yang besar dan kuat, dia hanya mengumumkan bahwa Sindikat telah menguasai ladang minyak di tanahnya dan akan segera menjadi salah satu perusahaan minyak terbesar di planet ini.
Kehebohan skema Ponzi pada 1920 tidak dapat menggoyahkan kepercayaan pengikut setia Koretz yang memanggilnya "Our Ponzi," tanpa menyadari bahwa lelucon itu benar-benar akan menimpa. Sebanyak 400 juta dollar dalam nilai tukar hari ini, mengalir ke berbagai skema investasi bodong Koretz sebelum dia meninggalkan kota pada 1923.
Kesuksesan Koretz, dikombinasikan dengan ketenaran Ponzi, mengilhami generasi peniru masa depan. Wikipedia mencantumkan lusinan skema Ponzi utama yang telah terungkap sejak 1980, yang berpuncak pada kegagalan spektakuler manajer dana Wall Street Bernie Madoff senilai 65 miliar AS pada 2008.
Meski informasi terkait Ponzi dengan mudah diperoleh, namun hal itu tetap saja terjadi. Pada 2019 saja regulator sekuritas Amerika menemukan 60 skema investasi bodong, didanai oleh investor sebesar 3,25 miliar dollar AS atau 46,7 triliun rupiah.
Mengapa begitu banyak orang termasuk banyak yang berpengalaman dalam bisnis atau investasi terus terjerumus pada skema Ponzi? Tamar Frankel, seorang profesor hukum di kampung halaman Ponzi di Boston, telah mempelajari skema dan mengidentifikasi pola.
Promotor menawarkan pengembalian yang tinggi, tidak peduli seberapa tidak masuk akalnya untuk menarik perhatian calon korban. Begitu klien terpikat, kekuatan persuasi si penipu dan dorongan korban untuk masuk ke dasar sesuatu yang pasti bisa jadi tak tertahankan.
"Peringatan terhadap penipuan dan daftar tanda bahaya, tampaknya hanya memberikan sedikit perlindungan terhadap para pemikat yang berbahaya," ujar dia.
"Kelemahan fatal skema ini adalah Anda tidak bisa berhenti," komentar Garet Garrett, seorang jurnalis pada era '30-an. "Ketika kreditur baru gagal untuk menampilkan diri mereka lebih cepat dari tuntutan kreditur lama untuk dilunasi, gelembung pecah. Lalu Anda pun masuk penjara," ujar dia.
Untuk membayarkan bunga Ponzi akhirnya mencoba menjual lahan rawa Florida yang tidak berharga. Sementara Koretz, ditangkap pada 1924 setelah satu tahun di Kanada. "Kita semua adalah penjudi," kata Ponzi. "Kita semua mendambakan uang mudah. Jika tidak, tidak ada skema cepat kaya yang bisa berhasil," ujar dia. hay/I-1

Charles Ponzi "Mahaguru" Para Penipu

Walaupun banyak pelaku investasi bodong di Amerika Serikat (AS), popularitasnya tidak ada yang mengalahkan Charles Ponzi. Pria yang namanya identik dengan penipuan ini lahir di Italia pada 1882. Saat ia berusia 21 tahun, bermigrasi ke Kanada.
Dia sana ia berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, mulai dari mencuci piring hingga memperbaiki mesin jahit sebelum mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai di sebuah bank di Montreal.
Di bank ini catatan kriminalnya di mulai ketika tertangkap memalsukan cek. Atas kesalahannya ia menjalani hukuman 20 bulan di penjara Kanada.
Ketika dibebaskan pada 1910, ia kemudian menyeberang kembali ke AS. Dalam penyeberangan ini ia didakwa mencoba menyelundupkan sekelompok orang Italia yang tidak berdokumen dan dijatuhi hukuman dua tahun lagi di balik jeruji besi.
Dia akhirnya menetap di Boston, menemukan pekerjaan sebagai pegawai dan menikah. Tetapi isteri Ponzi tampaknya tidak puas dengan ekonominya dan berharap hidup seperti jutawan. Pekerjaannya itu berupa menjual direktori yang mempromosikan pedagang lokal pada 1919.
Saat memeriksa suratnya, dia melihat kupon yang telah dikirim untuk menutupi ongkos kirim kembali ke Spanyol. Ia berpikir tentang ide nilai tukar. "Jatuh di pangkuan saya seperti apel matang," katanya Ponzi dalam memoarnya. "Jalan pintas untuk mendapatkan uang mudah. Saya butuh kurang dari lima menit untuk mencari informasi untuk mengetahui kemungkinannya," imbuh dia.
Bank menolak meminjamkan uang untuk mendukung skema bisnisnya yang memang meragukan itu. Lalu ia mendirikan perusahaannya dan mulai menjual saham. Pelanggan awal menghasilkan keuntungan cepat, membual tentang nasib baik mereka kepada teman-teman, dan berita menyebar dengan cepat.
Ponzi mempekerjakan salesman dan membuka kantor cabang dari Maine ke New Jersey. Banyak pelanggan adalah imigran Italia yang mempercayakan rekan senegaranya dengan tabungan mereka. Tiga perempat dari petugas polisi Boston, dikatakan, adalah investor.
Seorang bankir dari Kansas mengumpulkan 10.000 dollar AS. Pada akhir Juli 1920, di puncak hiruk-pikuk, Ponzi meraup 1 juta dollar AS dalam satu hari. Ia berhasil menjalani gaya hidup seorang jutawan, berkendara ke kota dari rumah pinggiran kotanya di belakang sebuah limosin yang dikemudikan sopir.
Tidak lama keraguan segera memecahkan gelembung Ponzi. Bagaimana pemula ini dapat memberikan pengembalian tahunan 400 persen pada saat bank biasanya menawarkan kepada deposan bunga lima persen yang sederhana dan jauh lebih realistis dalam setahun?
Atas pertanyaan itu Ponzi tidak akan mengungkapkan rahasianya. "Saya memberi tahu cukup untuk membangkitkan keserakahan dan keingintahuan orang," papar dia.
Pejabat Massachusetts dan wartawan mulai mempertanyakan klaimnya dan pukulan telaknya adalah cerita halaman depan Boston Post, diterbitkan pada 11 Agustus 1920, mengungkapkan catatan kriminal penipuannya.
Investor panik dan menuntut uang mereka kembali. Dua hari kemudian tepatnya, Jumat 13 Agustus 1920, Ponzi sudah berada di balik jeruji besi. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.