Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Moda Transportasi l Pemerintah Berupaya Merampingkan Anggaran Transportasi

Sistem Persinyalan Jeda LRT Hemat Rp6 Triliun

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sistem persinyalan moving block yang mengatur jarak rangkaian kereta berdasarkan jeda waktu itulah yang menjadi sumber penghematan proyek.

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut proyek pembangunan light rail transit Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (LRT Jabodebek) bisa dihemat 6 triliun rupiah dengan menggunakan sistem persinyalan moving block (jeda).

Luhut saat membuka Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2017 di Jakarta, Senin (17/6) mengatakan setelah melakukan penghitungan ulang dengan perubahan teknologi yang dipakai, pemerintah menilai biaya yang bisa ditekan dalam anggaran proyek mencapai 6 triliun rupiah.

"LRT ini sudah sempat jalan, tapi kami hitung ulang,kami lihat ada teknologi yang bisa diubah, ternyata cost bisa kurangi sampai 6 triliun rupiah," katanya.

Menurut Luhut, penggunaan sistem persinyalan moving block yang mengatur jarak rangkaian kereta berdasarkan jeda waktu itulah yang menjadi sumber penghematan proyek.

Sistem Persinyalan

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan tadinya proyek LRT Jabodebek menggunakan sistem persinyalan fixed block atau yang menentukan headway (jangka waktu kedatangan) kereta berdasarkan jarak.

Namun, khusus LRT Jabodebek, Budi mengatakan pemerintah sudah memutuskan untuk menggunakan moving block yang mengatur headway berdasarkan waktu seperti lima menit sekali.

Dengan sistem persinyalan tersebut, headway menjadi lebih singkat sehingga kereta api yang beroperasi bisa lebih banyak.

Jumlah kereta yang lebih banyak dipastikan juga akan dapat mengangkut lebih banyak penumpang sehingga membuat biaya investasi yang lebih rendah.

"Dengan penumpang yang lebih banyak, karena penumpang adalah faktor pembagi, maka dipastikan akan dapat angka investasi yang lebih rendah sehingga mendapatkan return yang lebih pendek. Di situlah penghematan itu," katanya.

Sebelumnya, pemerintah memutuskan akan menggunakan sistem persinyalan moving block pada LRT Jabodebek sehingga menambah rincian anggaran proyek yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 21,7 triliun rupiah menjadi sekitar 22 triliun rupiah.

"Ada kenaikan lagi biayanya, tapi ada kenaikan spesifikasi juga. Ada tambahan sekitar 200 miliar rupiah sampai 300 miliar rupiah," katanya

Mantan Direktur Utama Angkasa Pura II itu menjelaskan pemerintah memang berupaya untuk merampingkan anggaran proyek transportasi massal itu. Namun, ia memastikan efisiensi dilakukan dengan tetap memberikan manfaat sebesar-besarnya agar perjalanan tetap tepat waktu.

Awalnya, berdasarkan hitungan kontraktornya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, proyek tersebut ditaksir mencapai 23,4 triliun rupiah. Namun belakangan nilai proyek ditetapkan menjadi 21,7 triliun rupiah setelah evaluasi teknis dan kewajaran.

Budi mengatakan teknologi persinyalan dengan moving block diyakini akan memperpendek head way (jangka waktu kedatangan) rangkaian kereta sehingga dapat mengangkut lebih banyak penumpang. Misalnya jarak antara rangkaian kereta yang tadinya 5 menit, menjadi hanya 1 menit dengan sistem tersebut.

"Tadi kita bicara soal persinyalan ada yang fixed, ada yang moving block. Dengan moving block, penumpangnya bisa mendekati 500 ribu penumpang per hari sedangkan pakai fixed block cuma 270 ribu penumpang per hari," katanya.

Direktur Operasi III Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan nilai total proyek akan mencapai sekitar 22 triliun rupiah untuk sistem moving block. "Nama teknologinya moving block, tapi provider (penyedia) banyak. Nanti kami bicara lagi dengan LEN," katanya. pin/Ant/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy
Penulis : Peri Irawan, Antara

Komentar

Komentar
()

Top